Mentalitas baja Liverpool saat dalam kondisi tertinggal akan menjadi faktor terbesar dalam perebutan trofi Liga Inggris.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Ada teori yang berlaku untuk lawan-lawan Liverpool musim ini, ”Jangan unggul lebih dulu”. Kalimat itu terkesan seperti paradoks bagi tim yang ingin menang, tetapi amat realistis. Liverpool hanya butuh sedikit pemantik untuk terbangun dan mengamuk tiba-tiba. Pemantik itu adalah gol lawan.
Giliran tim promosi Luton Town yang merasakan amarah Liverpool di Stadion Anfield, Kamis (22/2/2024) dini hari WIB. Bermain terbuka melawan tuan rumah yang tanpa banyak pemain utama, Luton sempat unggul lebih dulu di babak pertama lewat gol Chiedozie Ogbene. Namun, itu justru menjadi awal petaka mereka.
Kami membuat mereka marah, bukan? Kami menyaksikan Anfield (sebenarnya) di paruh kedua. Sepak bola dengan kecepatan penuh, tekanan luar biasa yang membuat kami tercekik.
Liverpool mengamuk di paruh kedua dan menyudahi laga dengan kemenangan 4-1. Manajer Luton Rob Edwards hanya bisa pasrah. ”Kami membuat mereka marah, bukan? Kami menyaksikan Anfield (sebenarnya) di paruh kedua. Sepak bola dengan kecepatan penuh, tekanan luar biasa yang membuat kami tercekik,” ujarnya.
Menariknya, tim asuhan Manajer Juergen Klopp itu sukses melewati potensi ”malam terburuk”. Tanpa trio penyerang Darwin Nunez, Diogo Jota, dan Mohamed Salah yang cedera, Liverpool kehilangan sosok dengan kontribusi total 46 gol musim ini. Saking banyak cedera, cadangan sampai diisi lima pemain remaja asal akademi.
Liverpool buntu selama hampir sejam laga. Penyerang sayap Luis Diaz menjadi satu-satunya harapan tuan rumah walaupun kurang klinis. Saat dibutuhkan, inspirasi itu justru datang dari bek Virgil van Dijk yang menyamakan kedudukan lewat skema tendangan sudut. Anfield langsung membara, pertanda buruk bagi Luton.
”Si Merah” hanya butuh 125 detik berselang untuk membalikkan keadaan lewat gol Cody Gakpo. Terlihat jelas dari gestur para pemain Luton, mereka sudah kalah. Mimpi Luton membuat sejarah di Anfield yang dijaga hampir sejam buyar pada menit ke-59. Liverpool menutup kemenangan dengan tambahan gol Diaz dan Harvey Elliott.
Lagi-lagi, Liverpool membuktikan, mentalitas lebih penting dibandingkan talenta. Klopp tidak mengubah taktik ataupun mengganti pemain saat turun minum. Dia hanya meminta para pemain untuk melupakan paruh pertama yang terlalu terburu-buru. Dia ingin timnya tetap tampil intens, tetapi lebih sabar.
Janji Klopp
Klopp terpaksa melanggar janjinya. Dia kembali memotivasi para pemain dengan menggunakan referensi kebangkitan Liverpool atas Barcelona di semifinal Liga Champions 2019. Menurut manajer yang akan hengkang di akhir musim nanti itu, tim asuhannya hanya butuh dorongan untuk mengeluarkan potensi asli.
”Saja berjanji beberapa bulan lalu, tidak akan memakai laga versus Barcelona lagi sebagai contoh. Dan, saya menggunakan itu lagi hari ini. Itu karena situasinya sama, banyak pemain yang absen. Saya ingin mereka melupakan fakta kami kehilangan banyak pemain. Anak-anak berhasil melakukannya,” ucap Klopp.
Motivasi Klopp, semangat spartan skuad Liverpool, dan bantuan para pendukung fanatik berkombinasi menjadi satu. Hasilnya, Si Merah menjadi tim yang paling sulit dikalahkan musim ini. Mereka baru kalah dua kali setelah separuh musim lebih berlalu, lebih sedikit dibandingkan juara bertahan Manchester City (3).
Dengan kebangkitan melawan Luton, Liverpool sudah berhasil meraih 22 poin dari situasi tertinggal. Menurut Opta, jumlah tersebut adalah yang terbanyak di liga dan juga menyamai rekor klub dalam keikutsertaan di liga (22 poin, 2008-2009). Tanpa poin dari membalikkan keadaan, mereka hanya akan menjadi tim papan tengah.
Sekali atau dua kali mungkin hanya beruntung. Namun, Liverpool sudah bangkit dari ketertinggalan berkali-kali. Dengan fakta itu, seharusnya keraguan terhadap mereka juga mulai sirna. Bagi Liverpool, kemasukan lebih dulu bukan hal yang perlu ditakutkan dan diperbaiki. Itu justru menjadi bahan bakar lebih untuk mereka.
Mentalitas pemenang Van Dijk dan rekan-rekan adalah faktor terbesar yang akan membawa Liverpool ke trofi juara. Adapun mereka semakin kokoh di puncak klasemen sementara dengan 60 poin dari 26 laga, meninggalkan City (56) dan Arsenal (55) yang memainkan satu laga lebih sedikit.
Perjalanan Liverpool akan jauh dari kata mulus. Mereka masih harus menghadapi potensi masalah, seperti badai cedera dan jadwal padat. Saat ini, daftar cedera Liverpool bisa untuk membentuk satu tim baru. Mayoritas pemain yang cedera juga sangat penting, seperti Salah dan Trent Alexander-Arnold.
Klopp masih bisa menemukan solusi sejauh ini. Namun, jika badai cedera terus berlanjut, tantangan sang manajer akan membesar mengingat Liverpool masih aktif dalam perburuan empat trofi musim ini. Sangat sulit menghadapi jadwal padat di momen terpenting dengan skuad terbatas.
Meskipun begitu, sang manajer mungkin bisa berharap dari hasil investasinya pada pemain muda. Adapun Klopp memainkan tiga pemain remaja dari bangku cadangan dalam laga versus Luton. Salah satunya Jayden Danns (18) yang menjalani debut profesional bersama tim senior.
”Saya sangat senang ketika anak-anak itu bisa masuk ke tim dan mendapat kesempatan bermain. Dannsy (Danns) mungkin mengucapkan terima kasih sampai 50 kali kepada saya. Saya ingin memberi mereka kesempatan. Tetapi, dengan laga penting ke depan, saya tidak tahu apa yang akan terjadi nanti,” pungkasnya.
Pada akhirnya, Liverpool telah menegaskan, mentalitas mereka tidak tenggelam dalam situasi terburuk dan kondisi terbatas. Mereka adalah predator teratas dalam rantai makanan Liga Inggris. Seperti kata peribahasa, ”Jangan bangunkan macan tidur”. (AP/REUTERS)