Ulasan Serbia Vs Inggris, Southgate Masih Gagal Maksimalkan Kemewahan Gelandang
Inggris menang dengan tidak memuaskan atas Serbia. Kemewahan gelandang belum optimal bantu serangan ”Tiga Singa”.
Datang ke Piala Eropa 2024, Inggris dianggap memiliki tim dengan lini tengah paling sempurna. Ketika Spanyol memiliki Rodri atau Toni Kroos jadi andalan Jerman, Inggris berbekal Declan Rice sebagai gelandang bertahan kelas dunia. Di dalam skuad ”Tiga Singa” juga terdapat dua gelandang yang berpredikat pemain terbaik di klubnya pada musim 2023-2024.
Baca Berita Piala Eropa 2024
Mereka adalah Jude Bellingham yang mencetak 23 gol sehingga menjadi sosok kunci bagi keberhasilan Real Madrid meraih gelar ganda, Liga Spanyol dan Liga Champions. Kemudian, Inggris juga diperkuat Phil Foden yang dinilai sebagai pemain terbaik Manchester City selama kompetisi musim ini berkat torehan 27 gol.
Pada 15 menit awal babak pertama laga melawan Serbia, Senin (17/6/2024) dini hari WIB, di Stadion AufSchalke Arena, Gelsenkirchen, kemewahan lini tengah itu ditunjukkan dengan permainan menyerang nan atraktif. Puncaknya, Bellingham menghasilkan sebuah gol melalui sundulan terarah.
Namun, gol itu membuat Inggris terlena. Setelah unggul satu gol, skuad Tiga Singa gagal mempertahankan intensitas tekanan kepada Serbia. Lima gelandang yang menopang penyerang tengah Harry Kane, yaitu Rice, Bellingham, Trent Alexander-Arnold, Foden, dan Bukayo Saka, gagal membuktikan superioritas kualitas mereka di atas lapangan.
Rice dan Bellingham memang terlihat mencolok di antara tiga rekan lainnya. Rice menjadi pelindung kuartet lini belakang dengan baik. Ketika pertahanan Inggris dibombardir pada babak kedua, Rice mampu menghalau upaya pemain-pemain Serbia untuk hadirkan peluang berbahaya di kotak penalti Inggris. Sementara itu, Bellingham mendikte tempo permainan ketika bola berada di kakinya.
Di luar dua pemain itu, Foden dan Saka gagal menunjukkan magis yang konsisten mereka tampilkan di klub. Kedua pemain itu mencatatkan rerata koleksi tiga tembakan per laga di Liga Inggris 2023-2024, tetapi gagal sekali pun melepaskan tembakan di AufSchalke Arena.
Satu-satunya hal positif dari penampilan keduanya adalah koleksi masing-masing satu umpan kunci. Umpan Saka mengawali kehadiran gol tunggal Inggris yang dicetak Bellingham.
Secara khusus, Micah Richards menyebut Foden masih belum menemukan sentuhan terbaiknya bersama Inggris. ”Di Manchester City, kita tahu Phil (Foden) diatur oleh sistem dan pergerakan untuk banyak terlibat dalam permainan tim. Itu membuat saya sedih ketika menyaksikan pemain berkaliber dia gagal tampil dengan performa terbaik dengan seragam Inggris,” kata Richards kepada BBC.
Baca juga: Inggris Vs Serbia: ”Tiga Singa” Menang, Pembuktian Kelas Jude Bellingham
Adapun Alexander-Arnold terlihat masih perlu waktu memahami peran pemain bernomor ”delapan” yang diberikan kepadanya. Hanya melakukan 39 operan akurat dalam penampilan berdurasi 69 menit bukan hal yang patut dibanggakan pemain Liverpool itu.
Hal yang menonjol dari performa Alexander-Arnold sebagai gelandang adalah tiga tembakan yang dihasilkannya, satu di antaranya tepat sasaran. Alexander-Arnold adalah pemain dari kedua tim yang paling banyak melakukan tembakan. Hal lainnya, Alexander-Arnold juga mencatatkan lima operan jauh akurat, tetapi keunggulannya itu tidak banyak membantu Inggris, terutama pada babak kedua.
”Saya merasa baik. Bermain sebagai gelandang terasa sangat menuntut secara fisik. Ketika bermain dengan pemain seperti Declan (Rice) dan Jude (Bellingham), lalu bek bagus di belakangmu yang selalu berkomunikasi selama pertandingan, jadi mereka membantu saya tidak melakukan kesalahan,” tutur Alexander-Arnold, dilansir laman UEFA.
Namun, Roy Keane, legenda Manchester United, menilai, Alexander-Arnold belum menjalankan tugas gelandang dengan baik. ”Ia akan kewalahan ketika menghadapi tim-tim dengan gelandang lebih baik (daripada Serbia),” ucap Keane kepada ITV.
Baca juga: Empat ”Singa Muda” Penentu Inggris Akhiri Dahaga Gelar 58 Tahun
Itu membuat saya sedih ketika menyaksikan pemain berkaliber dia gagal tampil dengan performa terbaik dengan seragam Inggris.
Minim aksi menyerang
Mengesampingkan kualitas individu yang belum mencapai potensi maksimal, permainan menyerang Inggris juga belum sesuai ekspektasi. Mereka hanya bisa mencatatkan 22 persen operan di sepertiga akhir pertahanan Serbia. Itu didasari jumlah 115 operan akurat di sepertiga akhir pertahanan lawan dari 527 total operan akurat Inggris.
Dengan kondisi itu, tak heran Tiga Singa hanya bisa menghasilkan lima tembakan selama lebih dari 90 menit. Inggris juga hanya bisa mendapatkan satu sepak pojok.
Selain itu, sentuhan di kotak penalti juga sangat minim. Dari 733 sentuhan, Inggris hanya bisa melakukan 12 sentuhan di kotak penalti Serbia. Adapun Serbia bisa mencatatkan 11 sentuhan di kotak penalti Inggris dari 643 sentuhan.
Eks gelandang Spanyol, Cesc Fabregas, menilai, minimnya aksi serangan Inggris tidak lepas dari kurang aktifnya mereka melakukan tekanan dan tidak menerapkan garis pertahanan tinggi ketika tidak menguasai bola. Dalam periode transisi negatif, kata Fabregas, Inggris terlalu terburu-buru turun ke bawah.
Baca juga: Bagaimana Peran Pemain Gen Z di Piala Eropa 2024?
”Mayoritas waktu ketika Inggris tertekan di laga ini tercipta karena mereka sangat pasif dan bertahan terlalu dalam,” kata Fabregas.
Southgate menuturkan, anak asuhannya memang gagal mempertahankan dominasi permainan pada babak kedua. Namun, itu disebabkan pendekatan taktik untuk mengantisipasi serangan berbahaya Serbia.
”Saya pikir sangat bagus bagi kami untuk bertahan di kotak (penalti) kami seperti cara yang kami lakukan ketika di bawah tekanan. Hal terpenting adalah kami mendapatkan kemenangan di laga pertama,” ucap Southgate seperti dikutip The Guardian.
Potensi Inggris untuk membenahi kreasi peluang masih amat besar. Lima gelandang yang diturunkan sejak sepak mula pada laga melawan Serbia bisa tampil lebih baik.
Selain itu, Tiga Singa juga masih memiliki sejumlah pemain yang bisa memberikan perbedaan dalam permainan menyerang, tetapi belum tampil di gim pertama. Pemain itu ialah Cole Palmer, Anthony Gordon, dan Eberechi Eze.