Cinta Berbalas dari Bernardo Silva
Bernardo Silva menegaskan diri sebagai ”unsung hero” untuk Manchester City. Rekor baru City ciptakan di Piala FA.
MANCHESTER, MINGGU — Nama Bernardo Silva memang tak seharum Kevin De Bruyne atau Erling Haaland di skuad Manchester City. Tetapi, titik tertinggi dalam sejarah klub dicapai ”The Citizens” tidak lepas dari pengaruh dan magis Silva. Sekali lagi, hal itu ditunjukkan pemain kidal asal Portugal itu demi membantu City menyentuh semifinal Piala FA keenam secara beruntun.
Jika dalam cerita fiksi terdapat sosok unsung hero atau pahlawan yang acap terlupakan, itulah kedudukan Silva di dalam tim penuh prestasi City saat ini. Meski begitu, Silva bisa kapan saja hadir menjadi sosok penting City untuk meraih kemenangan.
Baca juga: Foden, ”Mancunian” Penegas Manchester Berwarna Biru
Brace atau dua gol yang dicetak Silva ke gawang Newcastle United pada perempat final Piala FA, Minggu (17/3/2024) dini hari WIB, di Stadion Etihad, adalah bukti peran penting Silva yang tak kasatmata. Silva mencetak gol di menit ke-13 dan ke-31 yang dibantu defleksi dari bek Newcastle sehingga bola sedikit berubah arah dan mengecoh kiper Newcastle, Martin Dubravka.
Saya telah katakan berkali-kali, betapa pentingnya Bernardo (Silva) secara pribadi dan dalam skema sepak bola kami.
Bantuan gol-gol Silva itu membuktikan kemampuan hadirnya di masa-masa krusial City. Di laga kontra Newcastle itu, Haaland kesulitan lepas dari kawalan pemain belakang Newcastle, lalu Phil Foden juga tidak diberi keleluasaan mendekati gawang, sedangkan De Bruyne tidak masuk skuad akibat cedera. Alhasil, Silva menjelma menjadi juru selamat bagi City.
Tidak sekadar mempersembahkan tiket ke Wembley, Silva juga membantu City menjaga asa untuk menjadi klub pertama dalam sejarah sepak bola modern yang bisa meraih double treble winner. The Citizens masih bersaing di Liga Inggris, Piala FA, dan Liga Champions dengan status sebagai juara bertahan.
Baca juga: Manchester City Menikmati Jadwal Padat
City pun telah menahbiskan diri sebagai tim pertama yang menembus semifinal Piala FA dalam enam edisi berturut-turut. Dirunut selama delapan musim ditangani Manajer Pep Guardiola, City hanya sekali gagal mencapai babak empat besar di musim 2017-2018.
”Semua orang mencintainya. Kami menginginkan dia, dia sangat penting bagi kami,” ujar Guardiola ditanya tentang performa Silva seusai laga kontra Newcastle, dilansir laman klub.
Rela berkorban
Silva sempat berpikir untuk meninggalkan Etihad pada musim panas 2022 lalu. Barcelona merupakan salah satu tim yang menunjukkan ketertarikan kepada pemain hasil binaan Benfica itu. Beruntung bujukan dari Guardiola masih mempan untuk mempertahankan Silva.
Di sisi lain, cinta Silva untuk City kadung besar. Silva tumbuh sebagai pemain dan secara personal sejak pindah ke Inggris. Potensi besarnya sebagai salah satu gelandang terbaik yang pernah dimiliki Portugal mencapai titik maksimal sejak mengenakan jersei City.
Baca juga: Saatnya Liverpool Hapus Kutukan Satu Abad di Old Trafford
Ia pun rela berkorban selama bersama City. Guardiola telah mencoba Silva di semua posisi, kecuali bek tengah. Pada musim 2022-2023 lalu, Silva bermain sebagai gelandang serang, gelandang bertahan, penyerang sayap, false nine, hingga mengisi pos bek sayap kiri.
Seiring hijrahnya Ilkay Guendogan di awal musim ini, Silva mendapat peran lebih konsisten sebagai gelandang serang. Ia menggaransi satu tempat dari duo gelandang serang dalam taktik 4-1-4-1. Berbeda dengan Guendogan yang lebih dekat ke gawang, Silva lebih bertugas sebagai kreator serangan. Itu membantu dua gelandang sayap untuk lebih dekat ke gawang dibandingkan dirinya.
Tetapi, ketika mendapat ruang, Silva punya penciuman tajam untuk melepaskan tembakan yang tepat sasaran dan mengancam gawang lawan. Di musim ini, Silva hanya membutuhkan rerata enam tembakan untuk menghasilkan sebuah gol. Ia pun telah menghasilkan 10 gol untuk City sehingga hanya berjarak tiga gol untuk menyamai catatan gol terbaiknya pada 2018-2019 dan 2021-2022.
”Saya telah katakan berkali-kali betapa pentingnya Bernardo (Silva) secara pribadi dan dalam skema sepak bola kami,” kata Guardiola.
Dominan
City mampu membalas dendam atas Newcastle yang menyingkirkan mereka di Piala Liga Inggris musim ini. Performa dominan City sejak sepak mula sulit diimbangi Newcastle.
Baca juga: Koneksi Mahakarya Haaland-De Bruyne
Taktik ”The Magpies” dengan menerapkan tiga bek tengah demi meredam serangan City sudah gagal ketika laga baru berjalan 13 menit. Selain itu, perjudian Manajer Newcastle Eddie Howe untuk hanya menghadirkan satu pemain sayap di masing-masing sisi lapangan berkat formasi bertahan 5-3-2 memberikan keleluasaan bagi dua sayap menyerang City, Foden dan Jeremy Doku.
Keduanya menjadi poros bagi serangan City. Doku dan Foden membuat pertahanan Newcastle merenggang karena hadirnya ancaman dari sisi sayap. Dua bek, Josko Gvardiol dan Kyle Walker, juga memastikan City selalu punya pemain di sisi lapangan yang menyebabkan pemain Newcastle tidak hanya fokus menjaga zona tengah mereka.
Selain dua tembakan Silva, City menghasilkan tiga tembakan tepat sasaran lain. Dua diciptakan Doku dan satu lagi dari Ruben Dias. Salah satu peluang terbaik City dari sepakan Doku di menit ke-48 masih bisa ditepis Dubravka.
Baca juga: Lubang Besar Manchester City Jelang Laga Krusial
Adapun Newcastle hanya bisa sekali mengancam gawang City. Hal itu tercipta melalui sepakan Alexander Isak di menit ke-36.
”Kami bermain baik, kami mengamankan bola dengan baik. Mateo (Kovacic), Rodri, dan Silva menjaga bola dengan sangat baik. Pertandingan berjalan baik,” ucap Guardiola.
Foden pun sepakat dengan Guardiola. ”Saya pikir kami mengontrol gim. Kami menguasai bola lebih banyak dan mencoba menemukan momen tepat untuk menyerang,” kata Foden, dilansir BBC.
Howe mengakui, rencana permainannya tidak berjalan di Etihad. Menurut dia, kualitas City masih jauh di atas skuadnya.
”Perbedaan kami dengan City adalah kualitas teknis. Pemain-pemain mereka bisa keluar dari situasi yang ketat, itu menunjukkan level permainan tertinggi. Kami mencoba untuk mencapai level mereka,” kata Howe kepada BBC.