Seperti Kisah Arsenal, Pertahanan Terbaik Bukan Jaminan Juara
Mengapa Arsenal masih belum cukup mengangkat trofi dengan pertahanan terbaik di antara semua tim Liga Inggris?
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Sir Alex Ferguson, mantan manajer Manchester United peraih 13 gelar Liga Inggris, punya kata-kata yang selalu diingat, ”Serangan memenangkan pertandingan, sementara pertahanan memenangkan gelar.” Ucapan sang legenda hidup itu seperti mitos yang dipercaya banyak orang, tetapi belum terbukti kesahihannya.
Teori Ferguson sempat berbicara banyak pada empat musim sebelumnya. Manchester City (3 kali) dan Liverpool (1 kali) menjuarai liga dengan berstatus tim bertahan terbaik. Mereka mencatat kemasukan paling sedikit dalam semusim. Rerata kemasukan pada setiap musim itu selalu di bawah satu gol per laga.
Namun, anomali terjadi musim ini. Arsenal gagal juara walaupun memiliki benteng pertahanan paling kokoh di seantero liga. Arsenal mencatatkan angka terbaik di segala sisi defensif, dari jumlah nirbobol (18), kemasukan (29), tembakan ke gawang yang dihadapi (83), hingga nilai kualitas peluang lawan atau xGA (27,8).
City, juara liga musim ini, tertinggal cukup jauh dari aspek defensif. Semua catatan statistik mereka di bawah Arsenal, dari jumlah nirbobol (13), kemasukan (34), tembakan ke gawang yang dihadapi (109), sampai xGA (35,6). Realitasnya, tim asuhan manajer Josep Guardiola tersebut yang mengangkat trofi pada akhir musim.
”Selamat kepada City yang menjuarai liga. Kami sudah mencoba, kami mencatat berbagai rekor musim ini di banyak statistik. Biasanya rekor-rekor seperti itu bisa menghasilkan titel besar, tetapi kami tidak juara. Itulah yang disesalkan karena kami ingin memberikan sesuatu yang spesial,” kata Manajer Arsenal Mikel Arteta.
City unggul dua poin atas Arsenal di klasemen akhir. Mereka memang kalah dari sisi defensif, tetapi lebih produktif dalam serangan. Jumlah gol City lebih banyak dibandingkan dengan Arsenal, 96-91. Dari hasil itu terlihat, prinsip ”serangan adalah pertahanan terbaik” lebih tepat digunakan musim ini.
Menariknya, sejak peserta liga dikurangi jadi 20 klub, pertahanan memang tidak sepenting serangan dalam perebutan titel. Hanya 14 kali dalam 29 musim terakhir, tim bertahan terbaik meraih trofi. Di sisi lain, sudah 20 kali, termasuk City, musim ini atau 69 persen, tim dengan serangan terbaik menjuarai liga.
MU, bersama Ferguson, bahkan dua kali menjadi juara dengan rekor bertahan kurang baik. Mereka mengangkat trofi dengan ranking pertahanan terbaik ke-7 (1996-1997) dan ke-5 (2012-2013). Sementara itu, tidak satu tim pun yang mampu juara ketika mencatat rekor serangan di luar peringkat tiga besar terbaik.
Lantas, apakah keunggulan City di sisi ofensif membuat dominasi Arsenal di sisi pertahanan jadi tidak berdampak? Jawabannya, tidak. Jika dilihat dengan konteks lebih dalam, kedua tim sebenarnya seimbang dalam perbandingan margin serangan dan pertahanan. Mereka mencatatkan selisih gol yang sama (+62).
Jembatan pemisah Arsenal dan City adalah konsistensi. Pertahanan Arsenal memang impresif, tetapi tim asuhan Arteta itu baru berbicara banyak pada paruh kedua musim. ”Si Meriam” hanya kalah sekali dari 18 laga selama 2024. Semua berkat pertahanan yang hanya kemasukan sembilan gol atau rerata 0,5 gol per laga.
Benteng kokoh Arsenal kurang terlihat pada awal musim hingga akhir tahun 2023. Arsenal kemasukan 20 kali dari 20 laga, atau dua kali lipat lebih banyak dari rerata setelah pergantian tahun. Jumlah kemasukan itu memaksa Arsenal kalah empat kali sebelum tahun baru, sudah melebihi total kekalahan City sepanjang musim ini (tiga kekalahan).
Arsenal sangat dominan setelah jeda paruh musim dan pulang dari kamp latihan di Dubai. Mereka menjadi tim terbaik di dua sisi, serangan dan pertahanan. Lihat saja jumlah gol (54) dan kemasukan (9) Martin Odegaard dan rekan-rekan yang impresif selama 18 laga, melampaui City dengan rekor 51-13 dari 19 pertandingan.
Tidak seperti Arsenal yang lima kali menang dengan keunggulan lima gol pada 2024, City lebih banyak menang tipis. Namun, City tidak sekali pun kalah sepanjang tahun (16 menang, 3 seri). Saat bersamaan, Arsenal menelan sekali kekalahan dari Aston Villa di kandang sendiri yang berujung kehilangan kendali juara.
Hanya masalah waktu sampai kami memenangi trofi besar.
Pertahanan Arsenal yang dikenal tangguh menjadi sumber masalah dalam kekalahan itu. Mereka kecolongan dua gol saat waktu normal tersisa enam menit. Margin kecil itu yang membedakan tim tanpa pengalaman juara, seperti Arsenal, dengan City, sang juara bertahan. Arsenal cukup konsisten, tetapi belum berada di level City.
Terlepas dari itu, performa Arsenal sangat luar biasa musim ini. Tidak mudah bersaing hingga garis finis dengan tim sempurna seperti City yang dipimpin manajer perfeksionis, yaitu Guardiola. Liverpool bersama Manajer Juergen Klopp merupakan saksi betapa sulit melangkahi City. Raihan 97 poin saja belum cukup menjuarai liga.
Odegaard berkata, gelar juara hanya soal waktu. ”Kami sedikit kecewa karena sudah sangat dekat (dengan titel), tetapi Anda bisa melihat musim ini. Kami membuat langkah besar dan semakin kuat. Hanya masalah waktu sampai kami memenangi trofi besar. Kami hanya perlu terus mendorong untuk sampai di sana,” ujarnya.
Hal paling menarik dari Arsenal pada laga terakhir, versus Everton, adalah presensi bek Jurrien Timber yang masuk dari bangku cadangan. Pemain tim nasional Belanda itu tampil kedua kali di liga pada musim ini. Pada laga pertama Agustus lalu, dia hanya bermain 50 menit, lalu diganti akibat cedera lutut.
Arsenal sudah menjadi tim dengan pertahanan terbaik tanpa Timber yang nyaris absen sepanjang musim. Bayangkan, benteng seperti apa yang bisa diciptakan Arsenal musim depan, dengan bek yang didatangkan seharga 40 juta euro pada musim panas lalu dengan tren positif selama 2024.
Lewat kombinasi itu, tim asuhan Arteta bisa kembali membuktikan kesahihan teori Ferguson pada musim depan. Pertahanan yang kokoh akan membawa tim ke trofi juara. Dengan catatan, ”Si Meriam” harus lebih konsisten. (AP/REUTERS)