Lagu ”Take Me Home, Country Roads” yang diputar di Wembley bisa menjadi refleksi untuk MU dan Ten Hag pada masa depan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
LONDON, SABTU — Manchester United, di hadapan rival sekota Manchester City, menunjukkan kembali eksistensi klub raksasa yang hilang nyaris sepanjang musim. Mereka menentang segala peluang, lalu menjuarai Piala FA dengan penampilan gemilang. Asa terhadap Manajer Erik ten Hag kembali menyala.
Bruno Fernandes dan rekan-rekan menolak akhir cerita serupa seperti di Stadion Wembley pada setahun lalu saat takluk dari City 1-2 dalam final Piala FA. MU membalaskan dendam dengan sempurna lewat kemenangan 2-1 dalam final ulangan musim ini, di tempat yang sama, Sabtu (25/5/2024).
Menjelang partai puncak, isu tentang masa depan Ten Hag lebih ramai dibandingkan persiapan tim. Menurut The Guardian, manajemen MU akan mendepak sang manajer apa pun hasil dalam laga final. City yang baru saja berpesta juara Liga Inggris, pada pekan lalu, pun jauh diunggulkan di atas tim tetangga.
Namun, takdir berkata lain. Ten Hag justru menjadi manajer pertama yang mengalahkan Guardiola dalam final piala domestik. Menariknya, kemenangan diinspirasi gol Alejandro Garnacho (19) dan Kobbie Mainoo (19), dua pemain muda yang mengangkat tim sepanjang musim. Mereka membayar kepercayaan Ten Hag.
”Luar biasa. Tidak ada yang percaya pada kami untuk juara. Tetapi, kami datang sebagai sebuah tim, berjuang bersama-sama. Kami mempertaruhkan hidup kami dalam laga ini. Pendukung juga luar biasa. Mereka selalu ada saat kami menang ataupun kalah, di kandang ataupun tandang,” kata Garnacho kepada BBC One.
Alhasil, di bawah Ten Hag, MU sudah masuk tiga kali final piala domestik dalam dua tahun terakhir. ”Setan Merah” meraih dua trofi di antara itu. Raihan Piala FA musim ini terasa lebih spesial karena diraih dalam musim yang penuh cobaan, mengalahkan tim tetangga yang melampaui prestasi mereka dalam sedekade terakhir.
Trofi itu bisa menjadi fondasi kebangkitan MU seandainya Ten Hag tetap dipercaya. Jika tidak, itu tetap akan menjadi kisah perpisahan manis. ”Ini sangat berarti. Musim ini sangat sulit, penuh naik dan turun. Piala FA ini satu-satunya yang bisa kami harapkan,” kata Mainoo, yang hanya datang sebagai penonton pada musim lalu.
Usai peluit panjang, Ten Hag dan para pemain langsung berpesta di lapangan. Mereka mendatangi tribune untuk merayakan bersama para penggemar. Di tengah suasana hangat itu, lagu ”Take Me Home, Country Roads” milik penyanyi John Denver diputar di Wembley. Para pendukung MU turut menyanyi dengan lantang.
Jika mereka tidak menginginkan saya lagi, saya akan pergi ke tempat lain dan memenangi trofi di sana.
Lagu populer itu berkisah tentang kerinduan seseorang terhadap tempat asalnya. Kisah itu sangat relevan dengan perjalanan MU. Sebagai klub raksasa dunia, mereka belum kembali lagi ke posisi semula sejak ditinggal manajer legendaris Sir Alex Ferguson pada 2013. Semua tidak lebih baik di era Ten Hag, terutama musim ini.
Meskipun demikian, pencapaian di Piala FA memperlihatkan, Ten Hag mungkin sosok tepat yang bisa menghadirkan kebangkitan MU pada masa depan. Dia bagai nakhoda kapal yang diterpa badai tak terperi musim ini. Mulai dari isu ruang ganti, rentetan cedera dalam skuad, hingga kehilangan dukungan mayoritas penggemar.
