Rahmat dan Rizki, Dua Kutub Berseberangan Menyalakan Persaingan
Dua lifter terbaik Indonesia, Rahmat Erwin Abdullah dan Rizki Juniansyah, akan berebut satu tiket Olimpiade.
Oleh
REBIYYAH SALASAH, KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
Rahmat Erwin Abdullah dan Rizki Juniansyah punya gaya yang bertolak belakang saat perlombaan, bagai musik klasik dan heavy metal. Rahmat cenderung penuh ketenangan dengan teknik rapi dan harmonis, sedangkan Rizki lebih menonjolkan eksplosivitas yang penuh energi dan intensitas. Keduanya sama-sama enak didengar.
Dua bulan lalu, misalnya, perbedaan itu tampak nyata di Kejuaraan Angkat Besi Asia 2024 di Tashkent, Uzbekistan. Rahmat melangkah ke atas platform dengan tenang, lalu melakukan gerakan demi gerakan untuk menuntaskan percobaan angkatan. Setiap percobaan angkatan yang ia lakukan berhasil, tak ada teriakan, tangan mengepal atau meninju udara.
Baca Berita Olimpiade Paris 2024
Ikuti informasi terkini seputar Olimpiade Paris 2024 dari berbagai sajian berita seperti analisis, video berita, perolehan medali, dan lainnya.
Rahmat hanya memberi salam ke juri, kecuali setelah semua percobaan angkatan selesai. Lifter asal Makassar, Sulawesi Selatan, ini memastikan meraih tiga medali emas serta memecahkan rekor. Dia lantas merayakan pencapaian itu dengan gaya andalannya: memamerkan otot-otot tangan sembari bergaya ala binaragawan.
Sementara itu, eksplosivitas Rizki terlihat bahkan sejak dia masuk gelanggang. Daya ledak itu mendorong Rizki menyelesaikan semua percobaan angkatan sekaligus memastikan meraih tiga medali perak.
Setiap keberhasilan dirayakan dengan teriakan penuh kelegaan. Begitu pula selepas percobaan angkatan clean and jerk terakhir. Rizki berteriak sambil mengepalkan kedua tangannya, memberi gestur salam yang dilanjutkan dengan gerakan hormat, lalu memeluk pelatihnya, Triyatno.
Dengan gaya masing-masing, Rahmat dan Rizki merupakan lifter terbaik di kelas 73 kilogram putra. Hasil Uzbekistan memantapkan posisi keduanya di puncak daftar panjang (long list) peringkat kualifikasi Olimpiade Paris 2024. Rahmat memimpin dengan total angkatan terbaik 363 kilogram, Rizki dengan 353 kilogram. Keduanya berada dalam posisi aman untuk lolos Olimpiade yang mensyaratkan lifter masuk 10 besar daftar peringkat.
Namun, hanya satu tiket ke Olimpiade Paris 2024 yang tersedia bagi satu negara di kategori berat tertentu membuat Rahmat dan Rizki harus bersaing. Keduanya mesti menjadi lifter dengan total angkatan terbaik di kelas 73 kg demi berlaga di Paris. Penentunya di kualifikasi terakhir, Piala Dunia Angkat Besi 2024 di Phuket, Thailand, Kamis (4/4/2024).
(Persaingan ini) membuat kami di Indonesia saling berusaha jadi yang terbaik. Saya tidak bisa santai karena ada posisi dan tiket yang harus saya amankan. Kalau ada lawan, terutama sesama Indonesia, saya jadi terus mencoba menampilkan yang terbaik.
Dua ”kutub” berseberangan ini akan beradu untuk menjadi lifter terbaik yang mewakili Indonesia. Rahmat bertekad terus menjauhi Rizki, sebaliknya Rizki berupaya mengejar dan bahkan melampaui Rahmat.
”(Piala Dunia) sama seperti kompetisi-kompetisi sebelumnya. Tapi, karena ini kejuaraan wajib dan kualifikasi terakhir, semua lifter pasti turun. Semua pasti all out, termasuk saya yang harus mengamankan posisi (dari Rizki),” ujar Rahmat.
Rivalitas di tempat latihan
Sebagai sesama atlet Indonesia yang bergabung di pelatnas dan bertanding di kelas yang sama, rivalitas Rahmat dan Rizki ini bahkan terasa di tempat latihan. Di pelatnas angkat besi, Mess Kwini, Jakarta, spot latihan Rahmat dan Rizki berseberangan seperti kutub utara dan kutub selatan. Rahmat berada di pojok kanan dari pintu utama, sementara Rizki berada di sisi kiri, tepat di depan pintu utama.
Posisi yang berseberangan juga seolah mewakili perbedaan mereka. Di tempatnya latihan, Rizki dengan setelan warna terang mencoba angkatan clean and jerk seberat 200 kilogram, akhir Februari lalu. Dalam waktu bersamaan, Rahmat dengan setelan serba gelap ”hanya” berlatih front squat.
Ketika keriuhan terdengar selepas Rizki menuntaskan percobaan untuk angkatan terbaiknya di latihan, keheningan terasa di sudut Rahmat mengangkat beban. Kutub yang berseberangan dan sama-sama dominan ini membuat rivalitas keduanya kian menarik untuk disaksikan.
”(Persaingan ini) membuat kami di Indonesia saling berusaha jadi yang terbaik. Saya tidak bisa santai karena ada posisi dan tiket yang harus saya amankan. Kalau ada lawan, terutama sesama Indonesia, saya jadi terus mencoba menampilkan yang terbaik,” ucap Rahmat.
Hal serupa disampaikan Rizki. Menurut lifter asal Serang, Banten, ini mereka saling terpacu satu sama lain. Bahkan, latihan terasa seperti kompetisi. Namun, dia bersama pelatih mencoba agar panasnya persaingan itu menjadi bahan bakar saat kompetisi sungguhan. ”Biar pembuktiannya di panggung, tidak ada gunanya adu-aduan di latihan,” katanya.
Di sisi lain, Rahmat punya mimpi besar untuk menaikkan perolehan medali dari Olimpiade Tokyo 2020. Saat itu, Rahmat meraih medali perunggu di kelas 73 kg. Maka, untuk mewujudkan impian tersebut, dia terlebih dahulu harus memastikan diri keikutsertaan di Olimpiade Paris.
Adapun Rizki yang baru akan berusia 21 tahun di bulan Juni nanti juga sangat haus akan prestasi. Dengan usia yang masih muda, Rizki sebenarnya menargetkan untuk lolos dan bersinar di Olimpiade Los Angeles 2028. ”Namun, kalau sekarang ada kesempatan, kenapa tidak dicoba?” ujarnya.
Persaingan Rahmat dan Rizki menuju Olimpiade Paris 2024 akan segera menemui akhir. Siapa pun yang lolos nantinya merupakan lifter terbaik yang layak mewakili Indonesia. Satu hal yang penting, dominasi Rahmat dan Rizki seolah menjadi jaminan masa depan angkat besi Indonesia berada di tangan yang tepat.