Manchester City nyaris kalah, tapi mampu merawat kesucian Stadion Etihad dari terkaman Chelsea.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
MANCHESTER, MINGGU — Tren 11 kemenangan beruntun Manchester City di semua kompetisi harus terjeda setelah ditahan imbang Chelsea, 1-1, di Stadion Etihad, Minggu (18/2/2024) dini hari WIB. Pertandingan diwarnai anomali Erling Haaland yang gagal menyumbangkan gol kendati banyak mendapatkan peluang. Hasil imbang merugikan City yang butuh poin penuh untuk menggeser Arsenal di peringkat kedua.
Penampilan Haaland di laga ini menimbulkan banyak tanda tanya. Penyerang timnas Norwegia tersebut melepaskan 10 tembakan sepanjang 90 menit. Jumlah tembakan tersebut merupakan yang terbanyak dalam satu pertandingan yang pernah dicatatkan Haaland selama membela City.
Saya bermain selama 11 tahun dan mencetak 11 gol. Jadi, saya tidak bisa memberikan terlalu banyak nasihat kepada Erling (Haaland). Berikutnya dia akan mencetak gol.
Haaland pernah mencatatkan jumlah tembakan sebanyak itu saat melawan West Ham pada September 2023. City menang 3-1 di laga tersebut dengan Haaland mencetak gol penutup kemenangan timnya. Kali ini ceritanya berbeda. Malang bagi Halang, tidak ada satu pun dari sembilan percobaan tembakan itu yang bisa dikonversi menjadi gol.
Penurunan ketajaman Haaland pun terasa janggal. Padahal, pada laga Liga Inggris sebelumnya, Haaland muncul sebagai pahlawan City dengan dua golnya ke gawang Everton.
Tampil sebagai ujung tombak City, Haaland tidak mendapatkan keleluasaan untuk bergerak. Dia senantiasa mendapatkan pengawalan berlapis dari para pemain belakang Chelsea. Manajer Chelsea Mauricio Pochettino menugaskan Levi Colwill untuk menempel pergerakan Haaland.
Sulit bagi Haaland melepaskan diri dari pengawasan bek Chelsea. Jikapun bisa melepaskan diri, Haaland gagal mengarahkan bola agar tepat sasaran. Selain majalnya Haaland, gawang Chelsea bisa aman berkat penampilan gemilang kiper Djordje Petrovic yang melakukan empat penyelamatan penting.
”Saya bermain selama 11 tahun dan mencetak 11 gol. Jadi, saya tidak bisa memberikan terlalu banyak nasihat kepada Erling (Haaland). Berikutnya dia akan mencetak gol. Di babak pertama, kami tidak tampil bagus, dan itulah yang harus kami tingkatkan,” ujar Manajer City Pep Guardiola saat diminta berkomentar soal penampilan Haaland, dikutip dari Sky Sports.
Sejak awal City mengincar gol cepat. Guardiola menginstruksikan para pemainnya untuk tampil menekan. Pendekatan ini direspons Chelsea dengan menerapkan garis pertahanan medium. Para pemain Chelsea tidak mau terpancing untuk menekan pemain City yang tengah menguasai bola dan membangun serangan. Mereka memilih menunggu pemain City masuk ke area pertahanan, kemudian merebut bola dan mengincar ruang di belakang bek lewat skema umpan panjang.
Berkat strategi inilah Chelsea bisa mendapatkan momentum mencetak gol lebih dulu. Di saat terus tertekan, ”Si Biru” mendapatkan peluang emas dari keterlambatan para pemain City dalam bertransisi dari menyerang ke bertahan. Bola dari area pertahanan diarahkan kepada Nicolas Jakson yang mendapatkan ruang untuk menggiring bola dengan bebas.
Di sisi sebaliknya, Raheem Sterling berlari tanpa pengawalan. Dengan cepat Jackson mengirim bola kepada Sterling. Lewat satu kali sentuhan, Sterling menghindari sergapan Kyle Walker yang tiba dari samping. Tanpa kesulitan, mantan pemain City itu menaklukkan kiper Ederson dengan mengarahkan bola ke tiang jauh.
Pochettino kembali menempatkan Jakson sebagai penyerang dalam formasi 4-2-3-1. Jackson ditopang Sterling, Conor Gallagher, dan Cole Palmer di belakangnya. Walau ditugaskan sebagai penyerang, Jackson lebih banyak turun menjemput bola dan tidak jarang bergerak melebar.
Dengan begitu, Pochettino sejatinya tetap pada kecenderungannya di dua laga terakhir yang menempatkan Jackson sebagai penyerang sayap. Adapun Gallagher sering mengincar bola dari lini kedua. Gallagher dan rekan-rekannya sesekali merepotkan barisan pertahanan City dengan kombinasi umpan-umpan pendek.
Kontribusi Rodri
Anomali penampilan Haaland menjalar juga pada keseluruhan sistem serangan City. Statistik laga menyebutkan City memiliki nilai expected goal (xG) sebesar 2,91. Artinya, ”The Citizens” semestinya bisa mencetak setidaknya tiga gol dari lima tembakan tepat sasaran. Di saat Haaland buntu, Rodri memberikan kontribusi nyata melalui golnya, tujuh menit jelang waktu normal berakhir.
Rodri memanfaatkan kemelut di kotak penalti Chelsea yang mulai kewalahan menggempur serangan demi serangan City. Pochettino membuat keputusan aneh dengan menarik Sterling dan Palmer kendati pertandingan masih tersisa sekitar 30 menit. Ketiadaan Sterling dan Palmer di lapangan merusak keseimbangan Chelsea.
Disinggung mengenai keputusannya tersebut, Pochettino mengatakan bahwa timnya perlu mengincar gol kedua. ”Saya pikir kami memutuskan untuk tidak memberikan terlalu banyak ruang kepada mereka dan memasukkan bek tengah lainnya. Bermain dengan empat bek, mereka menemukan celah yang bagus dan kami ingin mencoba menghentikan laju ini. Itu sulit karena kami tidak mampu mencetak gol kedua dan mereka mendapatkan gol tersebut dan hasil imbang,” tutur Pochettino.
Hasil imbang ini tidak ayal merupakan derita bagi City. Sebab, mereka gagal menyalip Arsenal di peringkat kedua klasemen sementara. Tambahan satu poin membuat City kini mengoleksi 53 poin, tertinggal dua poin dari Arsenal yang di laga lain menang 5-0 atas Burnley. Akan tetapi, City masih memiliki satu laga lebih sedikit sehingga kans menggeser Arsenal tetap terbuka dengan catatan mampu memulihkan ketajaman.