Dari Piala Eropa hingga Copa America, Tunda Selebrasi untuk Saling Menguatkan
Solidaritas pemain sepak bola di Piala Eropa 2024 dan Copa America 2024 menunjukkan persatuan, kebersamaan, dan inklusi.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
AP/HASSAN AMMAR
Pemain Swiss, Granit Xhaka, dan pemain Inggris, Bukayo Saka, berebut bola dalam pertandingan babak perempat final Piala Eropa 2024 antara Inggris dan Swiss di Duesseldorf, Sabtu (6/7/2024).
Dalam sepak bola, semua pemain menyerahkan segalanya untuk menang, apalagi saat membela negara. Emosi menyatu, marah, benci, senang hingga sedih campur aduk. Namun, di balik itu semua, terselip momen solidaritas yang menyatukan semuanya.
Inggris di ujung juara saat bek sayap Trent Alexander-Arnold mengambil posisi menendang dalam drama adu penalti Inggris melawan Swiss di laga perempat final Piala Eropa 2024, Sabtu (6/7/2024). Saat itu, Inggris unggul 4-3. Sepakan Trent jadi penentu apakah Inggris akan melaju ke babak selanjutnya atau tidak.
Baca Berita Piala Eropa 2024
Ikuti informasi terkini seputar Piala Eropa 2024 dari berbagai sajian berita seperti analisis, video berita, klasemen, rekap pertandingan, dan lainnya.
Trent menendang dengan keras ke kiri. Sementara Yan Sommer, kiper Swiss, melenting ke kanan.
Gol...!!!. Alexander-Arnold menggila. Dia berlarian ke arah Jordan Pickford, kiper Inggris.
AP/MARTIN MEISSNER
Pelatih Inggris Gareth Southgate bersorak setelah pertandingan babak perempat final Piala Eropa 2024 antara Inggris dan Swiss di Duesseldorf, Minggu (7/7/2024) dini hari WIB. Inggris mengalahkan Swiss melalui adu penalti, 5-3.
Kegembiraan Alexander-Arnold diikuti pemain Inggris lainnya. Bahkan, Pelatih Inggris Gareth Southgate berlarian kegirangan ke sana kemari, di tengah keraguan publik dengan strategi melatihnya. Timnas Inggris larut dalam euforia.
Akan tetapi, tidak semua bagian dari timnas Inggris hanyut dalam sorak sorai yang sama. Ada satu orang yang memilih tidak langsung berselebrasi di lapangan. Dia adalah Luke Shaw, bek veteran yang memperkuat Manchester United.
AFP/ADRIAN DENNIS
Bek Inggris #03 Luke Shaw menghadiri sesi latihan MD-1 di base camp tim di Blankenhain, Thuringia pada 29 Juni 2024, menjelang pertandingan sepak bola babak 16 besar UEFA Euro 2024 melawan Slowakia.
Alih-alih bergabung dengan kawan-kawannya, dia justru mendatangi pemain-pemain Swiss yang tertunduk lesu, menutupi wajah, atau bercakar pinggang tak percaya apa yang baru saja terjadi.
Mula-mula, Shaw mendatangi Xherdan Shaqiri. Luke lantas menyalami para pemain Swiss lain dan memeluknya. Mulutnya terlihat berbicara yang direspons anggukan beberapa pemain Swiss.
Panas-dingin laga
Shaw tidak sendirian menebar simpati saat timnya merayakan kemenangan. Saat Turki takluk dari Belanda, solidaritas ditunjukkan bek Denzel Dumfries dan Stefan de Vrij.
Keduanya mendatangi Hakan Calhanoglu yang menangis sesengukan. Mereka, teman setim di Inter Milan, berpelukan.
Sikap saling menguatkan itu sesungguhnya kontras saat laga berjalan. Pertandingan Belanda dan Turki berlangsung ketat dan keras.
Buktinya, wasit asal Perancis Clement Turpin mengeluarkan lima kartu kuning dan satu kartu merah. Belanda melakukan 16 pelanggaran. Sementara Turki membuat tujuh pelanggaran.
