Mereka yang Terinspirasi Pemain Timnas Sepak Bola Putri
Anak-anak perempuan yang baru mengenal sepak bola terinspirasi melangkah ke dunia yang dulu tampak jauh dari jangkauan.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
Mata Kartika Ifra (12) berbinar selepas berfoto dan bersalaman dengan Reva Octaviani di lapangan Progresif Sport Center, Bandung, Jawa Barat, Minggu (23/6/2024) sore. Wajahnya kian semringah ketika melihat hasil foto itu di ponsel ibunya. Siswi SDN 036 Ujungberung ini bahagia karena bisa melihat langsung salah satu pemain timnas sepak bola putri yang bulan lalu dilihatnya lewat layar kaca.
Reva Octaviani adalah pemain timnas sepak bola putri yang melakoni tiga laga internasional beruntun sejak akhir Mei 2024. Selain menghadapi Singapura dalam FIFA Matchday, Reva dan timnas putri juga berhadapan dengan Bahrain dalam uji coba internasional pada awal Juni.
Reva hadir menyaksikan laga final MilkLife Soccer Challenge seri pertama Bandung, turnamen yang diikuti dikuti Kartika Ifra bersama tim sekolahnya. Reva datang bersama Agnes Hutapea (timnas putri), Gadhiza Asnanza dan Wandha Azzahra Octana (Akademi Persib Putri, tim putri U-17), serta Siri Nuriyah (Akademi Persib Putri). Para pemain ini diperkenalkan kepada penonton saat jeda pertandingan.
Mengetahui ada pemain timnas yang datang, Kartika tak sabar untuk segera menyapa mereka. Keinginan itu baru bisa diwujudkan setelah pertandingan final dan upacara penyerahan piala selesai. Ia pun langsung mengajak ibunya berburu foto Reva dan kawan-kawan.
“Pengin bisa main di timnas kayak Teh Reva,” ujar Kartika ketika ditanya cita-citanya.
Di antara skuad timnas putri lainnya, Reva menjadi salah satu pemain yang diingat Kartika. Pasalnya, Reva termasuk pencetak gol dalam kemenangan 5-1 atas Singapura di Stadion Madya, Senayan, Jakarta tersebut. Setelah mengontrol bola menggunakan dada dan kepala dari luar kotak penalti, Reva melewati dua pemain Singapura, lalu melesakkan bola dengan kaki kanannya saat berhadapan satu lawan satu dengan kiper lawan. Aksi Reva itu yang membuat Kartika kagum.
Kartiku pun terinspirasi Reva untuk menjadi pesepak bola putri. Apalagi, kini Kartika juga tahu bahwa Reva sama-sama berasal dari Bandung, Jawa Barat, seperti dirinya. Kedekatan kewilayahan ini yang turut menambah motivasi Kartika untuk juga berkiprah seperti Reva.
Berbeda dengan Kartika, Viona Humaira Nurwidhania (9) dan Rifka Alnarina (12) sama sekali tidak mengetahui soal Reva. Kedua siswi SDN 004 Cisaranten Kulon ini lebih mengenal pemain-pemain yang memperkuat klub kebanggaan “Kota Kembang”, Persib Bandung. Mereka lancar menyebutkan nama-nama pemain yang mengantarkan Persib menjuarai Liga 1 2023-2024.
Saat ditanya soal pesepak bola putri yang mereka kenal, mereka kompak menyebut Claudia Schenemann. Alasannya, tutur Vio dan Rifka, video gol “roket” Claudia saat melawan Singapura sering ada di FYP(For Your Page) atau laman berisi video hasil dari kurasi algoritma Tiktok yang sesuai dengan tingkat ketertarikan dan minat pengguna. Mereka juga tak tahu bahwa Persib pernah memiliki tim putri dan menjadi juara Liga 1 Putri 2019 edisi perdana dan satu-satunya karena pertandingannya tidak ditayangkan di televisi.
Walakin, Vio dan Rifka juga sama antusiasnya ketika mengetahui ada pemain timnas putri yang datang ke tempat mereka bertanding Seperti Kartika, Vio dan Rifka juga secara bergantian berfoto bersama para pemain timnas, termasuk Reva. Mereka kian senang setelah mengetahui bahwa Reva tak hanya pernah memperkuat Persib, tetapi juga merupakan pemain terbaik Liga 1 Putri 2019. Mereka terinspirasi untuk mengikuti jejak Reva.
