Anomali-anomali dalam Semesta Rizki Juniansyah
Dari ikatan dengan benda mati hingga kondisi tubuh dan gaya hidup yang tidak biasa, Rizki menjadi sangat spesial.
Seberkas cahaya menarik pandangan ke bagian bawah tubuh Rizki Juniansyah. Sepatu sang lifter nasional tampak berkilau. Sepatunya didominasi warna emas cerah menjadi titik paling kontras di sekujur tubuh. Saat ditanya hubungan warna sepatu dengan mimpi medali di Olimpiade Paris 2024, dia hanya tertawa lepas.
Baca Berita Olimpiade Paris 2024
”Amin… Amin…,” katanya. Rizki tampak bersemangat dalam sesi latihan pagi itu di Mess Kwini, Jakarta, Jumat (24/5/2024). Sekitar dua bulan jelang Olimpiade, dia baru saja kedatangan empat pasang sepatu baru khusus angkat besi yang diimpor langsung dari China. Salah satunya sepatu emas yang sedang dikenakan.
Sepatu itu terbilang mahal. Sepasang sepatu, termasuk ongkos kirim, bisa mencapai lebih dari Rp 5 juta. Meskipun begitu, Rizki tidak pernah ragu merogoh kocek untuk itu. Dia terobsesi mengoleksi sepatu. Untuk belanja terakhir, dia sampai menghabiskan uang saku dari penampilan di Piala Dunia Phuket 2024, April lalu.
Bagi orang lain, sepatu mungkin tidak lebih dari benda mati. Namun, beda untuk lifter 21 tahun tersebut. Selain demi menambah kenyamanan dan kepercayaan diri saat berlomba, Rizki menjadikan sepatu sebagai ”teman” dan saksi perjalanan kariernya. Seperti sepatu merah yang digunakannya di Phuket.
Sepatu merah terang itu membawanya lolos untuk pertama kali ke Olimpiade. Seusai berlomba, Rizki langsung meminta tanda tangan ke lifter China, Shi Zhiyong, yang merupakan rival utama sekaligus sosok idola. Dia memensiunkan sepasang sepatu itu sepulang dari Phuket dengan memajang di rumah.
Aku enggak mau sia-siain jerih payah selama ini. Aku akan fokus memberikan sepenuhnya di Olimpiade.
Rizki percaya dengan tuah benda mati. Saat latihan ataupun lomba, misalnya. Dia memperlakukan batang besi dan peralatan lain selembut mungkin. ”Lihat saja yang lain kalau batang itu pasti dibanting. Padahal kalau kita sayang sama besi, ada saja pengaruh dari ‘atas’. Dari hal-hal kecil itu bisa membantu kita,” ujarnya.
Jika benda mati saja seperti itu, apalagi terhadap manusia. Atlet asal Banten tersebut selalu punya ritual khusus saat berlomba. Berawal dari ajaran sang ayah, dia selalu memberikan hormat pada juri sejak kecil. Dia menyatukan tangan di depan dada dan menunduk ke arah juri setiap sebelum dan seusai mengangkat beban.
Nasi padang
Latihan pagi selesai pukul 11.00 WIB. Rizki langsung bergegas bersih-bersih dan mencari makan siang. Hari itu, dia tidak menyentuh makanan yang sudah disediakan di pemusatan latihan nasional. Sang lifter lebih memilih makan di luar, berburu kuliner favoritnya, yaitu nasi padang.
Rizki bercerita sangat menyukai bumbu kuat dari makanan padang. Lauk favoritnya adalah ayam gulai dan tunjang. Berbeda saat malam, dia lebih menyukai sate padang, sate kambing, ataupun nasi goreng. Selain jajan, dia juga sering mendapatkan kiriman masakan sang ibu, yaitu sambal goreng kentang.
Sekilas, makanan-makanan itu tampak terlalu berlemak untuk atlet level Olimpiade. Namun, Rizki memang membutuhkan asupan tersebut untuk mendukung latihan beratnya. Tidak ada kata diet karena kondisi tubuh yang terbilang spesial. Dia memiliki kadar lemak sangat rendah, hanya 4,8 persen.
”Dokter sampai bingung. Kalau lemak di bawah 5 persen harusnya tidak bisa aktivitas seperti angkat besi, bisa kolaps. Aku juga enggak tahu, badan enak-enak saja. Mungkin faktor genetik. Padahal sekarang masih 76 kilogram. Katanya kebantu massa otot yang sampai 43,7 persen,” ujar lifter yang turun di kelas 73 kg itu.
Menurut situs jurnal kesehatan Human Kinetics, lemak tubuh ideal untuk lifter putra berkisar 9-16 persen. Contoh lainnya Triyatno, pelatih Rizki saat ini yang juga tampil di dua edisi Olimpiade. Lemak tubuh Triyatno saat berlaga di kelas 69 kg pada Olimpiade London 2012 adalah sekitar 16 persen.
