Mengapa Klub-klub Liga Inggris Kini Pelit Belanja Pemain?
Mengapa jendela transfer musim dingin atau paruh musim kali ini begitu sepi? Aturan keuangan membuat klub ketakutan.
Oleh
PRASETYO EKO PRIHANANTO
·3 menit baca
Hanya beberapa jam lagi, jendela transfer pemain musim dingin akan ditutup, Kamis (1/2/2024) malam. Sejauh ini, hanya ada 17 pemain yang dibeli atau dipinjam oleh klub-klub di Liga Inggris, tepatnya 10 transfer permanen, tujuh pinjaman dengan nilai yang diungkap 50 juta poundsterling. Dari jumlah tersebut, setengahnya adalah belanja Tottenham Hotspur untuk membeli Radu Dragusin dari Genoa.
Itu tentu saja jauh dari angka tiga jendela transfer sebelumnya, Januari 2023 dan musim panas 2022 serta 2023, yang memecahkan rekor belanja Liga Inggris. Pada hari yang sama tahun lalu, menjelang deadline, ada 38 transfer pemain senilai 550 juta poundsterling atau lebih dari 10 kali lipat dari nilai saat ini.
Setelah jendela transfer Januari 2023 ditutup, klub Liga Primer mencatatkan rekor belanja yang mencapai 843 juta poundsterling. Itu termasuk transfer gelandang Enzo Fernandez yang dibeli Chelsea senilai 107 juta poundsterling dari Benfica pada hari terakhir bursa musim dingin 2023.
Selain Fernandez, Chelsea juga membeli penyerang Mykhailo Mudryk (89 juta poundsterling). Klub lain juga tak ketinggalan berbelanja Arsenal (55 juta poundsterling), Liverpool (35 juta poundsterling), Newcastle United (40 juta poundsterling), dan Aston Villa (25juta poundsterling. Klub yang kemudian terdegradasi juga tak ketinggalan, Southampton (55 juta poundsterling) dan Leeds United (35 juta poundsterling).
Nilai itu memecahkan rekor belanja musim dingin sebelumnya hingga lebih dari 90 persen yang dicatatkan pada tahun 2018 senilai 430 juta poundsterlin. Januari 2023, menyusul tren belanja pada bursa transfer musim panas atau awal musim, yang juga mencatat rekor, yaitu 2,3 miliar poundsterling, melewati angka 1,9 miliar poundsterling yang tercatat pada Juli dan Agustus 2022.
Aturan keuangan
Lantas, mengapa jendela transfer musim dingin atau paruh musim kali ini begitu sepi?
”Itu karena profit and sustainability rules (PSR), atau yang sebelumnya disebut financial fair play (FFP),” kata Profesor Rob Wilson, ahli keuangan sepak bola di Universitas Sheffield Hallam, kepada BBC.
Peraturan itu telah menjerat sejumlah klub, di antaranya Nottingham Forest dan Everton. Everton bahkan telah dijatuhi hukuman pengurangan 10 poin musim ini akibat melanggar peraturan tersebut. Sementara City menghadapi 115 tuntutan juga terkait soal keuangan ini.
Aturan PSR itu di antaranya adalah tidak boleh rugi lebih dari 105 juta poundsterling dalam periode tiga musim. Dengan satu klub sudah dikurangi 10 poin, 19 klub lainnya akan berpikir dua kali untuk belanja sebelum benar-benar mengecek keuangan mereka.
”Tuduhan yang dijatuhkan kepada Nottingham Forest dan Everton atas dugaan pelanggaran PSR Liga Premier dalam keuangan mereka pada musim 2022-23 telah membuat klub lain khawatir,” ujar Wilson.
Menurut Wilson, selama ini klub merasa bisa sedikit membengkokkan aturan dan hanya akan mendapat hukuman ringan. Namun, setelah kasus Everton, ancaman hukuman yang keras itu sangat nyata.
Tidak ada klub yang ingin berisiko mendapatkan pengurangan 10 poin seperti Everton hingga terancam terjerumus ke jurang degradasi.
Klub seperti Chelsea, yang telah berbelanja pemain lebih dari 1 miliar poundsterling sejak di bawah kepemilikan Todd Boehly yang mengambil alih dari Roman Abramovich pada Mei 2022, lebih mungkin menjual pemain daripada membeli di bursa transfer kali ini. Adapun Newcastle United, meskipun menjadi salah satu klub terkaya di dunia karena didukung Saudi Public Investment Fund, melaporkan kerugian 73 juta poundsterling musim 2022-23.
Hal itu memaksa mereka harus menjual pemain dulu sebelum boleh berbelanja pemain. Pemain seperti Kieran Trippier, Callum Wilson, dan Miguel Almiron dikabarkan bakal dijual untuk menutup kerugian atau modal belanja pemain lain.
FFP selama ini menjadi momok bagi klub, memaksa mereka yang mengikuti kompetisi UEFA untuk lebih bijak dalam berbelanja. Kehadiran PSR di Liga Primer Inggris telah membuat klub lebih hati-hati lagi.