Pelarian Manchester United dari Siklus Inkonsistensi
Setelah menemukan jawaban tentang sosok pencetak gol, Manchester United dihadapkan pada pertanyaan konsistensi. Biasanya, mereka sudah dinanti hasil buruk setelah meraih hasil baik.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
NOTTINGHAM, JUMAT — Skuad Manchester United boleh saja sedang di atas angin setelah kemenangan dramatis atas Aston Villa dalam laga sebelumnya. Namun, belajar dari kisah separuh musim ini, jangan terlalu senang dulu terhadap hasil dari satu laga. Biasanya, itu hanya pelipur lara dari siklus inkonsistensi ”Setan Merah”.
Konsistensi adalah masalah terbesar tim asuhan manajer Erik ten Hag. Sulit bagi mereka bisa bermain dan meraih hasil bagus dalam tiga laga beruntun. Mantan kapten MU, Gary Neville, sampai berkata pada pekan lalu, mereka tidak bisa dipercaya. ”Mereka akan memberi secercah harapan, lalu kalah lagi,” ujarnya.
Buktinya baru terjadi awal Desember. Bruno Fernandes dan rekan-rekan sempat menunjukkan penampilan paling dominan sepanjang musim saat menang atas Chelsea. Namun, tiga hari berselang, mereka dipermalukan tim papan bawah Bournemouth, 0-3, di kandang sendiri. MU juga gagal menang empat kali beruntun.
Ketakutan tersebut yang dihadapi skuad Setan Merah jelang bertamu ke markas Nottingham Forest, Stadion The City Ground, pada Minggu (31/12/2023) dini hari WIB. Seperti diketahui, MU datang dengan kepercayaan diri setinggi langit seusai membalikkan ketinggalan dua gol dari Villa jadi kemenangan 3-2 di akhir laga.
MU patut menjaga ekspektasi. Forest juga sedang dalam kondisi moral terbaik setelah pergantian manajer dari Steve Cooper ke Nuno Espirito Santo. Lompatan nasib Forest langsung terlihat Sabtu lalu saat mengalahkan Newcastle United, 3-1. Itu adalah kemenangan pertama mereka sejak awal November.
MU patut menjaga ekspektasi. Forest juga sedang dalam kondisi moral terbaik setelah pergantian manajer dari Steve Cooper ke Nuno Espirito Santo.
Para pemain Forest tampak termotivasi dengan kepemimpinan Santo. Dalam dua laga terakhir sejak rezim Santo, penyerang veteran Chris Wood sudah menciptakan 4 gol dan 1 asis. Mantan penyerang MU, Anthony Elanga, turut berkontribusi 1 gol dan 2 asis dalam rentang waktu tersebut. Wajar jika tim tamu mesti waspada.
Sudah menjadi keniscayaan di Liga Inggris, pergantian manajer akan membawa atmosfer baru yang langsung berpengaruh terhadap hasil instan. MU kurang beruntung karena harus menghadapi Forest di waktu yang kurang tepat. ”Mari nikmati momen ini. Kami belum akan berhenti di sini,” ujar Santo.
Keyakinan MU
MU memberikan harapan agak berbeda kali ini. Mereka mulai menjawab tanda tanya tentang sosok penyerang yang akan menyelamatkan tim. Adapun sebelum laga versus Villa, tidak ada satu pun penyerang mereka yang bisa diandalkan. MU justru bertopang pada gelandang Scott McTominay yang berstatus pencetak gol terbanyak bagi tim (5 gol).
Peruntungan MU mungkin berubah setelah penyerang Rasmus Hojlund mencetak gol kemenangan atas Villa. Momen itu menyudahi kegundahan Hojlund yang belum menciptakan gol di liga setelah 14 penampilan. Bagi para penyerang muda, momentum adalah segalanya. Satu gol cukup untuk mengangkat moral mereka.
”Pastinya, selalu menjadi masalah ketika penyerang tidak mampu mencetak gol. Tetapi, dia (Hojlund) punya karakter yang kuat. Dia tahan banting dan sangat bertekad. Saya pikir, itu yang dibutuhkan oleh seorang penyerang. Saat Anda terus berinvestasi padanya, gol itu akan datang juga,” ucap Ten Hag.
Ketika percaya diri, Hojlund sangat berbahaya untuk pertahanan lawan. Hal itu sudah terlihat di babak grup Liga Champions. Penyerang 20 tahun itu menciptakan lima gol dari enam laga. ”Anda bisa melihat kelegaan dalam selebrasi saya. Saya hanya akan terus fokus untuk lebih baik di depan gawang, membantu MU menang,” ujarnya.
Menariknya lagi, Ten Hag seperti sudah menemukan formasi terbaik di lini depan. MU, versus Villa, memainkan formasi 4-2-3-1. Hojlund berperan sebagai ujung tombak, Marcus Rashford berada di kiri, dan Alejandro Garnacho di kanan. Perubahan paling menarik bisa dilihat dari Garnacho yang dipindahkan dari sisi kiri ke kanan.
Perpindahan itu ternyata efektif untuk Garnacho. Dia sangat berbahaya dengan sprint ke arah kotak penalti dan langsung menyumbang dua gol. Adapun Garnacho hanya mencetak satu gol dalam 16 penampilan sebelumnya sebagai sayap kiri. Di sisi lain, Rashford bisa kembali bermain di posisi aslinya sebagai sayap kiri.
Rashford mulai memperlihatkan performa terbaiknya setelah ”dihukum” duduk di bangku cadangan selama empat laga beruntun. Dia tidak lagi menghilang saat bertahan dan lebih bisa bekerja sama di lini depan. Buktinya, Rashford berhasil menyumbang satu asis untuk gol pertama MU ke gawang Villa.
Trio tersebut, Rashford, Garnacho, dan Hojlund, yang didukung Fernandes, bisa menjadi harapan awal untuk konsistensi MU. Seperti kata Ten Hag, Setan Merah terjebak dalam siklus inkonsistensi karena terlalu sering berganti sebelas pemain mula. Mereka tidak bisa menemukan skuad terbaik karena cedera dan penurunan performa pemain.
”Kami terlalu sering berganti tim (utama) dan Anda tidak punya rutin yang sama. Kami paham sepak bola adalah tentang performa yang solid dan konsistensi. Tetapi, harus disadari, kami harus membuat langkah maju. Saya yakin, seiring dengan pemain yang tersedia, kami akan lebih baik dan konsisten dari saat ini,” pungkas Ten Hag. (AP/REUTERS)