Kebebasan Declan Rice, dari dan untuk Arsenal
Kebebasan peran Declan Rice telah menjadikannya pemain yang lebih komplet. Evolusi itu turut menguntungkan Arsenal.
LONDON, SABTU — Declan Rice berkali-kali mengatakan, alasan pindah ke Arsenal adalah untuk meningkatkan permainan ke level selanjutnya. Keputusannya tepat. Di bawah Manajer Mikel Arteta, Rice perlahan berevolusi menjadi sosok krusial dalam sisi ofensif, sesuatu yang tidak pernah terlintas bagi pemain bertipe defensif itu.
Gol dan asis semakin melekat pada diri Rice. Pemain tim nasional Inggris itu menyumbang satu gol dan satu asis saat Arsenal menang atas tim tamu Bournemouth, 3-0, di Stadion Emirates, Sabtu (4/5/2024) malam WIB. Keduanya sama-sama berawal dari pergerakan tanpa bola Rice untuk masuk ke kotak penalti.
”Saya tahu ada kesempatan untuk mencetak gol dan asis. Saya bisa merasakan itu. Saya suka memberikan asis, terasa menyenangkan. Ini adalah hasil yang dibutuhkan. Kami menyadari ada urusan yang harus diselesaikan hari ini dan berhasil mengatasi itu,” ujar Rice yang sudah mengoleksi 7 gol dan 8 asis pada musim ini.
Baca juga: Merahkan London, Trio Gelandang Arsenal Telah Tiba!
Rice sudah menghasilkan 4 gol dan 8 asis di Liga Inggris sepanjang 2024. Menariknya, tidak ada pemain yang melebihi jumlah asis tersebut pada 2024. Hanya gelandang kreatif Manchester City Kevin De Bruyne yang bisa menyamainya (8). Rice, pemain yang dikenal berposisi gelandang jangkar, menyamai produktivitas sang mesin asis.
Dalam berbagai wawancara, termasuk yang terakhir bersama The Athletic pada akhir April, Rice selalu keukeuh. Dia berkata, posisi terbaiknya adalah sebagai gelandang bertahan atau ”nomor 6”. Posisi itu sudah dimainkan sejak sang pemain masih di akademi West Ham United. Dia selalu identik dengan peran defensif.
Namun, Arteta lebih mengetahui pemainnya. Rice sering dimainkan sebagai gelandang box to box atau ”nomor 8” pada tahun ini. Dia diberikan kebebasan maju membantu serangan. Sang manajer seolah menegaskan, tidak membeli pemain seharga 105 juta euro itu hanya untuk bertahan. ”Dia mengatakan saya punya kemampuan mencetak gol dan asis, juga membuat perbedaan,” kata Rice.
Uniknya, setelah tidak berkontribusi gol ataupun asis sejak akhir Maret, Rice kembali bersinar dalam tiga pertandingan terakhir. Dia menyumbang total 1 gol dan 3 asis, termasuk mencatat asis dalam dua laga derbi London, versus Chelsea dan Tottenham Hotspur. Adapun Arsenal tidak pernah kalah saat Rice menyumbang gol ataupun asis.
Ada faktor besar di balik rentetan kontribusi Rice di sisi ofensif. Jika dilihat lebih dalam, terdapat sosok Thomas Partey yang menggantikan perannya sebagai gelandang bertahan. Partey juga baru mendapatkan kesempatan beruntun jadi starter dalam tiga laga terakhir. Alhasil, seperti lawan Bournemouth, Rice lebih diberikan kebebasan.
Baca juga: Epitome Kekuasaan Arsenal di London Utara
Rice sering membuat pergerakan tanpa bola ke kotak penalti, terutama dalam situasi transisi serangan balik. Pada gol kedua Arsenal yang dicetak Leandro Trossard, dia berada di posisi yang seharusnya ditempati penyerang tengah Kai Havertz. Rice mendapatkan bola, lalu mengumpan kepada Trossard yang menunggu di sisi kiri.
Sama juga dengan gol ketiga Arsenal pada injury time. Penyerang sayap Gabriel Jesus berada di sisi kanan kotak penalti, menunggu bantuan pemain lain. Tiba-tiba, Rice datang dari tengah lapangan ke area tengah kotak penalti. Momen itu berujung tendangan keras Rice yang tidak mampu diantisipasi kiper Mark Travers.
Adapun di laga tada, Rice turut menyumbang tiga umpan kunci untuk rekan-rekannya. Jumlah itu bahkan melebih gelandang kreatif Martin Odegaard (1) yang selalu menjadi otak dari serangan ”Si Meriam”. Dengan kontribusi tersebut, Rice diberikan penghargaan pemain terbaik dalam kemenangan atas Bournemouth.
Terdapat perbedaan kontras ketika Partey di lapangan. Sebenarnya, Rice mendapatkan tugas serupa ketika Jorginho dimainkan. Namun, Partey adalah pemain bertahan yang jauh lebih baik ketimbang Jorginho. Karena itu, Rice tidak perlu mengkhawatirkan pertahanan saat menguasai bola. Dia bebas bergerak ke depan.
Laga versus Bournemouth merupakan etalase potensi Rice pada masa depan. Jika dia didukung gelandang seperti Partey, kualitas ofensif darinya bisa memberikan nilai tambah yang berarti untuk Arsenal. Rice mampu mengisi kehilangan gelandang Granit Xhaka yang bergabung dengan Bayer Leverkusen pada musim panas lalu.
”Dia (Rice) terus membaik. Dia adalah pemain yang komplet saat ini untuk Arsenal. Butuh setidaknya 20 tahun sampai kita bisa merasakan atmosfer seperti ini lagi, kesatuan antara para pendukung dan pemain. Saya pikir Declan yang mewujudkan itu. Dia tampak bersenang-senang di sini,” kata mantan bek Arsenal Martin Keown kepada BBC Sport.
Bersamaan dengan penampilan apik Rice, Arsenal mampu mendominasi tim tamu, terutama di paruh pertama. ”Si Meriam” berhasil menghasilkan 16 tembakan sebelum turun minum, sementara Bournemouth hanya dengan sekali tembakan. Hanya saja, mereka hanya mampu mencetak satu gol lewat eksekusi penalti Bukayo Saka.
Dengan hasil itu, Arsenal memperkokoh posisi di puncak klasemen dengan 83 poin dari 36 laga. Meskipun masih memimpin perburan gelar, mereka masih harus berharap Manchester City terpeleset untuk juara. Jika kedua tim itu memenangi semua sisa laga, City akan keluar sebagai juara dengan keunggulan dua poin. (AP/REUTERS)