Sisi Lain Wajah Havertz di Arsenal Menatap Bournemouth
Tidak akan ada lagi wajah Havertz yang canggung seperti pertemuan pertama dengan Bournemouth. Havertz sudah berevolusi.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
LONDON, KAMIS — Arsenal mendatangkan Kai Havertz untuk berperan sebagai gelandang yang bisa membantu penyerang. Namun, dia berevolusi menjadi penyerang yang turut berkontribusi di lini tengah. Lawan Arsenal berikutnya, Bournemouth, adalah saksi perubahan signifikan dalam rentang tujuh bulan itu.
Havertz benar-benar terlahir kembali. Dari pemain yang dinilai tidak efisien di depan gawang selama tiga musim bersama Chelsea, dia mulai diakui sebagai salah satu penyerang paling komplet dan berguna saat ini. Terbukti, bintang tim nasional Jerman itu masuk dalam nominasi pemain terbaik Liga Inggris bulan April.
Gelandang Arsenal, Jorginho, sudah memprediksi sejak akhir 2023, waktu akan membuktikan kualitas papan atas dari seorang Havertz. Havertz, yang didatangkan seharga 65 juta euro dari Chelsea, sempat dinilai sebagai pembelian musim panas paling gagal dalam survei para agen pemain oleh The Athletic.
”Anda berpikir dia tidak cepat, tetapi dia cepat. Dia terlihat tidak kuat karena tubuh kurus, tetapi selalu tampil kuat dalam setiap duel. Dia memiliki semuanya, termasuk inteligensi, teknik, penyelesaian akhir, dan kerja keras. Hanya butuh sedikit waktu sampai orang lain sadar,” kata Jorginho yang juga setim dengan Havertz di Chelsea.
Evolusi Havertz akan semakin kontras saat Arsenal menjamu Bournemouth di Stadion Emirates, Sabtu (4/5/2024) malam WIB. Sebab, terakhir berhadapan dengan tim papan tengah itu pada akhir September 2023, Havertz masih tampak canggung dalam skuad Arsenal. Dia bagai minyak dalam segelas air mineral.
Ketika itu, kapten tim Martin Odegaard sampai memberikan kesempatan penalti pada Havertz yang sedang krisis percaya diri. Havertz pun mencetak gol pertama untuk Arsenal setelah sepuluh laga berlalu. Dia merayakan gol dengan gestur malu-malu saat Odegaard mendorongnya ke tribune para pendukung.
Kecanggungan itu tidak terlihat dalam tiga bulan terakhir. Apalagi, dalam dua laga terakhir bertajuk derbi London versus Chelsea dan Tottenham Hotspur. Havertz menyumbang total 3 gol dan 1 asis dalam derbi. Dia juga berselebrasi dengan gestur meledek saat mencetak gol, termasuk ke mantan timnya, Chelsea.
Kepercayaan diri Havertz memuncak seiring evolusi peran baru sebagai penyerang tengah. Dia menjadi ujung tombak, menggantikan Gabriel Jesus, dalam 8 dari 10 laga Liga Inggris terakhir. Hasilnya, dia menciptakan 8 gol dan 5 asis. Jumlah itu sudah melebihi catatan terbaiknya dalam semusim di Chelsea (8 gol dan 3 asis)
Havertz, oleh manajer Mikel Arteta, tidak lagi diplot sebagai gelandang kiri yang sering naik ke kotak penalti seperti saat melawan Bournemouth. Dia memerankan penyerang yang sering bergerak ke lini tengah untuk membuka ruang. Peran baru yang lebih bebas itu berpengaruh positif terhadap Havertz dan Arsenal.
Menurut Arteta, kelebihan terbesar Havertz adalah kecerdasan memahami permainan. Dia bisa membuka ruang pertahanan lawan hanya dengan pergerakan tanpa bola. Itu yang membuatnya tidak bisa dinilai hanya dari gol atau asis. Dia memudahkan pekerjaan para pemain di sekelilingnya.
”Dia bisa mengancam Anda dengan pergerakan dari belakang, lalu berada di posisi yang bagus. Inteligensi sepak bola miliknya mengagumkan. Bagaimana dia membaca ruang, pemilihan waktu untuk memanfaatkan ruang itu, lalu bergerak ke arah lawan, tetapi yang terpenting, sang pemain merasa kami percaya padanya,” kata Arteta.
Kecerdasan Havertz membaca ruang turut berpengaruh pada pertahanan. Dia menjadi pemimpin saat Arsenal menekan dengan blok pertahanan tinggi. Ketika sang penyerang 24 tahun itu mulai bergerak agresif menekan lawan, para pemain lain akan ikut menyergap. Dia bagai pelatuk dalam pistol.
Permainan Arsenal juga semakin sulit ditebak. ”Si Meriam” bisa lebih banyak melakukan serangan langsung lewat umpan-umpan panjang. Dengan presensi fisik setinggi 1,93 meter, Havertz bisa diandalkan dalam pertarungan di udara. Dia masuk daftar 10 besar pemain yang menang duel udara terbanyak di liga (92 kali).
Evolusi Havertz tersebut yang bisa terus menjaga kans Arsenal dalam perebutan juara. ”Si Meriam” butuh kemenangan atas Bournemouth untuk mempertahankan posisi puncak klasemen dan memberikan tekanan pada Manchester City. Jika menang, mereka akan mengoleksi 83 poin dari 36 laga.
Adapun City (79 poin) baru akan memainkan pertandingan ke-35 setelah laga Arsenal versus Bournemouth. Mereka akan menjamu Wolverhampton Wanderers di Stadion Etihad. Pekan lalu, City sempat kesulitan menaklukkan tim papan bawah Nottingham Forest seusai Arsenal menang terlebih dulu beberapa jam sebelumnya.
Di sisi lain, Bournemouth juga akan datang bersama penyerang andalan Dominik Solanke. Pemain asal Inggris itu sudah mencetak 18 gol di liga, hanya berselisih tiga gol dari penyerang Manchester City, Erling Haaland (21), yang memuncaki klasemen sementara peraih Sepatu Emas. Alhasil, Stadion Emirates akan menjadi panggung pembuktian dua penyerang sekaligus. (AP/REUTERS)