Tren Gol Bunuh Diri Meningkat di Piala Eropa 2024, Apa Penyebabnya?
Sebanyak 9,26 persen gol di Piala Eropa 2024 tercipta lewat gol bunuh diri. Persentase tertinggi dalam sejarah.
Maximilian Woeber dari Austria memegang kepalanya setelah mencetak gol bunuh diri pada pertandingan Grup D Piala Eropa 2024 antara Austria dan Perancis di Duesseldorf, Jerman, Senin (17/6/2024).
Piala Eropa 2024 di ambang menciptakan rekor baru gol bunuh diri dalam satu edisi pesta sepak bola terakbar Eropa itu. Sebanyak 10 gol bunuh diri telah tercipta dari 48 pertandingan yang telah berjalan. Dengan tiga laga tersisa, blunder pemain yang menyebabkan keuntungan lawan berpotensi bertambah.
Baca Berita Piala Eropa 2024
Dalam 16 edisi Piala Eropa sebelumnya, hanya tercipta 20 gol bunuh diri. Jumlah itu pun lebih dari sebagian atau 11 gol tercipta pada edisi 2020 yang dilangsungkan pada 2021.
Meskipun gol bunuh diri telah tercipta pada edisi pembuka di Perancis 1960, dalam kurun waktu dua dekade dari Yugoslavia 1976 hingga Inggris 1996 yang terselenggara enam edisi tidak hadir gol bunuh diri. Itu menunjukkan tren rerata gol bunuh diri hanya tercipta satu kali dalam sembilan edisi Piala Eropa sebelum perhelatan Piala Eropa 2020.
Menariknya, dalam dua edisi terakhir, gol bunuh diri mencapai dua digit. Pada Jerman 2024, bahkan gol bunuh diri lebih banyak dari total gol yang dicetak oleh 22 tim peserta. Hanya Spanyol dan tuan rumah Jerman yang melewati catatan 10 gol bunuh diri. Kedua tim yang berjumpa pada perempat final itu masing-masing mencetak 11 gol.
Dengan menyisakan tiga pertandingan, terdiri dari dua laga semifinal dan sebuah partai puncak, catatan gol Jerman itu bisa pula dilampaui oleh total gol bunuh diri. Merujuk jumlah gol tiga semifinalis lain, yaitu Perancis (3 gol), Inggris (5 gol), dan Belanda (9 gol), hanya ”La Roja” yang berpeluang menutup keikutsertaan Piala Eropa 2024 dengan koleksi gol lebih baik dari catatan gol bunuh diri.
Perancis adalah tim yang paling ”bergantung” kepada gol bunuh diri. Dua dari tiga gol ”Les Bleus” tercipta berkat eror pemain lawan. Max Woeber membantu Perancis mengalahkan Austria, 1-0, lalu Jan Vertonghen menyerahkan tiket perempat final kepada Perancis karena Belgia kalah 0-1.
Selain Perancis, Portugal juga mendapat ”sumbangan” dua gol bunuh diri. Itu tercipta pada babak penyisihan. Robin Hranac (Ceko) dan Samet Akaydin (Turki) adalah pemberi gol bagi Portugal.
Sementara itu, Turki adalah tim yang paling banyak mengoleksi gol bunuh diri. Selain Akaydin yang memberikan gol bunuh diri terburuk dalam sejarah Piala Eropa, Mert Muldur mencetak gol ke gawang sendiri yang menyebabkan timnya disingkirkan Belanda di perempat final.
Dari 10 pemain yang menyebabkan gol bunuh diri, delapan pemain menyebabkan timnya menderita kekalahan. Antonio Ruediger (Jerman) dan Klaus Gjasula (Albania) selamat karena blundernya tidak menyebabkan tim menderita hasil minor. Bunuh diri Ruediger tercipta ketika Jerman menumbangkan Skotlandia, 5-1, pada laga pembuka, lalu Gjasula menjalani laga imbang, 2-2, kontra Kroasia.
Dengan memperhatikan kejadian 10 gol bunuh diri yang sudah tercipta, apa penyebab pemain mencetak gol ke gawang sendiri di perhelatan Jerman 2024?
Kehilangan konsentrasi
Tujuh dari sepuluh gol bunuh diri yang telah tercipta dihasilkan oleh tim-tim yang mengalami tekanan dalam mayoritas pertandingan, terutama sejak sepak mula. Woeber, Vertonghen, dan Riccardo Calafiori (Italia) sejatinya telah bermain baik untuk menjadi bagian penting timnya menghalau serangan-serangan lawan.
Kami tidak beruntung dengan mengamati permainan dan situasi kebobolan melawan Perancis.
Empat pemain lain yang melakukan gol bunuh diri akibat tak kuasa menahan serangan lawan adalah Akaydin dan Muldur dari Turki, Hranac, dan Gjasula.