Melihat ada banyak yang bermain bola dan bahkan membela timnas, mereka jadi tahu bahwa sepak bola bukan hanya dimainkan lelaki, tetapi juga perempuan. (Timo Scheunemann)
Kebahagiaan yang dirasakan anak-anak itu juga dirasakan oleh Reva dan kawan-kawan. Reva senang karena antusiasme tinggi yang ditunjukkan anak-anak terhadap sepak bola putri. Pemain yang memperkuat Jawa Barat di PON Papua 2020 ini juga bahagia lantaran kini ada wadah bagi anak-anak untuk bisa bermain sepak bola dari usia sangat belia.
“Kalau Reva masih seusia mereka, ya turnamen seperti ini yang ditunggu. Ini turnamen yang harusnya ada dari dulu. Kalau bisa memutar waktu dan ikut turnamen seperti ini, mungkin Reva akan latihan lebih sering, bertemu lebih banyak teman dan perempuan yang juga bermain sepak bola. Apalagi, Reva juga suka menantang diri, turnamen seperti ini merupakan tantangan buat Reva,” ujarnya.
Reva pun berharap turnamen seperti MilkLife Soccer Challenge dapat dimanfaatkan dengan baik untuk menggali dan mengasah bakat anak-anak putri dalam sepak bola. Dengan demikian, akan lahir pula pesepakbola putri di Bandung yang bisa membawa nama Indonesia nantinya.
Role model
Di sisi lain, menjadi pesepak bola putri di Indonesia ialah pilihan yang tak mudah untuk diambil dan dijalani. Mereka yang bermimpi menjadi pesepak bola putri harus menempuh jalan terjal untuk mewujudkannya. Sebab, belum ada pembinaan serius untuk pesepak bola putri, belum ada pula kompetisi yang rutin digelar untuk jadi tolok ukur pembinaan tersebut.
Meski begitu, Agnes Hutapea mengatakan, hal utama yang perlu dimiliki anak-anak itu ialah semangat, motivasi, serta dukungan orang-orang sekitar. Ketiga hal itu akan menjadi bekal mereka untuk menjalani jalan yang terjal tersebut. Pemain yang juga memperkuat Persib Putri di Liga 1 2019 ini berharap anak-anak tidak bosan untuk latihan dan tidak mudah menyerah ketika nantinya menemui banyak tantangan.
“Yang penting komitmen sama apa yang dinginkan itu. Pasti akan ada banyak yang direlakan dan ditinggalkan, tetapi bukan berarti pilihan lain tanpa risiko. Anak-anak semoga terus semangat, apalagi sekarang ada wadahnya, tidak seperti beberapa tahun lalu. Saya berharap ada bibit-bibit yang juga menjadi penerus saya dan mewakili Bandung untuk main timnas,” ujarnya.
Pelatih Kepala Timo Scheunemann mengatakan, bagi anak-anak yang baru menekuni sepak bola putri, kehadiran role model atau panutan memang penting. Adanya pemain timnas yang anak-anak saksikan di televisi, media sosial, atau bahkan secara langsung, membuat mereka mendapatkan pemahaman bahwa menjadi pesepak bola putri adalah sesuatu yang bisa dilakukan.
“Anak-anak perempuan, terutama yang atletis, kini mengetahui ada pilihan menjadi pesepak bola. Selama ini mungkin seringnya ke bola basket atau bola voli. Melihat ada banyak yang bermain bola dan bahkan membela timnas, mereka jadi tahu bahwa sepak bola bukan hanya dimainkan lelaki, tetapi juga perempuan. Orangtua juga bisa melihat itu dan semoga kemudian jadi mendukungnya,” ujarnya.
Kini, dalam sorot mata anak-anak seperti Kartika, Vio, dan Rifka, tersimpan semangat dan harapan bahwa sepak bola bukan hanya milik lelaki, melainkan juga milik mereka. Dari Reva dan pesepak bola putri lainnya, Kartika dan para pesepak bola putri belia menemukan inspirasi, kekuatan, dan keyakinan untuk melangkah dalam dunia yang dulunya tampak jauh dari jangkauan.