Spanyol jadi juara Eropa untuk keempat kalinya. Inggris pun tertunduk kalah dua kali di final. Saatnya Southgate mundur?
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
BERLIN, SENIN — Kesempurnaan Spanyol mendominasi Piala Eropa 2024. Mereka tak terkalahkan, tidak juga mencecap seri. Mereka kini menjadi tim paling banyak trofi Piala Eropa dibandingkan dengan negara lainnya.
Gol Mikel Oyarzabal pada menit ke-86 memastikan Spanyol merengkuh gelar keempat mereka sebagai ”Raja Eropa” setelah gol Nico Williams disamakan oleh Cole Palmer. Spanyol menang dengan skor 2-1. Mereka jadi negara dengan trofi Henri Delaunay terbanyak, yakni tahun 1964, 2008, 2012, dan 2024.
Baca Berita Piala Eropa 2024
Ikuti informasi terkini seputar Piala Eropa 2024 dari berbagai sajian berita seperti analisis, video berita, klasemen, rekap pertandingan, dan lainnya.
Pada laga final di Stadion Olimpiade Berlin, Jerman, Spanyol bermain bagai banteng yang mengamuk. Mereka menguasai bola. Nico Williams yang masih berusia 22 tahun mengobrak-abrik sisi kiri pertahanan Inggris yang dikawal Kyle Walker, John Stones, dan Marc Guehi.
Williams membuka keunggulan lewat gol cantiknya pada menit ke-47. Ia mendapat umpan matang dari si bocah ajaib, Lamine Yamal, yang baru berusia 17 tahun 3 hari.
Meski unggul, pasukan Luis de la Fuente itu tidak bermain bertahan, mereka terus menyerang dan berusaha merebut bola di tengah. Inggris begitu tertekan.
Inggris menambah daya serang mereka di babak kedua dengan memasukkan Palmer dan Ollie Watkins. Palmer mampu samakan kedudukan menjadi 1-1 lewat sepakannya dari jarak lebih kurang 22 meter.
Seperti biasa, Spanyol terus menyerang. Lagi-lagi dari sisi kiri, hanya saja kali ini dari kaki Marc Cucurella, bek sayap mereka. Mikel Oyarzabal yang masuk menggantikan Alvaro Morata menadah bola sehingga arah datangnya bola berbelok tanpa bisa diantisipasi Guehi dan Jordan Pickford. Spanyol pun memastikan diri juara Eropa.
”Saya sangat bahagia, kami adalah tim sejati, juara Eropa. Saya semakin bangga dengan mereka setiap hari. Terima kasih atas dukungan dari seluruh Spanyol,” kata Luis de la Fuente usai mengangkat piala.
De la Fuente bisa disebut jadi Raja Spanyol. Ia mencetak hattrick piala Eropa. Bersama Spanyol U-19, ia jadi juara Eropa tahun 2015. Ia kemudian dipercaya jadi pelatih timnas U-21 dan membawa mereka juara Eropa pada 2019. Kini ”gol” ketiganya adalah membawa tim senior Spanyol juara Eropa 2024. Itu berhasil dicapainya.
Kepiawaiannya mendidik anak muda dalam sepak bola menjadi berkah buat De la Fuente. Sebab, kunci serangan ia ada di duet anak muda, Williams dan Lamine Yamal, yang masih ”bocah” sekolah. Williams mencetak dua gol selama turnamen, sedangkan Yamal mencetak empat asis dan satu gol. Yamal menjadi pemain muda terbaik di turnamen tersebut dan mencetak rentetan rekor baru dunia sebagai pemain paling muda.
De la Fuente membuat Spanyol keluar dari pakem tiki-taka dan berpacu dengan sepak bola menyerang tanpa akhir. Pertahanan mereka tidak sebaik era emas Spanyol di mana ada Sergio Ramos, Gerard Pique, atau Carles Puyol. Untuk itu, Fuente memainkan bola menyerang. Baginya, serangan adalah pertahanan paling baik. Itu terbukti di Piala Eropa kali ini.
”Sayonara” Southgate?
Jika De la Fuente begitu sukses di Eropa, sebaliknya Southgate harus gigit jari. Ia hanya mampu membawa Inggris runner-up dua kali Piala Eropa. Bisa saja ini menjadi turnamen yang terakhir untuk pelatih 53 tahun lalu itu.
Southgate dengan permainan pragmatisnya memang kerap dapat kritikan bahkan cibiran. Ia membuat Inggris yang biasa bermain cepat dengan kick and rush kini beralih menjadi pola yang tidak jelas. Meskipun demikian, ia selalu mampu membuat keputusan yang tepat meski telat.
”Saya rasa sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengambil keputusan seperti itu (pensiun). Saya perlu bicara dengan orang yang tepat, (pensiun) itu bukan untuk saat ini,” kata Southgate.
Southgate memang diisukan bakal mundur dari jabatannya usai Piala Eropa 2024. Ia memiliki tekanan yang hebat selama melatih Inggris lantaran belum bisa memberikan gelar dengan komposisi pemain dunia yang dimilikinya.
Harry Kane, kapten Inggris, belum bisa membayangkan jika Southgate hengkang dari tim. Menurut dia, Southgate masih orang yang tepat. ”Gareth bakal pergi untuk mencari waktu untuk ambil keputusan. Kami ingin memenangkan ini untuknya,” ujar Kane usai pertandingan.
Kane mengatakan, meskipun dirinya dan tim begitu sedih dan kecewa dengan hasil yang mereka raih di Berlin, ia menilai saat ini timnya akan menatap masa depan di Piala Dunia 2026. Southgate sudah hampir pasti pergi dan Inggris membutuhkan gaya dan nuansa baru jika ingin mencapai level tertingginya. (AP)