Setelah semua masalah itu, Ten Hag masih bisa memberikan kejayaan untuk ”Setan Merah” pada akhir musim. Para pemain masih setia berada di belakangnya, rela berjuang untuk sang manajer. Adapun dalam selebrasi pemberian trofi, Fernandes dan rekan-rekan begitu antusias saat Ten Hag mengangkat piala.
”Pastinya laga menjadi lebih penting ketika melawan rival sekota. Tetapi, semua bukan tentang itu. Kami ingin membuktikan sebuah poin setelah banyak langkah mundur. Tim ini membuktikan ketangguhannya dan saya bangga dengan mereka,” kata Ten Hag, yang menyampaikan masih akan bersama MU pada musim depan.
Kekuatan penuh
Ten Hag sekaligus membuktikan, bisa memaksimalkan potensi skuadnya saat para pemain bugar. MU nyaris bisa tampil dengan skuad terbaik di Wembley. Bek tengah Lisandro Martinez dan Raphael Varane sudah kembali dari cedera. Mereka akhirnya bermain bersama lagi dari menit pertama sejak terakhir pada awal Februari.
”Saya menyampaikan, sepanjang tahun, ketika pemain kami bugar, kami bisa memainkan sepak bola yang bagus. Penampilan yang sangat baik melawan tim terbaik di dunia saat ini. Penilaian terhadap kami musim ini tidak adil. Bahkan, hari ini pun kami masih kehilangan pemain penting, seperti Casemiro,” ujar Ten Hag.
Ten Hag memenangi pertarungan taktik versus Guardiola. Sang manajer datang dengan rencana untuk mengandalkan transisi serangan balik, memanfaatkan garis tinggi pertahanan City. Alhasil, MU memainkan formasi 4-2-2-2 tanpa penyerang murni. Penyerang tengah Rasmus Hojlund dicadangkan.
Lini serang MU dipimpin dua gelandang, Fernandes dan Scott McTominay, serta dua penyerang sayap, Garnacho dan Marcus Rashford. Empat pemain itu sering berada dalam posisi sejajar. Formasi itu turut berlaku ketika bertahan. Mereka kompak mencegah City masuk ke lini tengah, melindungi enam pemain lain di pertahanan.
Hasilnya efektif. MU sudah unggul dua gol saat turun minum. Sepasang gol tersebut tercipta dari proses transisi, sama-sama lewat umpan panjang yang melompati lini tengah. City yang tampil tanpa bek andalan Ruben Dias sangat kerepotan menghadapi kecepatan para pemain depan MU.
Kredit terbesar kemenangan patut diberikan untuk lini pertahanan Setan Merah. Mereka bertahan sangat kompak dan rapat, terutama saat digempur habis-habisan pada paruh kedua. Pemain pengganti City, Jeremy Doku, sempat mengancam lewat gol pada menit ke-87. Namun, upaya tersebut sudah terlambat.
Terlepas dari kekecewaan tidak bisa mengawinkan gelar liga dengan Piala FA, Guardiola turut memberikan selamat pada MU dan dukungan pada Ten Hag. ”Dia adalah sosok yang menyenangkan dan manajer yang luar biasa. Memenangi Piala FA penting bagi mereka, sama seperti musim lalu bagi kami,” tutur Guardiola.
Bagi Ten Hag, tidak ada garansi posisinya akan aman setelah meraih trofi baru. Dejavu kisah 2016 sangat mungkin terulang. Ketika itu, manajer asal Belanda, Louis van Gaal, juga mengantar MU juara Piala FA. Lalu, dua hari berikutnya, dia didepak dari klub. Ten Hag sendiri masih sangat yakin akan tetap dipertahankan pihak klub.
”Jika mereka tidak menginginkan saya lagi, saya akan pergi ke tempat lain dan memenangi trofi di sana. Sebab, itulah yang sudah saya lakukan sepanjang karier,” ujar Ten Hag. (AP/REUTERS)