Howe dan Postecoglou Belum Tertarik Latih Inggris
Pencarian pelatih baru timnas Inggris belum akan berakhir. Eddie Howe dan Ange Postecoglou menolak gantikan Southgate.
HERZOGENAURACH, SABTU — Dua juru latih Liga Inggris, yaitu Manajer Newcastle United Eddie Howe dan Manajer Tottenham Hotspur Ange Postecoglou, telah menolak gagasan peluang mereka menjadi suksesor Gareth Southgate sebagai pelatih tim nasional Inggris. Dari sejumlah nama yang dirumorkan masuk pertimbangan FA (Federasi Sepak Bola Inggris), hanya Graham Potter yang memberikan lampu hijau.
Tradisi FA yang lebih mengutamakan pelatih asli Inggris untuk pos pelatih kepala ”Tiga Singa” menyebabkan nama Howe mengemuka. Riwayat kerja Howe menjadikannya salah satu sosok ideal untuk menggantikan Southgate yang membawa Inggris menembus dua final Piala Eropa terakhir.
Howe, yang telah meraih lima kali predikat Manajer Terbaik Bulanan Liga Inggris itu, ternyata lebih memprioritaskan untuk melanjutkan masa baktinya bersama ”The Magpies”, alih-alih hijrah ke London untuk menangani Jude Bellingham dan kawan-kawan. Kontrak Howe bersama Newcastle pun berdurasi panjang hingga 30 Juni 2027.
Juru taktik berusia 46 tahun itu mengakui sangat senang memimpin Newcastle sejak November 2021. Ia merasa mendapat dukungan penuh dari manajemen dan seluruh elemen untuk membantu klub mewujudkan ambisi-ambisi jangka pendek dan panjang. Meski gagal membawa Newcastle menembus kompetisi antarklub Eropa dalam dua musim beruntun, Howe mampu membantu Newcastle masuk dalam jajaran elite ”8 Besar” di Liga Inggris.
Baca juga: Tuchel, Klopp, atau Pelatih Lokal, FA Susun Kriteria Suksesor Southgate
”Saya mencintai suporter, pemain, dan staf di klub. Jadi, benar-benar saya tidak memiliki pikiran lain dan saya sangat berkomitmen dengan pekerjaan saya di sini,” ujar Howe dalam keterangan video pada laman klub di sela pemusatan latihan di Herzogenaurach, Jerman, Jumat (19/7/2024).
Lebih lanjut, Howe mengungkapkan, manajemen Newcastle memberikan kemewahan yang tidak mudah didapatkan di tempat lain. Sebab, ia memiliki kendali penuh untuk membentuk skuad dan mewujudkan filosofi pemainnya.
”Bagi saya, selama saya senang, merasa didukung, dan sangat bebas melakukan pekerjaan, saya sangat senang. Itu yang saya cintai berada di Newcastle,” ucap Howe.
Ia menambahkan, ”Komitmen saya tidak perlu dipertanyakan. Saya berhasrat untuk memenangkan trofi untuk klub ini. Saya ingin melihat kebahagiaan di wajah suporter,” katanya yang membawa Newctasle menembus final Piala Liga Inggris 2022-2023.
Baca juga: Inggris Punya Peluang Emas Juara, tetapi Tidak Bersama Gareth Southgate
Penolakan juga disampaikan Postecoglou. Serupa dengan Howe, Postecoglou juga dikenal berkat gaya permainan menyerang dan penguasaan bola dominan. Postecoglou justru memiliki prestasi yang lebih baik dari Howe.
Juru taktik berpaspor Australia itu telah merasakan gelar juara di seluruh negara tempatnya berkarier sebelum Ingggris. Gelar liga telah ia persembahkan untuk Brisbane Roar (Australia), Yokohama F Marinos (Jepang), dan Celtic (Skotlandia).
Selain itu, Postecoglou juga sudah tidak asing dengan persaingan di level internasional. Ia berpengalaman mengasuh tim U-17 Australia hingga tim senior ”Socceroos”. Ia membantu Australia yunior juara Piala AFF U-20 hinga juara Piala Asia untuk skuad senior Australia.
Pada Piala Asia 2015, Postecoglou mampu memaksimalkan pemain-pemain yang disebut sebagai generasi emas Australia untuk meraih gelar perdana Asia sekaligus masih satu-satunya hingga kini.
Namun, Postecoglou menanggapi dengan dingin kans kembali bertarung di turnamen antarnegara. Ia menegaskan amat fokus untuk menjalani musim kedua bersama Tottenham. Serupa dengan Howe, kontrak Postecoglou bersama ”Si Lili Putih” baru berakhir musim panas 2027.
”Saya tidak memiliki ide itu (melatih Inggris), saya hanya mempersiapkan diri untuk pertandingan. Saya manajer Tottenham. Itu yang menjadi fokus saya,” tutur Postecoglou kepada BBC Skotlandia seusai Spurs mencukur Hearts, 5-1, pada laga uji coba di Stadion Tynecastle, Edinburgh, Skotlandia, Jumat (19/7/2024) WIB.
Kriteria pelatih
FA pun telah membuka lowongan pelatih kepala tim senior Inggris di laman ”karier” mereka. Dalam lowongan itu, FA menyebut tiga tugas utama pelatih Inggris.
Peran itu meliputi memimpin dan mengembangkan tim Inggris putra untuk memenangkan turnamen mayor serta secara konsisten berada dalam salah satu ranking top di dunia, menghadirkan kepemimpinan yang menginspirasi bagi tim teknik multi-disiplin dan berkelas dunia di pusat latihan timnas di St George’s Park, serta mengembangkan dan mempertahankan hubungan erat dengan klub yang memiliki pemain-pemain Inggris.
Selain tiga peran itu, FA menyebut tujuh kriteria bagi calon pemimpin Tiga Singa. Kriteria itu di antaranya memiliki pengalaman signifikan memberikan hasil baik di Liga Inggris dan/atau kompetisi internasional, berpengalaman sukses mengidentifikasi pemain terbaik, dan nyaman menanggung beban kerja dengan pengawasan yang ketat.
”Proses perencanaan keberlanjutan jabatan pelatih sudah mengidentifikasi beberapa kandidat. Sebagai tambahan, kami berkomitmen membuka proses perekrutan terbuka di industri sepak bola dan tertarik mendengar dari individu-individu yang memenuhi kriteria tersebut,” tulis pernyataan FA.
Graham Potter, pelatih lokal yang berpengalaman mengasuh Chelsea dan Brighton & Hove Albion, menjadi juru latih pertama yang telah menunjukkan ketertarikan melatih Inggris. Ia sudah menganggur sejak dipecat oleh Chelsea pada April 2023. Alhasil, Potter yang berusia 49 tahun membuka diri untuk berbagai peluang kembali melatih, termasuk kemungkinan menjadi pengganti Southgate.
”Sekarang saya dalam posisi yang baik, di mana saya senang untuk bersiap dan menanti tantangan selanjutnya. Penting untuk memiliki jeda singkat untuk beristirahat, merefleksikan diri, dan mengisi ulang energi,” kata Potter kepada Sky Sports.
Potter telah menunjukkan filosofi sepak bola menyerang bersama Brighton. Namun, ia gagal mengelola tekanan dan mengasuh pemain-pemain berharga mahal di Chelsea.