Teladan Millennium Aquatic dan Prinsip Pembinaan Albert
Klub Millennium Aquatic Jakarta menjuarai Indonesia Terbuka untuk tujuh kali beruntun. Padahal, mereka tidak berambisi mengincar prestasi itu.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Mantan perenang nasional Triady Fauzi Sidiq seolah sudah punya firasat, rekor nasional 100 meter gaya kupu-kupu atas namanya akan tumbang setelah bertahan tujuh tahun. Dia sempat berkata pada suksesornya, Joe Aditya (22), tidak ada waktu lebih pas untuk memecahkan rekor itu selain di Kejuaraan Akuatik Indonesia Terbuka 2023.
Triady menyampaikan hal tersebut sebelum kejuaraan dimulai. Dia menilai, kemampuan dan usia Joe sudah cukup matang untuk mengambil alih. Benar saja, rekornas milik Triady dipecahkan Joe pada hari terakhir kejuaraan akuatik Indonesia Terbuka, Jumat (15/12/2023) di Arena Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta.
Joe meraih emas di nomor itu dengan finis 52,75 detik. Unggul tipis dari rekornas lama milik Triady, 52,77 detik, yang diciptakan di Kuala Lumpur pada 2016. Sebagai satu-satunya atlet yang bisa memecahkan rekornas sepanjang kejuaraan, Joe diganjar penghargaan perenang putra terbaik di level senior.
Joe, anggota tim Indonesia untuk program Olimpiade Paris 2024, pun bukan lagi perenang potensial. Dia segera menjadi perenang andalan “Merah Putih”. Dia telah melampaui bayang-bayang senior sekaligus idolanya. Sempat muncul tanda tanya usai Triady pensiun dari tim nasional sejak pandemi Covid-19.
Di Indonesia Terbuka, Joe mewakili Elmas Swimming Club Palu. Namun, sebenarnya, dia dibesarkan oleh Millennium Aquatic Jakarta. Dia juga masih berlatih bersama Millennium dalam persiapan kejuaran. Adapun Joe berada dalam prgram pelatih Albert C. Sutanto yang memimpin Millennium dan tim Indonesia.
Prestasi Joe membawa fakta, Millennium kembali melahirkan bintang. Kebesaran klub itu semakin terpancar di akhir kejuaraan. Millennium keluar sebagai juara umum Indonesia Terbuka dengan raihan total 38 medali emas, 25 perak dan 30 perunggu. Mereka finis di posisi puncak untuk tujuh musim beruntun.
Padahal, banyak perenang nasional pindah klub karena ingin membela daerah lain di Pekan Olahraga Nasional nanti, seperti Joe. Menurut pelatih Millennium yang juga kembaran Albert, Felix, itu tidak berpengaruh berkat regenerasi yang baik. “Tim pelatih dan sistem pendukung lain selalu kompak membina perenang sejak usia 11 tahun ke bawah,” katanya.
Bukti ucapan Felix bisa dilihat dari perenang belia Adelia Chantika Aulia (12). Dia menyita perhatian dengan memecahkan empat rekornas kelompok usia 3 (12-13 tahun) sekaligus selama Indonesia Terbuka. Empat nomor itu adalah 50 dan 200 meter gaya punggung serta 50 dan 100 meter gaya bebas.
Progres Chantika melesat setelah pindah dari Riau ke Jakarta dan bergabung dengan Millennium pada awal 2022. “Di Riau kayak tidak kelihatan progres. Kata orang Millennium bagus. Setelah mencoba di sini, memang beda programnya di bawah coach Albert,” ujarnya yang terpilih sebagai perenang putri terbaik KU3.
Cermin keberhasilan
Mantan pelatih asing tim Indonesia, Michael Piper, berkata, konsistensi adalah hal terpenting di renang. Hal tersebut yang menjadi problem tim nasional selama ini. Program pemusatan latihan nasional tidak konsisten berlangsung sepanjang tahun, hanya digelar untuk persiapan ajang multicabang seperti SEA Games.
Atlet-atlet nasional mereka bisa selalu di level atas karena program yang konsisten. Saat tidak ada pelatnas, program itu dilanjutkan oleh Albert di klub. Program mereka tidak terputus, tidak seperti kondisi di pelatnas
“Anda bisa melihat sendiri mengapa Millennium bisa sukses. Atlet-atlet nasional mereka bisa selalu di level atas karena program yang konsisten. Saat tidak ada pelatnas, program itu dilanjutkan oleh Albert di klub. Program mereka tidak terputus, tidak seperti kondisi di pelatnas,” ucap Piper.
Selain konsisten, tim pelatih Millennium yang dipimpin Albert juga selalu memperbarui pengetahuan. Di Indonesia Terbuka, Albert mengganti pendekatan periodisasi dengan bekal ilmu dari seminar World Aquatics. Hasilnya efektif, mayoritas atlet bisa mencapai rekor personal terbaik.
Menurut Albert, fokus Millennium bukan lagi meraih juara di ajang seperti Indonesia Terbuka. Mereka hanya ingin mencetak atlet-atlet terbaik untuk membela “Merah Putih”. Perkembangan atlet pun menjadi prioritas. Lewat visi itu, para atlet akan membesarkan nama klub dengan sendirinya.
“Di kejuaraan ini, kami lebih mementingkan kualitas dan bukan kuantitas. Peserta lain mungkin turun di lebih banyak nomor. Kalau kami ingin atlet fokus mendapatkan performa terbaik di nomor tertentu. Kuncinya fokus. Gimana caranya untuk (membantu) Indonesia. Kalau klub kami tetap di atas, itu bonus,” jelasnya.
Konsistensi dan fokus Millennium itu mungkin bisa dicontoh untuk pendekatan tim Indonesia ke depan. Jangan fokus menghitung target emas di SEA Games, tetapi lebih ke perkembangan perenang. Jika dilakukan, mungkin tidak perlu repot-repot lagi merekrut perenang diaspora untuk berburu prestasi level internasional.