Kekalahan yang Gaungkan Lagi Urgensi Liga Sepak Bola Putri
Tren positif timnas sepak bola putri yang terhenti oleh Hong Kong munculkan lagi pembahasan soal liga putri. Tetap 2026?
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
Di antara riuh rendah euforia di Stadion Madya, kompleks Gelora Bung Karno, 25 Mei lalu, terdengar nanyian, ”Mana.. mana liga putrinya? Liga putrinya sekarang juga.” Sumber suara berasal dari para suporter yang menempati tribune barat stadion dalam FIFA Matchday antara timnas sepak bola putri Indonesia dan timnas Singapura. Di tribune barat pula terbentang spanduk bertuliskan, ”Liga Putri?”.
Pertanyaan soal liga putri itu sebenarnya sudah terjawab ketika selepas Piala Asia Putri U-17 di Bali, awal Mei, Ketua Umum PSSI Erick Thohir menegaskan akan menggelarnya pada 2026. Namun, beberapa pesepak bola putri menilai, 2026 terlalu lama untuk liga putri yang sudah mati suri sejak edisi pertama pada 2019. Apalagi, tidak semua pesepak bola putri terwadahi di timnas yang menjadi fokus utama PSSI.
Kami sudah pernah menunggu lebih lama sebelum akhirnya ada Liga 1 Putri, sekarang kami sudah menunggu lima tahun, jadi jangan ragukan totalitas dan kecintaan kami untuk sepak bola putri. Tapi, apakah harus menunggu lagi?
Mantan pemain Persikabo Kartini, Risda Yulianti, contohnya. Demi bisa tetap berkompetisi dan tidak kehilangan sentuhannya, Risda beralih ke liga futsal yang konsisten digelar sejak 2012.
Pemain yang mengantarkan Persikabo Kartini menjadi runner upLiga 1 Putri 2019 ini tidak mempermasalahkan prioritas PSSI yang mengutamakan timnas putra. Namun, dia juga berharap liga pun berjalan lagi secepatnya demi menjadi wadah para pesepak bola putri berkompetisi.
”Kami sudah pernah menunggu lebih lama sebelum akhirnya ada Liga 1 Putri, sekarang kami sudah menunggu lima tahun, jadi jangan ragukan totalitas dan kecintaan kami untuk sepak bola putri. Tapi, apakah harus menunggu lagi?” ucap Risda.
Walakin, setelah itu, gaung liga putri tertutup lagi. Apalagi, selepas kemenangan meyakinkan atas Singapura dengan skor 5-1, timnas putri naik dua posisi dalam peringkat dunia yang dirilis FIFA pada 14 Juni 2024. Indonesia menempati peringkat ke-107, menggeser Bolivia dan Kazakhstan yang sebelum menempati peringkat ke-102 dan 104.
”Garuda Pertiwi” juga melanjutkan tren positif dalam dua pertandingan melawan Bahrain. Pada pertemuan pertama dengan Bahrain, 8 Juni lalu, Shafira Ika dan kawan-kawan meraih kemenangan dengan skor 3-2. Mereka mencatatkan kemenangan kedua dengan skor 3-0 pada laga 11 Juni.
Momentum menggaungkan lagi urgensi kompetisi itu hadir ketika timnas putri menelan kekalahan dari Hong Kong dalam FIFA Matchday. Indonesia menjalani dua laga tandang melawan Hong Kong di Hong Kong Football Club Stadium, 11 dan 14 Juli 2024.
Rentetan kemenangan Indonesia pada 2024 terhenti setelah pada laga perdana kontra Hong Kong, “Garuda Pertiwi” takluk 2-3. Dua gol Indonesia lahir dari aksi Citra Ramadhani dan Marsela Awi.
Adapun pada pertandingan selanjutnya, Indonesia kembali tak mampu menahan gempuran Hong Kong sehingga kalah 1-4. Gol semata wayang Indonesia tercipta melalui kaki Sheva Imut pada menit ke-63.
”Maaf kami belum bisa menang, tapi kami akan lebih baik ke depannya. Latihan lagi, latihan lagi dan we can do better next time,” ujar penyerang timnas putri Zahra Muzdalifah, dikutip dari Asosiasi Sepak Bola Wanita Indonesia (ASBWI) PSSI.
Zahra Muzdalifah mengaku timnya harus memperbanyak latihan setelah kekalahan dari Hong Kong. Tak hanya itu, Zahra juga menginginkan adanya kompetisi untuk menambah jam terbang pemain.
Saat pertama kali bergabung dengan klub Jepang, Corezo Osaka, Juli 2023, Zahra pernah mengatakan soal alasannya memilih bermain sepak bola di luar negeri. Menurut Zahra, alasan terbesarnya ialah karena tidak ada kompetisi di dalam negeri.
”Tidak ada liga (putri) di negara saya dan bagaimana saya bisa mengembangkan teknik jika tidak ada liga, hanya berlatih dengan pemain pria, tetapi tidak ada kompetisi. Karena itulah saya ingin ke luar negeri. Saya pergi keluar negeri seperti ini, sebenarnya juga untuk membuka pintu kepada orang lain agar mereka bisa bermain di luar negeri,” ucapnya dalam wawancara bersama WE League, kompetisi sepak bola putri kasta pertama di Jepang.
Maksimal 2026
Anggota Komite Eksekutif sekaligus Ketua Komite Sepak Bola Wanita Vivin Cahyani mengatakan, saat ini pihaknya masih terus mendiskusikan terkait sistem liga yang tepat untuk liga sepak bola putri. Pembahasan melibatkan pertanyaan seputar apakah liga bersifat tertutup atau terbuka, ada degradasi atau tidak, serta apakah terafisiliasi dengan Liga 1 putra.
Dalam prosesnya, tutur Vivin, PSSI terus berkonsultasi, baik dengan AFC (Konfederasi Sepak Bola Asia) maupun FIFA (Federasi Sepak Internasional). Adapun satu hal yang sudah bisa dipastikan ialah liganya akan bersifat semiprofesional.
“Paling lama (digelar) 2026. Misal punya kesempatan untuk bisa lebih cepat, kenapa tidak? Apalagi ada AFC Women’s Champions League, kami menargetkan ke situ juga,” ujar Vivin saat ditemui di Jakarta, 6 Juli 2024.
AFC Women’s Champions League atau Liga Champions Putri AFC merupakan turnamen sepak bola putri antarklub di Asia. Ajang ini pertama kali digelar pada Agustus mendatang yang terdiri dari 12 klub.
Selain itu, Vivin juga memastikan liga putri akan berjalan karena tekanan dari berbagai pihak. “Kami juga mendapatkan tekanan dari FIFA dan AFC. Mereka bertanya bagaimana bisa produksi prestasi yang bagus di timnas kalau liganya enggak jalan. PSSI sendiri sudah membentuk tim (untuk mempersiapkan liga putri),” ucapnya.