Kalah ”Sudden Death”, Perjalanan Apriyani/Fadia Berakhir
Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti mengakhiri perjalanan mereka pada kompetisi 2023. Akhir perjalanan itu seiring dengan tersingkirnya mereka pada penyisihan grup turnamen BWF World Tour.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
HANGZHOU, JUMAT — Ganda putri Indonesia, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, tak dapat melanjutkan perjalanan dalam turnamen Final BWF World Tour 2023 ke semifinal karena kalah dalam laga sudden death. Berakhirnya langkah mereka pada fase penyisihan grup mengakhiri perjalanan Apriyani/Fadia pada musim kompetisi tahun ini.
Apriyani/Fadia, satu-satunya wakil ganda putri Indonesia dalam turnamen di Hangzhou, China, pada 13-17 Desember, kalah dari pasangan tuan rumah, Liu Sheng Shu/Tan Ning, dengan skor 13-21, 8-21. Persaingan yang berlangsung Jumat (15/12/2023) tersebut menjadi laga terakhir pada penyisihan Grup A untuk memperebutkan satu tiket semifinal setelah satu tiket lainnya didapat Chen Qing Chen/Jia Yi Fan (China).
Chen/Jia telah dipastikan menjadi juara grup setelah memenangi dua pertandingan, atas Liu/Tan dan Apriyani/Fadia. Berdasarkan jadwal awal, Chen/Jia seharusnya berhadapan dengan Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara (Jepang) pada Jumat, tetapi laga itu batal.
Matsumoto/Nagahara telah berstatus mengundurkan diri dari turnamen setelah mundur saat melawan Liu/Tan pada Kamis. Mereka mundur menjelang gim ketiga setelah mata kanan Nagahara cedera karena terkena kok.
Sesuai peraturan, pemain yang mengundurkan diri pada satu pertandingan tak boleh bermain pada pertandingan berikutnya meski fase penyisihan turnamen ini berformat round robin. Mereka pun dinyatakan mundur dari turnamen.
Sebagai konsekuensinya, kemenangan Liu/Tan dan Apriyani/Fadia atas Matsumoto/Nagahara tak dihitung. Setelah kedua pasangan itu kalah dari Chen/Jia, pertemuan mereka pada Jumat pun menjadi sudden death. Siapa yang menang, mereka lolos ke semifinal, sedangkan pasangan yang kalah tersingkir.
Peraturan ini berbeda dengan yang berlaku di arena tenis profesional pada turnamen Final WTA/ATP World Tour. Meski sama-sama diikuti delapan wakil pada setiap nomor yang dibagi dalam dua grup, terdapat perbedaan aturan ketika ada pemain yang mengundurkan diri di tengah turnamen.
Final BWF tak menentukan pemain cadangan untuk menggantikan pemain yang cedera dan mengundurkan diri, sedangkan Final ATP dan WTA memiliki dua cadangan yang merupakan pemain berperingkat terbaik berikutnya setelah delapan pemain utama.
Perbedaan lain, hasil melawan pemain yang akhirnya mengundurkan diri tetap dihitung di tenis, sementara pemain yang tak bisa menyelesaikan pertandingan dinyatakan kalah straight games. Dengan demikian, setiap upaya pemain untuk mendapatkan poin tak sia-sia.
Di luar peraturan yang menghapuskan kemenangan atas Matsumoto/Nagahara, Apriyani/Fadia memang tak tampil dengan performa terbaik di Hangzhou. Mereka kesulitan dalam menghadapi gempuran serangan Liu/Tan dan Chen/Jia.
Apriyani tampil dengan kondisi kaki kanan yang dibebat karena mengalami cedera betis sejak Asian Games Hangzhou 2022 pada September. Pelatih ganda putri pelatnas bulu tangkis Eng Hian, yang ditemui sekitar sepekan sebelum tim Indonesia berangkat ke Hangzhou, mengatakan, dia sempat mempertimbangkan partisipasi Apriyani di Final BWF meski duet itu memang disiapkan untuk tampil. Menurut dia, Apriyani/Fadia memiliki target yang lebih besar, yaitu Olimpiade Paris 2024, sehingga cedera Apriyani harus dijaga agar tak tertambah parah.
Apriyani pun menyadari kondisi tersebut. ”Kami belum bisa tampil 100 persen di turnamen ini, tetapi kami memang ingin turun dengan berbagai pertimbangan. Bersyukur, kami bisa menyelesaikan pertandingan pertama sampai terakhir walau hasilnya belum sesuai harapan. Sekarang, saya akan menjalani pemulihan supaya sembuh total dan berharap tidak kambuh lagi cederanya,” tuturnya.
Fadia menilai, penampilan dirinya dan seniornya naik-turun sepanjang 2023. Setelah bangkit dengan mencapai final Kejuaraan Dunia pada Agustus, mereka kembali mengalami kesulitan karena cedera yang dialami Apriyani.
Yang namanya musibah, kami tidak pernah tahu datangnya. Namun, kami menikmati semua prosesnya, apa pun itu. Untuk 2024, kami harus lebih kuat, fokus, dan konsisten.
”Yang namanya musibah, kami tidak pernah tahu datangnya. Namun, kami menikmati semua prosesnya, apa pun itu. Untuk 2024, kami harus lebih kuat, fokus, dan konsisten,” ujar Fadia.
Selain Apriyani/Fadia, Gregoria Mariska Tunjung dan Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri tersingkir lebih dulu di fase penyisihan setelah kalah straight games pada dua pertandingan. Laga yang dijalani pada Jumat ”hanya” menjadi penentu untuk posisi akhir di klasemen.
Dari persaingan ganda putra, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto akan didampingi juara dunia asal Korea Selatan, Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae, sebagai semifinalis dari Grup B. Fajar/Rian telah memastikan ke semifinal pada Kamis, sementara Kang/Seo menyusul setelah mengalahkan ganda putra Indonesia ranking kelima dunia itu dengan skor 22-20, 17-21, 21-12, Jumat.
Namun, penentuan posisi pertama dan kedua grup tersebut akan tergantung pertandingan lain pada grup yang sama, antara Bagas/Fikri dan Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen (Denmark), mulai pukul 16.00 WIB. Jika Bagas Fikri menang, Kang/Seo akan menjadi juara grup. Sebaliknya, kekalahan Bagas/Fikri akan memastikan Fajar/Rian menjadi juara Grup B.
Dua wakil lainnya dari nomor tunggal putra, yaitu Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie, akan menentukan nasib mereka pada pertandingan sesi sore. Meski memenangi dua pertandingan sebelumnya, kepastian lolos ke semifinal atau tersingkir ditentukan melalui pertandingan Anthony melawan Viktor Axelsen pada Grup A dan Jonatan melawan Li Shi Feng di Grup B. Semua pemain pada kedua grup tersebut masih memiliki peluang ke semifinal.