Mantra Arsenal Menyulap Mendung di Stadion Emirates
Hanya dari pemandangan di tribune dan lapangan Stadion Emirates, terlihat perjalanan jauh yang sudah ditempuh Arsenal.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
Pemandangan kontras terlihat dari ekspresi di lapangan dan tribune Stadion Emirates, markas Arsenal. Seusai peluit panjang, para pemain Arsenal tertunduk lesu walaupun menang dalam laga pekan terakhir versus Everton. Sementara itu, puluhan ribu pendukung bangkit berdiri di tribune sambil bernyanyi dengan lantang.
Nyanyian khas klub berjudul ”Allez Allez Allez” dikumandangkan selama hampir lima menit. Lagu itu berisikan lirik tentang kebesaran Arsenal yang pernah meraih gelar juara liga di markas tim-tim besar, seperti Stadion Anfield dan Old Trafford. Juga, tentang kebanggaan mendukung pasukan Manajer Mikel Arteta.
Semua ini bisa terjadi karena Anda (pendukung) mulai percaya (dengan tim). Anda memutuskan untuk bersabar, memahami apa yang kami ingin lakukan.
Di tengah gemuruh nyanyian, penyerang Arsenal, Kai Havertz, tidak kuasa menahan tangis. Pencetak gol kemenangan pada menit ke-89 itu larut dalam kekecewaan. Golnya tidak cukup mengantar ”Si Meriam” untuk menjuarai Liga Inggris. ”Sangat membuat frustrasi ketika melihat mereka semua (pendukung). Itu sulit,” katanya.
Arsenal menang dramatis atas Everton 2-1 di Stadion Emirates pada Minggu (19/5/2024). Namun, pemuncak klasemen Manchester City juga menaklukkan West Ham United, 3-1, di Stadion Etihad. City pun keluar sebagai juara untuk empat kali beruntun dengan koleksi 91 poin. Arsenal (89 poin) harus puas menjadi runner-up.
Ketika berekspektasi, kekecewaan adalah hal yang manusiawi. Hal itu terpancar dari wajah para pendukung. Beberapa di antara mereka tampak berlinang air mata. Setelah menghapus tangisan, mereka kembali bernyanyi. Menariknya, tidak ada satu pun yang marah dan menyalahkan para pemain seusai gagal menjadi juara.
Para pendukung mengapresiasi penuh perjuangan tim untuk bisa bersaing hingga pekan terakhir. Mereka tetap setia berada di tribune seusai laga, untuk mendengarkan pidato dari Arteta dan kapten tim, Martin Odegaard. Arteta sampai harus menunda pidato karena seisi stadion kembali bergemuruh menyanyikan lagu tentang dirinya.
Arteta berkata, ikatan antara klub dan para pendukung sudah berada di level berbeda. ”Semua ini bisa terjadi karena Anda (pendukung) mulai percaya (dengan tim). Anda memutuskan untuk bersabar, memahami apa yang kami ingin lakukan. Kredit juga pada para pemain dan staf. Mereka semua luar biasa,” ujarnya.
Para pemain sangat kecewa karena tidak bisa memenuhi ekspektasi pendukung. Sebaliknya, para pendukung berusaha tegar demi meningkatkan moral seisi tim. Koneksi saling mengikat itu tidak bisa dibeli. Hal tersebut sudah dibentuk sejak awal rezim Arteta, empat setengah tahun lalu, dan semakin erat saat ini.
Mantra Arsenal untuk musim depan
Kepercayaan para penggemar terhadap tim tidak jatuh begitu saja dari langit. Rasa itu bertumbuh karena perkembangan konsisten Arsenal setiap musim. Lihat saja, poin Si Meriam di liga selalu meningkat pada rezim Arteta. Dari 61 poin (2020-2021), 69 poin (2021-2022), 84 poin (2022-2023), dan 89 poin musim ini.
Menariknya, Odegaard dan rekan-rekan bisa menantang gelar juara dua musim beruntun. Khusus musim ini, mereka membawa perebutan trofi hingga hari terakhir liga. Bagi Arsenal, situasi tersebut tidak pernah terjadi sejak kepindahan ke Stadion Emirates pada 2006. Mereka selalu kehilangan kans juara sebelum pekan terakhir.
Modal Arsenal pada musim ini begitu besar untuk masa depan. Mereka mencatatkan banyak catatan impresif dalam semusim. Mulai dari gol terbanyak (91) dan jumlah kemenangan terbanyak (28) dalam sejarah klub di Liga Primer, sampai menjadi tim dengan kemasukan paling sedikit musim ini (29).
Pencapaian tersebut menandakan, Arsenal perlahan mengembalikan status sebagai tim besar. Status itu sempat dipertanyakan pada pertengahan 2000-an sampai awal 2020-an, ketika mereka kesulitan bersaing baik di level domestik maupun Eropa. Sekarang, mereka hanya butuh langkah terakhir untuk menyudahi dominasi City.
Menurut Direktur Olahraga Arsenal Edu Gaspar, proyek musim-musim berikutnya sudah berjalan sesuai rencana. Mereka tidak akan kehilangan pemain bintang lagi seperti sebelumnya. ”Pemain tidak mau pindah (ke klub lain) lagi. Kami sudah memperbarui kontrak semua pemain yang diinginkan,” ucapnya.
Faktanya, menurut Transfermarkt, rerata usia skuad Arsenal saat ini baru 25,7 tahun. Hanya tiga tim di liga yang memiliki skuad lebih muda dibandingkan mereka. Pemain kunci dalam skuad Arsenal juga masih sangat muda, seperti Bukayo Saka (22) dan William Saliba (23). Mereka belum memasuki usia emas.
Dengan modal besar dari sisi penampilan pada musim ini, ditambah ikatan yang semakin kuat antara para pemain dan pendukung, langit mendung hari ini akan berubah menjadi cerah pada keesokan hari. Odegaard, sang kapten, menjamin, masa depan Si Meriam hanya akan menjadi lebih baik setelah kegagalan ini.
”Hari ini mengecewakan untuk kami. Tetapi, saya bangga dengan perkembangan yang kami buat. Kami telah mengubah klub ini. Saya pikir kalian semua (para pendukung) percaya pada kami saat ini. Jujur, saya tidak sabar untuk segera kembali dari jeda musim dan membuat kalian semua lebih bangga,” kata Odegaard.
Agaknya, benar kata-kata dari lagu legenda penyanyi Chrisye, tidak selamanya mendung itu kelabu. Dari mendung di langit Stadion Emirates, terdapat asa yang terang benderang untuk Arsenal pada masa mendatang. Hanya ada satu kata yang bisa menjadi mantra Si Meriam saat ini, percaya. (AP/REUTERS)