Keunikan lain dari Rizki adalah sulit tidur cepat. Saat atlet lain tidur dengan mudah karena sudah terlalu lelah berlatih, dia baru bisa tidur selepas tengah malam. ”Dari dulu aku memang suka tidur tengah malam. Jam 12 malam atau 1 dini hari masih on saja. Kadang main HP atau nonton, paling jam 2 baru bisa tidur, ha-ha-ha,” katanya.
Triyatno mengatakan tidak bisa menggunakan pendekatan sama seperti atlet lain untuk melatih adik iparnya tersebut. Rizki merupakan sosok yang ekspresif dan suka kebebasan. Jika dikekang dengan aturan ketat, dia akan kehilangan motivasi saat berlatih. Triyatno pun menempatkan diri sebagai pelatih, kakak, dan teman.
Terlepas dari gaya hidup yang tidak seperti kebanyakan atlet, Rizki sangat profesional selama persiapan Olimpiade. Dia nyaris selalu menjadi atlet terakhir yang keluar dari sasana. Seperti malam itu, atlet yang memiliki banyak penggemar perempuan tersebut sampai harus dihentikan berlatih oleh Triyatno.
Rizki masih ingin menambah beban angkatan. Triyatno menginstruksikan sebaliknya karena besok pagi masih ada sesi latihan. Mendengar itu, pelatih pelatnas lain Sri Indriyani ikut berkomentar. ”Gimana sih? Atletnya masih mau latihan, pelatihnya malah nggak ngasih,” seloroh Sri yang diikuti tawa dari seisi sasana.
Anak dari lifter nasional era 90-an M Yasin itu mengatakan, pikiran berpengaruh pada latihan. ”Aku sudah mengenal tubuh sendiri. Jadi cari makanan di luar biar bisa lebih baik. Cari inspirasi di luar, misal ngopi, biar latihan semangat lagi. Kalau di mess saja, jadinya ingin cepat-cepat selesai latihan. Intinya pikiran senang, hati senang, semua berjalan lancar,” ucapnya.
Kandungan 12 bulan
Walaupun demikian, Rizki memahami Olimpiade sudah semakin dekat. Dia pun mengurangi kegiatan atau gaya hidup kurang baik agar bisa maksimal di Paris. Atlet kelahiran 17 Juni 2003 itu mulai mengurangi bergadang dan “nongkrong”. Dia juga meninggalkan sementara hobi olahraga ekstrem yang digeluti sejak lama, motocross.
“Distop dulu motoran. Karena kan faktor non-teknis bisa tiba-tiba datang. Apa pun bisa terjadi. Bisa bukan dari kita penyebabnya. Karena itu, motor nggak di sini (mess) dulu. Ayah minta aku fokus. Kalau ada motor nanti malah main-main, jadi nggak fokus,” jelas pemegang rekor dunia angkatan total kelas 73 kg itu.
Di sisi lain, anomali-anomali tersebut yang membuat Rizki bisa berlaga di Olimpiade. Dia menciptakan salah satu kejutan terbesar dalam sejarah angkat besi dunia di Phuket. Tidak diunggulkan, dia mampu mencuri tiket dari rekannya Rahmat Erwin Abdullah dengan angkatan yang memecahkan rekor dunia.
Rizki harus mengatasi ketinggalan angkatan 11 kg dari Rahmat untuk lolos ke Paris ketika itu. Misi nyaris mustahil, mengingat dia baru kembali tampil pada awal tahun seusai istirahat total selama enam bulan akibat operasi usus buntu. Jangankan baru pulih operasi, atlet dalam kondisi normal saja belum tentu bisa mengejar jarak angkatan sejauh itu.
Namun, dengan segenap keyakinan, Rizki menaklukkan kemustahilan itu. Dia membalikkan segala prediksi, hingga membuat Rahmat hanya bisa tertunduk seusai lomba. Rizki selalu percaya rezeki sudah ada yang mengatur. Kebetulan kali ini rezeki itu ada di genggaman Rizki untuk debut di Olimpiade.
Segala anomali dan keajaiban dalam semesta Rizki sudah terlihat sejak dalam kandungan. Dia dilahirkan dari keluarga lifter tersebut setelah berada di kandungan selama lebih kurang 12 bulan, tiga bulan melampaui manusia pada umumnya. Dia seperti sudah digariskan untuk menggoreskan sesuatu yang spesial.
Waktu sudah menunjukkan pukul 20.30 WIB. Tidak ada lagi orang di sasana. Semua lifter telah kembali ke kamar. Rizki kembali ke sasana untuk melakukan sauna. Kegiatan itu rutin dilakukannya setiap malam sehabis latihan. Di dalam bilik sauna seluas 2 x 2 meter yang gelap dan panas tersebut, dia mengungkapkan mimpinya.
Rizki enggan menargetkan emas atau medali apa pun. Dia hanya ingin menjalankan semua sebaik mungkin, seperti biasa. “Seperti di Phuket kemarin, kalau tidak lolos aku legawa, yang penting maksimal. Aku enggak mau sia-siain jerih payah selama ini. Aku akan fokus memberikan sepenuhnya di Olimpiade,” pungkasnya.