Denmark Vs Inggris Berakhir Imbang, Mengapa Phil Foden Tampil Kurang Meyakinkan?
Denmark vs Inggris seri. Gelandang Inggris Phil Foden belum mencapai performa terbaik. Ia tampil buruk di laga itu.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
FRANKFURT, JUMAT — Dengan komposisi pemain penuh bintang, Inggris selalu diperhatikan banyak orang. Namun, hingga pertandingan kedua di Piala Eropa, penampilan tim ”Tiga Singa” itu masih kurang meyakinkan. Gelandang Phil Foden salah satu yang paling banyak dikritik.
Inggris ditahan imbang Denmark, 1-1, ketika berlaga di pertandingan kedua mereka di Grup C Piala Eropa 2024. Meski sempat unggul lewat gol Harry Kane, Inggris ditekan hampir sepanjang permainan.
Baca Berita Piala Eropa 2024
Ikuti informasi terkini seputar Piala Eropa 2024 dari berbagai sajian berita seperti analisis, video berita, klasemen, rekap pertandingan, dan lainnya.
Inggris juga membuat banyak kesalahan hingga Morten Hjulmand mencetak gol indah lewat tendangan jarak jauh. Tendangan itu dibuat dari jarak 30 meter dan mengenai tiang gawang Jordan Pickford sebelum masuk ke dalam gawang.
Sejak saat itu hingga peluit akhir berbunyi Inggris selalu ditekan tim ”Dinamit”, bahkan hingga peluit berbunyi. Banyak media menyebut, Denmark seharusnya bisa menciptakan lebih dari satu gol di laga itu. Denmark membuat 16 tembakan dengan tujuh di antaranya mengarah langsung ke gawang. Pierre Hojbjerg menembak lima dari tujuh tembakan itu, bersama Eriksen dan Hjulmand yang menjadi gol penyeimbang.
Denmark menguasai 51 persen permainan malam itu. Dipandu Christian Eriksen, pasukan Danish begitu berbahaya di lini depan, sayangnya belum mampu mengonversi peluang menjadi gol yang lebih banyak.
Catatan Inggris cukup buruk. ”Tiga Singa” hanya menguasai 49 persen permainan kontra Denmark, lebih buruk dibandingkan saat berjumpa Serbia di pertandingan sebelumnya. Harry Kane dan rekannya hanya mampu menciptakan 12 tembakan. Hanya empat tembakan yang mengarah ke gawang.
Salah satunya tembakan Phil Foden yang mengenai tiang gawang. Tembakan dengan bola memutar itu seharusnya bisa jadi gol sebelum ia akhirnya diganti oleh Jarrod Bowen.
”Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan, itu terlihat dari dua penampilan yang kami berikan. Tentunya hasil ini bukan yang kami harapkan. Kami memahami orang-orang akan kecewa dengan penampilan kami dan memang demikian. Kami harus membuat mereka jauh lebih baik,” kata Gareth Southgate, Pelatih Kepala Inggris, seusai pertandingan melawan Denmark, Jumat (21/6/2024) dini hari WIB.
Southgate meminta para pemainnya untuk menghindari media, terutama media sosial, untuk sementara karena begitu banyak kritikan terhadap beberapa pemain, salah satunya Phil Foden. Media Inggris menyebut penampilan Foden di Inggris jauh berbeda dibandingkan penampilannya saat membawa Manchester City juara liga.
Di Liga Inggris, Foden didapuk sebagai pemain terbaik sepanjang musim. Foden terlibat langsung dalam 39 gol tim asuhan Pep Guardiola selama musim terakhir, dengan total empat gol dalam 35 penampilannya. Penampilannya selalu memukau penonton, terutama ketika membawa bola ke jantung pertahanan lawan.
Semuanya berubah ketika gelandang serang itu berduet dengan gelandang muda lainnya, Jude Bellingham. Kebesaran nama gelandang Real Madrid itu mungkin menutupi keunggulan Foden sehingga ia tampil begitu berbeda saat membela negaranya.
Kami pikir kami perlu mendapatkan kecepatan, dan energi di lini depan itu penting.
Apalagi saat laga kontra Serbia. Foden memiliki 64 sentuhan, tapi hanya satu sentuhan di dalam kotak penalti lawan. Bermain di sisi kiri, Foden terlihat tidak leluasa. Opta Analyst (lembaga data olahraga terkemuka) menilai, Foden hanya menciptakan satu umpan ke dalam kotak penalti, tapi sama sekali tidak melepaskan tembakan ke gawang. Ia bahkan tidak terlihat membawa bola untuk menusuk pertahanan Serbia.
Dengan kritikan semacam itu, di pertandingan kedua, terlihat betul Southgate memberikan perintah berbeda untuk Foden. Gelandang serang berusia 24 tahun itu tetap berada di sisi kiri. Namun, di laga kontra Denmark, ia mulai leluasa ke tengah lapangan, melewati beberapa pemain Denmark dan menciptakan peluang emas. Ia bahkan melepas tiga tembakan langsung ke gawang.
Ketika kontra Serbia, Foden bermain penuh, berbeda saat melawan Denmark, ia diganti oleh Bowen saat ia tengah berupaya mencetak gol. Terlihat ia kesal dengan dirinya sendiri saat diganti.
”Kami pikir kami perlu mendapatkan kecepatan, dan energi di lini depan itu penting,” tambah Southgate menjelaskan penggantian Foden dan Saka.
Banyak yang membandingkan Bellingham dengan Foden karena keduanya merupakan pemain yang sangat diunggulkan di tim tersebut, mengingat Harry Kane yang sudah berumur dan Saka yang tidak mendapatkan piala di musimnya bersama Arsenal.
Foden mengakui bahwa Bellingham bermain sangat baik. Foden bahkan menyebut Bellingham merupakan pemimpin tim. ”Jude jelas memiliki bakat luar biasa. Dia seorang pemimpin sekarang, saya pikir dia berubah menjadi seorang pemimpin. Dia memiliki bakat yang menarik dan saya menikmati bermain dengannya,” kata Foden kepada wartawan.
Foden yang selalu jadi favorit di Liga Inggris kini dibayangi nama besar Bellingham yang jadi favorit di liga ataupun di negara. Foden harus membuktikan lebih banyak lagi di pertandingan ketiga kontra Slovenia.
Meskipun Inggris masih di puncak klasmen Grup C, ia perlu waspada karena di bawahnya ada Denmark dan Slovenia dengan dua poin dan ada Serbia dengan satu poin.
Hasil imbang semalam belum bisa memastikan Inggris ke fase gugur menemani Jerman dan Spanyol yang sudah lebih dulu memastikan diri lolos. Inggris perlu menang untuk memastikan posisi di fase gugur.
Di sisi lain, Denmark akan berjumpa Serbia yang juga bakal bermain ngotot karena mau tidak mau harus merebut tiga poin jika ingin lolos. Apakah Foden mampu tampil baik dan mengantar Inggris ke level paling tinggi Piala Eropa? Jawabannya ada di beberapa hari ke depan. (AFP/REUTERS)