Pemain-pemain senior unjuk gigi dalam turnamen bulu tangkis Final BWF World Tour 2023 dengan menjuarai empat nomor. Tunggal putri, Tai Tzu Ying, bahkan, menjadi juara berselang sepuluh tahun sejak mencapai final 2013.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
HANGZHOU, MINGGU — Empat dari lima gelar juara yang diperebutkan dalam turnamen bulu tangkis akhir tahun, Final BWF World Tour, didapat jagoan-jagoan lama. Mereka bertahan di tengah bermunculannya talenta muda.
Tai Tzu Ying, Chen Qing Chen/Jia Yifan, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong, dan Viktor Axelsen adalah juara Final BWF 2023 di Hangzhou, China, yang digelar 13-17 Desember. Mereka merupakan bintang-bintang top dunia yang bisa mempertahankan permainan di level tinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Hanya Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae yang merupakan bintang baru dan muncul sebagai juara ganda putra.
Tunggal putri Taiwan, Tai, meraih gelar juara setelah mengalahkan Carolina Marin (Spanyol) dengan skor 12-21, 21-14, 21-18 pada final di Hangzhou Olympics Sports Center, China, Minggu (17/12/2023). Gelar itu didapat berselang sepuluh tahun setelah dia pertama kali mencapai laga puncak Final BWF pada 2013 di Kuala Lumpur, Malaysia. Saat itu, ketika turnamen bernama Final BWF Super Series (pada 2008-2017), Tai kalah dari Li Xue Rui (China).
Setelah itu, Tai hampir setiap tahun lolos ke Final BWF kecuali pada 2021. Pemain berusia 29 tahun bergelar doktor ini selalu menjadi bagian dari delapan tunggal putri terbaik hingga berhak tampil dalam ajang Final BWF.
Performanya secara umum pada 2023 berada di bawah Chen Yu Fei (China), Akane Yamaguchi (Jepang), dan pemain nomor satu dunia, An Se-young (Korea Selatan). Namun, Tai tetaplah menjadi bagian kelompok tunggal putri terbaik dunia.
Kemampuan teknis dan karakter yang tenang setiap kali bertanding membawanya pada hasil yang manis di akhir tahun meski hanya meraih satu gelar juara sebelum tampil di Hangzhou.
Seperti dikatakan pemain Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung, Tai adalah pemain bertalenta dan cekatan dalam mengubah pola permainan. Gregoria pun belum bisa mengalahkannya dalam sembilan pertemuan, termasuk ketika mereka bertemu pada babak penyisihan grup Final BWF di Hangzhou.
Kemampuan teknis dan karakter yang tenang setiap kali bertanding membawanya pada hasil yang manis di akhir tahun, meski hanya meraih satu gelar juara sebelum tampil di Hangzhou. Sehari sebelum final, Tai menciptakan momen “ajaib” saat berhadapan dengan An pada semifinal.
Dia hampir kalah untuk kesepuluh kalinya dari 12 pertemuan setelah kehilangan gim pertama dan tertinggal 10-13 pada gim kedua. Setelah memenangi gim kedua, Tai pasrah saat An tinggal membutuhkan dua poin untuk menang, sedangkan dia tertinggal sepuluh poin, 9-19.
Namun, akurasi pukulan yang tinggi dan kesalahan yang minim membuatnya mendekat menjadi 16-19. Match point An sejak skor 20-16 juga digagalkannya dengan merebut enam poin beruntun hingga Tai menang 19-21, 21-15, 22-20.
Setelah bisa mengatasi gaya permainan An yang lincah, peraih medali perak Olimpiade Tokyo 2020 itu meredam kecepatan Marin di final. ”Saya kira, saya akan kalah pada gim kedua, tetapi dukungan penonton sangat membantu dan saya berusaha meredam kecepatan Marin,” komentar Tai dalam wawancara di mixed zone yang disiarkan langsung BWF.