AFP/GETTY IMAGES/ROB CARR
Kiper Argentina Emiliano Martinez (kanan) menghibur kiper Chile Claudio Bravo setelah pertandingan Grup A Copa America 2024 di Stadion MetLife di East Rutherford, New Jersey, Amerika Serikat, Rabu (26/6/2024) pagi WIB.
Tidak hanya di Eropa, di Copa America 2024, momen serupa juga terjadi. Laga sengit Argentina berjumpa Ekuador menjadi buktinya.
Kali ini, bukan Lionel Messi, pemain dengan delapan Ballon d’Or, yang melakukannya. Namun, gelandang rendah hati yang dikenal murah senyum Alexis Mac Allister yang memberi contoh.
AFP/CHARLY TRIBALLEAU
Gelandang Argentina Alexis Mac Allister bereaksi setelah gagal melakukan tembakan ke gawang Chile yang dijaga kiper Claudio Bravo, saat pertandingan sepak bola Grup A Copa America 2024 di Stadion MetLife di East Rutherford, New Jersey, Amerika Serikat, Rabu (26/6/2024) pagi WIB.
Setelah Argentina menang, Mac Allister justru menyalami Enner Valencia, penyerang Ekuador, yang terduduk lesu. Mac Allister lalu mendatangi Angelo Preciado hingga Moises Caicedo.
Bersama Caicedo, gelandang tengah yang memperkuat Chelsea, Mac Allister berpelukan erat. Meski beda negara bahkan rival di Liga Inggris, tetapi tak ada tanda-tanda kebencian di antara mereka. Persaingan itu mereka tinggalkan di lapangan hijau.
Kebersamaan
Momen saling menghargai dan solidaritas itu memang menjadi dasar turnamen sepak bola dibuat. Sekeras apa pun permainan di lapangan setelah pertandingan, semua bisa berpelukan. Itu jadi oase di tengah kondisi ekonomi dunia yang tengah diuji dan pertikaian tak kunjung usai di Eropa dan Israel-Palestina.
Seperti makna logo Piala Eropa 2024 yang diambil dari bendera 55 asosiasi anggota UEFA dan warnanya, yang dirangkai dalam berbagai kombinasi, mencerminkan bentuk atap Olympiastadion, stadion bersejarah tempat laga final tahun ini digelar, di Berlin.
Sukarelawan memegang logo kompetisi dan bendera nasional di lapangan sebelum pertandingan sepak bola perempat final UEFA Euro 2024 antara Belanda dan Turki di Olympiastadion di Berlin pada Minggu (7/7/2024).
Trofi Piala Eropa yang diberi nama Piala Henri Delaunay ditempatkan di tengah dengan dikelilingi 24 irisan berwarna di sekitar trofi mewakili 24 tim peserta EURO.
Logo itu memiliki slogan, ”Disatukan oleh Sepak Bola” seperti yang disampaikan Presiden UEFA Aleksander Čeferin. Dikutip dari UEFA.com, Ceferin mengatakan dengan gambar stadion dan landmark tiap kota turnamen itu jadi memiliki identitas.
”Mulai sekarang, turnamen ini memiliki identitas merek yang mencerminkan ambisi yang kami miliki bersama dengan asosiasi tuan rumah yang benar-benar diperuntukkan bagi semua orang. Selama satu bulan, kita akan dipersatukan oleh sepak bola di jantung Eropa,” ungkap Ceferin.
Ceferin menambahkan, slogan dan logo itu memberikan pesan persatuan, kebersamaan dan inklusi. Seperti yang ditunjukkan para pemain ataupun pendukung mereka di luar lapangan. Sepak bola memang menyatukan yang berbeda dan selalu penuh simpati.
Dari ujung Amerika hingga pelosok Eropa saat ini sedang menyaksikan momen kebersamaan itu, begitu juga penduduk di benua lainnya, termasuk Indonesia. Apalagi laga final sudah di depan mata siapa pun yang jadi Raja Amerika dan Eropa tetap bisa menyatukan dunia lewat keindahan bermain sepak bola di lapangan.