Dari tren lima laga terakhir, Chelsea tampak terjerat fenomena Robin Hood. Mereka maju selangkah, lalu mundur lagi.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
SHEFFIELD, SENIN — Bagai Robin Hood yang mencuri dari ”si kaya” dan memberikan kepada ”si miskin”, seperti itulah Chelsea musim ini. Seusai kemenangan dramatis atas Manchester United, Chelsea kembali berbagi poin dengan tim di zona degradasi. Giliran tim juru kunci Sheffield United yang menerima kedermawanan ”Si Biru”.
Manajer Chelsea Mauricio Pochettino sempat begitu yakin, kemenangan 4-3 atas MU lewat dua gol tiba di injury time akan menjadi momentum kebangkitan tim. Namun, hanya tiga hari berselang, Senin (8/4/2024) dini hari WIB, mereka kembali meratapi nasib seusai ditahan tuan rumah Sheffield 2-2 di Stadion Bramall Lane.
Cole Palmer dan rekan-rekan mampu unggul dua kali, lewat bek Thiago Silva di paruh pertama dan penyerang sayap Noni Madueke setelah turun minum. Namun, mereka selalu kehilangan fokus sehabis unggul. Sheffield memanfaatkan itu di injury time, menit ke-90+2, dengan gol penyeimbang dari penyerang Oliver McBurnie.
”Sangat pahit rasanya harus kemasukan di menit-menit akhir, tetapi kami mesti beranjak dari hasil ini dan terus melaju. Jika dianalisis, hasil imbang ini adil untuk kedua tim. Di Liga Inggris, Anda harus bermain bagus dan mengontrol permainan (jika ingin menang). Semua tim di liga bagus,” kata Pochettino.
Kami mencetak banyak gol, tetapi juga kemasukan terlalu banyak saat bersamaan. Kami kesulitan akibat itu. Kami perlu menemukan keseimbangan yang tepat jika ingin naik peringkat.
Manajer Sheffield Chris Wilder kurang sependapat dengan Pochettino. Baginya, mereka lebih pantas menang. Tuan rumah kalah dalam penguasaan bola 32,5-67,5 persen, tetapi lebih berbahaya sepanjang laga. Mereka unggul jumlah tembakan 11-6 ataupun kualitas peluang 1,36-0,37 xG (expected goals).
Dua gol Chelsea datang dari kualitas individu para pemain. Gol pertama dicetak Silva lewat sepakan akrobatik dari skema tendangan sudut. Sementara itu, gol kedua berasal dari aksi individu Madueke dalam transisi serangan balik di sisi kanan. Selain gol tersebut, tim tamu juga hanya menguasai bola tanpa tujuan jelas.
Setiap unggul, ”Si Biru” tiba-tiba sering melakukan kesalahan. Bahkan, Silva, veteran 39 tahun, sempat salah mengumpan di dekat kotak penalti dalam keunggulan 1-0. Beruntung, blunder itu gagal dimanfaatkan. Adapun gol pertama Sheffield dari Jayden Bogle diawali kesalahan koordinasi sisi kiri pertahanan Chelsea.
”Anak-anak bermain luar biasa melawan para pemain top tersebut. Usaha yang hebat dari mereka. Saya akan merasa kecewa jika kami tidak mendapatkan apa pun dari laga ini. Kami adalah tim yang jauh lebih baik dalam hal individu ataupun kolektif di lapangan tadi,” ujar Wilder.
Palmer yang mencetak hattrick ke gawang MU juga tidak banyak terlihat. Bermain di posisi gelandang serang, kontribusi terbesarnya hanyalah menyumbang asis untuk gol Madueke. Sisanya, dia tidak banyak menambah sisi kreativitas Chelsea di sepertiga akhir lawan. Adapun Palmer ditarik keluar di menit ke-74.
Hasil tersebut memperlihatkan tren unik Chelsea dalam tiga laga terakhir. Mereka tiga kali ditahan imbang oleh tim yang berada dalam bayang-bayang degradasi, yaitu Sheffield, Burnley, dan Brentford. Semuanya berakhir dengan skor 2-2 dan ”Si Biru” selalu mampu unggul lebih dulu.
Laga versus Burnley, tim peringkat ke-19, merupakan yang terburuk. Chelsea bahkan tidak mampu menang di kandang sendiri walaupun tim lawan bermain dengan 10 orang sejak babak pertama. Mereka kecolongan dua kali setelah unggul, termasuk gol penyeimbang Dara O’Shea pada sembilan menit tersisa.
Padahal, Chelsea nyaris selalu mampu bermain bagus ketika bertemu tim besar. Rekor mereka dalam tabel pertemuan tim-tim ”klasik 6 besar” cukup impresif. ”Si Biru” mencatatkan poin ketiga terbanyak, 10 poin (2 menang, 4 seri, 2 kalah), hanya lebih rendah dari Arsenal dan Manchester City.
Ketangguhan Chelsea di hadapan para tim besar tidak banyak berarti musim ini karena mereka justru sangat dermawan kepada tim-tim kecil. Fenomena Robin Hood itu yang membuat mereka terjebak di peringkat ke-9 hingga saat ini. Chelsea terpaut 16 poin dari peringkat keempat Tottenham Hotspur.
Menurut Pochettino, masalah terbesar timnya ada di pertahanan. Mereka belum menemukan formula pas menjaga keunggulan. ”Kami mencetak banyak gol, tetapi juga kemasukan terlalu banyak saat bersamaan. Kami kesulitan akibat itu. Kami perlu menemukan keseimbangan yang tepat jika ingin naik peringkat,” ujarnya.
Spurs merasakan hangat empat besar
Nasib Chelsea berbanding terbalik dengan tim tetangga, Spurs. Spurs sukses menaklukkan tim papan bawah Nottingham Forest 3-1 di Stadion Tottenham Hotspur, pada Senin dini hari WIB. Setelah penantian berbulan-bulan, mereka akhirnya bisa merasakan kehangatan posisi empat besar.
Spurs (60 poin) mengudeta posisi Villa (60 poin) yang bermain imbang di pekan ini. Spurs unggul dalam selisih gol dengan kemasukan dan masih memiliki satu laga tabungan. Tim asuhan manajer Ange Postecoglou itu berkesempatan masuk empat besar sejak medio Maret, tetapi selalu gagal memanfaatkannya.
”Itulah yang ingin kami lakukan (berada di empat besar) dan terus melaju sampai akhir. Semua orang selalu membicarakan kami tentang masuk ke empat besar. Kami tidak ingin berhenti di sini. Kami berada dalam bentuk yang bagus untuk menyudahi musim dengan kuat. Saya punya kemewahan dalam skuad (dengan para pemain yang sudah kembali dari cedera,” kata Postecoglou.
Tantangan besar menanti Spurs di sisa musim. Mereka masih akan menghadapi tiga tim pesaing juara, yaitu Arsenal, Liverpool, dan Manchester City. Selain bisa memastikan langkah ke empat besar, mereka juga bisa menentukan takdir juara liga musim ini. ”Saya tidak peduli dengan itu. Kami hanya ingin berjuang untuk diri sendiri,” kata Postecoglou. (AP/REUTERS)