Bagi dua pemain China, Zheng Si Wei dan Chen Qing Chen, gelar juara di hadapan pendukung sendiri memperpanjang dominasi mereka di nomor masing-masing. Zheng menjadi juara untuk kelima kalinya di ganda campuran, yaitu dua kali bersama Chen pada Final Super Series (2016 dan 2017) dan tiga kali saat berpartner dengan Huang Ya Qiong pada 2019, 2022, dan 2023. Gelar juara tahun ini didapat setelah mengalahkan rekan senegara, Feng Yan Zhe/Huang Dong Ping, 21-11, 21-18.
Sementara itu, Chen menjadi pemain dengan gelar terbanyak, yaitu enam, dari ganda campuran dan putri. Dia mengawali perolehan gelar juara pada 2016 ketika menjuarai ganda campuran (bersama Zheng) dan ganda putri (Jia).
Sejak fokus pada nomor ganda putri, Chen dan Jia menjadi yang terbaik pada Final BWF 2019, 2022, dan 2023. ”Tentu saja, saya tak menduga masih bisa menjadi juara pada tahun ini setelah momen 2016,” ujar Chen.
Meski mendominasi persaingan ganda putri pada 2023, dengan delapan gelar juara termasuk dari Kejuaraan Dunia, Jia menilai, mereka akan terus belajar dari setiap pengalaman yang didapat. ”Tahun ini, kemampuan kami bertambah dan kami belajar menjadi semakin dewasa,” katanya.
Pada tunggal putra, Axelsen juga merupakan juara lama. Setelah kalah dari Shi Yu Qi pada penyisihan grup, yang menjadi penampilan pertama mereka di Hangzhou, kali ini Axelsen membalasnya dalam laga yang lebih penting. Axelsen menang dengan skor 21-11, 21-12 untuk menambah gelar juara Final BWF 2016 dan 2017, serta 2021 dan 2022.
Hanya ganda putra yang melahirkan juara baru, yaitu Kang/Seo, yang menaklukkan andalan tuan rumah peringkat teratas dunia, Liang Wei Keng/Wang Chang, 21-17, 22-20. Kang/Seo, yang berpasangan sejak akhir 2021, membuat kejutan pada tahun ini dengan menjadi juara dunia dalam ajang yang digelar di Denmark pada Agustus.
Evaluasi Indonesia
Tim Indonesia, yang meloloskan enam wakil ke Hangzhou, hanya meraih semifinal sebagai hasil maksimal melalui Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Jonatan Christie. Langkah mereka dihentikan pemain China pada babak empat besar, yaitu Liang/Wang dan Shi.
Performa Fajar/Rian memang meningkat dibandingkan perjalanan dalam tiga bulan terakhir, tetapi itu belum cukup untuk mengantarkan mereka kembali ke podium juara seperti pada Malaysia Terbuka dan All England.
”Ada beberapa faktor yang harus diperbaiki dari Fajar/Rian, yaitu pertahanan, servis, dan pengembalian servis. Kesalahan harus dikurangi dan kondisi fisik harus ditingkatkan lagi,” komentar pelatih ganda putra pelatnas bulu tangkis, Aryono Miranat.
Upaya untuk mengembalikan Fajar/Rian pada performa terbaik seperti pada 2022 dan tiga bulan pertama 2023, lanjut Aryono, sudah dilakukan tetapi belum sempurna. Dia pun berharap, momen di Final BWF bisa mengembalikan kepercayaan diri ganda putra peringkat kelima dunia itu, terutama untuk menghadapi Olimpiade Paris 2024.
Untuk Jonatan, pelatih tunggal putra, Irwansyah, memberi catatan pada penampilan di semifinal. Menurut dia, Jonatan sedikit ragu untuk menyerang lebih dulu. Ini membuat lawan lebih percaya untuk mengembangkan serangan lebih dulu.
Adapun bagi Anthony Sinisuka Ginting, Irwansyah akan menambahkan pola permainan agar kemampuannya lebih komplet. ”Semoga di Olimpiade, sebagai target puncak, semuanya sudah menjadi istimewa,” katanya.
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Rionny Mainaky mengakui tak tercapainya target agar pemain tunggal dan ganda putra bisa mencapai final. ”Sebagai Kabid Binpres, saya akan bekerja ekatra lebih keras untuk menyiapkan atlet pada kejuaraan 2024. Perlu kerja sama tim dari berbagai pihak untuk mendukung target meraih medali Olimpiade Paris,” katanya.