Namun, dalam satu momen, mereka melakukan satu kesalahan kecil akibat menghilangnya sekejap konsentrasi dan fokus mereka. Itu menyebabkan mereka salah mengantisipasi umpan atau tembakan lawan di kotak penalti sendiri dengan cermat sehingga bola mengecoh kiper sendiri.
Ketujuh pemain itu pun terlihat amat menyesali blunder yang mereka ciptakan. Penonton dan pendukung pun harus adil menilai blunder itu sebab raut wajah kelelahan juga tampak dari air muka mereka. Menahan gempuran bertubi-tubi memang memerlukan kondisi fisik dan fokus dua kali lipat dibandingkan kala menyerang.
Adapun tiga gol bunuh diri lainnya yang dihasilkan Ruediger, Donyell Malen (Belanda), dan Robin Le Normand (Spanyol) juga disebabkan kehilangan konsentrasi sesaat. Beda dengan tujuh pemain lain, fokus mereka pudar akibat kurang mendapat tekanan dan terlena situasi menyerang rekan setim.
Mereka mencetak gol bunuh diri melalui skema fast-break atau serangan balik cepat lawan. Ruediger dan Le Normand hanya memberikan gol hiburan bagi Skotlandia dan Georgia, sedangkan Malen membuat Belanda tumbang 2-3 dari Austria.
”Ada kesalahpahaman. Terkadang itu terjadi dan sayangnya itu terjadi kepada kami. Mungkin di masa mendatang, lawan kami yang mencetak gol bunuh diri,” tutur Pelatih Turki Vincenzo Montella terkait gol bunuh diri Muldur yang membuat timnya tersisih di perempat final.
Baca juga: Hasil Perancis Vs Austria: ”Les Bleus” Menang lewat Gol Bunuh Diri
Risiko blok rendah
Dari performa tim-tim di Piala Eropa 2024, gol bunuh diri lebih besar tercipta ketika tim menerapkan low block atau blok rendah ketika bertahan. Dengan formasi lima atau empat bek sejajar, umumnya terdapat tambahan tiga gelandang yang berkeliaran di sepertiga zona pertahanan sendiri.
Dalam situasi bola mati, tim bertahan biasanya hanya menyisakan dua pemain di luar kotak penalti. Kondisi itu jelas meningkatkan risiko hadirnya defleksi atau pantulan dari sepakan pemain lawan yang mengenai pemain bertahan, kemudian masuk ke gawang sendiri.
Vertonghen merasakan itu ketika Belgia memiliki tujuh pemain di kotak penalti saat melawan tiga pemain Perancis. Tembakan Randal Kolo Muani, penyerang Perancis, pun tidak terlalu keras dan tidak mengarah ke gawang Belgia, tetapi hantaman bola mengenai lutut Vertonghen, membuat Belgia pulang lebih dini.
”Kami tidak beruntung dengan mengamati permainan dan situasi kebobolan melawan Perancis,” ucap Pelatih Belgia Domenico Tedesco.
Baca juga: Kali Kedua, Perancis Diselamatkan Gol Bunuh Diri Lawan
Tim-tim perlu belajar dari pola pertahanan Georgia. Tim debutan Piala Eropa 2024 itu mencatatkan zona aksi terbanyak di sepertiga akhir pertahanan sendiri dengan 44 persen dan hanya koleksi rerata 33 persen penguasaan bola, tetapi tidak mengalami kerugian akibat blunder pemain sendiri.
Meski jumlah gol bunuh diri di Jerman 2024 masih kalah dibandingkan tiga tahun silam, Piala Eropa 2024 adalah edisi dengan jumlah persentase gol bunuh diri tertinggi, yaitu 9,26 persen. Angka itu telah melampaui 7,74 persen pada Piala Eropa 2020.
Baca juga: Perancis Vs Belgia: Terselamatkan Gol Bunuh Diri, ”Ayam Jantan” ke Perempat Final
Kuantitas gol bunuh diri itu masih berpeluang bertambah. Apabila tercipta dua gol bunuh diri lainnya pada tiga laga yang akan berlangsung di Muenchen, Dortmund, dan Berlin, maka Piala Eropa 2024 menegaskan sebagai edisi paling banyak gol bunuh diri dalam sejarah Piala Eropa secara jumlah dan persentase. (AFP)
Daftar Pencetak Gol Bunuh Diri Piala Eropa 2024
- Antonio Ruediger (Jerman), 5-1 Skotlandia
- Max Woeber (Austria), 0-1 Perancis
- Robin Hrana (Ceko), 1-2 Portugal
- Klaus Gjasula (Albania), 2-2 Kroasia
- Riccardo Calafiori (Italia), 0-1 Spanyol
- Samet Akaydin (Turki), 0-3 Portugal
- Donyell Malen (Belanda), 2-3 Austria
- Robin Le Normand (Spanyol), 4-1 Georgia
- Jan Vertonghen (Belgia), 0-1 Perancis
- Mert Muldur (Turki), 1-2 Belanda