Jelas Sudah Alasan Arsenal Mendamba Declan Rice
Declan Rice memang berbeda. Bukan hanya gelandang jangkar dengan kualitas level dunia, dia juga punya karakter pemenang yang dirindukan Arsenal selama ini.
LUTON, RABU — Uang 105 juta pound sterling atau Rp 2 triliun yang dikeluarkan Arsenal untuk menebus gelandang Declan Rice semakin terasa murah di Stadion Kenilworth Road, markas Luton Town, Rabu (6/12/2023) dini hari WIB. Saat paling dibutuhkan, Rice hadir untuk ”Si Meriam” dengan gol kemenangan di menit terakhir pertandingan itu.
Seisi stadion menahan napas saat bola dari umpan silang gelandang kreatif Arsenal, Martin Odegaard, berputar di udara. Momentum pada menit ke-7 injury time itu akan menjadi peluang terakhir. Separuh pemain Arsenal berada di kotak penalti untuk mencari gol, saat para pemain Luton bertahan sebisa mungkin demi hasil imbang.
Bola lebih mengarah ke pemain belakang Luton, tetapi Rice tidak mau kalah. Dia mundur menjemput bola dengan gigih dan menyundul sekuat tenaga. Seketika, bola bersarang di gawang Luton. Rice langsung berlari ke sisi tribune pendukung Arsenal. Seluruh pemain, termasuk Manajer Mikel Arteta, ikut berpesta. Si Meriam menang dramatis 4-3.
Baca juga: Momentum Chelsea Hancurkan ”Teater Impian”
”Luton adalah tim hebat,” kata Rice tentang perlawanan tim tuan rumah. ”Namun, saya tahu semua masih bisa terjadi (saat skor imbang). Saya hanya berusaha berada di punggung lawan, lalu menyerang dari belakang. Luar biasa, sebuah kehormatan bisa mencetak gol kemenangan,” ujar pemain tim nasional Inggris itu menambahkan.
Tujuh gol yang tercipta di Kenilworth Road bisa menggambarkan betapa dramatis laga bertajuk ”David versus Goliath” itu. Arsenal dua kali unggul lebih dulu lewat gol penyerang Gabriel Jesus dan Gabriel Martinelli. Namun, Luton bisa membalikkan keadaan, 3-2, berkat gol beruntun dari tendangan sudut dan kesalahan kiper David Raya.
Laga tersebut sangat penting untuk Arsenal. Mereka wajib mencuri tiga poin dari kandang Luton untuk menjaga status pemuncak klasemen sementara. Apalagi, di atas kertas, mereka seharusnya bisa menang mudah. Itu yang membuat seisi skuad sangat bahagia walaupun hanya menang atas tim promosi.
Baca juga: Kenilworth Road di Atas Normal Arsenal
”Kami tidak ingin hasil imbang, kami ingin menang. Anda pasti bisa merasakan hal itu. Sangat menikmati akhirnya. Ini adalah sesuatu yang luar biasa dari sepak bola. Malam yang spesial. Pujian pada Luton yang membuat kami kesulitan. Namun, kami mampu menunjukkan ketenangan, karakter, kualitas, dan gairah untuk menang,” kata Arteta.
Pemeran utama
Jika laga tadi diibaratkan film, Rice adalah pemeran utama. Dia membuat Arsenal tidak kehilangan poin di depan mata seperti pada musim sebelumnya. Rice selalu tampil penuh energi sepanjang laga, bahkan saat pemain lawan sudah kelelahan. Energi itu menginspirasi tim tamu untuk mengepung Luton selama setengah jam terakhir.
Sangat wajar Arteta sangat ingin mendatangkan Rice dari West Ham United pada musim panas lalu. Menurut jurnalis spesialis transfer, Fabrizio Romano, sang gelandang dinilai sebagai salah satu fondasi untuk proyek jangka panjang Arsenal. Si Meriam pun fokus berburu Rice selama enam bulan dan rela memecahkan rekor transfer klub.
Pada musim debutnya, Rice sudah dua kali tampak sebagai sosok pahlawan pada akhir laga. Dia juga mencetak gol kemenangan atas Manchester United saat injury time. Menurut OptaJoe, hanya ada dua pemain Arsenal lain yang bisa dua kali mencetak gol kemenangan setelah menit ke-90 dalam semusim, yaitu Ian Wright (1993-1994 dan 1995-1996) dan Nicklas Bendtner (2009-2010).
Arsenal pun akhirnya bisa meraih kemenangan di Kenilworth Road setelah terakhir kali pada Januari 1984.
Rice, istimewanya, tidak hanya hadir dalam momen-momen krusial. Dia juga konsisten tampil bagus sepanjang laga selama musim ini berjalan. Belum ada satu laga pun saat gelandang 24 tahun tersebut bermain di bawah standarnya. Dia juga selalu menunjukkan determinasi di atas rekan-rekannya. Rice seperti kapten tim tanpa ban di lengan.
Berkat aksi heroik Rice, Arsenal saat ini semakin kokoh di puncak klasemen dengan 36 poin. Mereka unggul 5 poin atas Liverpool yang menempati peringkat kedua. Adapun poin tersebut sangat penting bagi Arsenal sebelum bertandang ke tim pesaing, yaitu Aston Villa dan Liverpool, di pertengahan Desember.
”Dosa” Raya
Terlepas dari hasil itu, kesalahan Raya tetap sulit dilupakan. Sang kiper membuat dua kesalahan antisipasi dalam gol kedua (Elijah Adebayo) dan ketiga Luton (Ross Barkley). Dalam gol Adebayo dari skema tendangan sudut, dia berada di posisi yang salah saat ingin memotong bola. Raya juga kurang sigap saat merespons tendangan keras Barkley ke arah badannya.
Tekanan kembali membebani pundak Raya. Adapun penjaga gawang tim nasional Spanyol itu sedang berkompetisi dengan Aaron Ramsdale. Dia mengambil status kiper utama milik Ramsdale sejak didatangkan di musim panas. Masalahnya, Raya belum menunjukkan konsistensi sejak awal musim.
Arteta enggan menjadikan Raya sebagai ”kambing hitam” masalah di lini pertahanan timnya. ”(Kesalahan) Itu adalah bagian dari pekerjaannya. Kami seharusnya bisa bertahan lebih baik sebagai tim. Banyak hal sebelumnya yang membuat gol itu terjadi. Jadi, semua bukan tentang siapa yang harus disalahkan,” ujar sang manajer.
Baca juga: Kai Havertz Lambungkan Arsenal ke Puncak Klasemen Sementara
Arsenal pun akhirnya bisa meraih kemenangan di Kenilworth Road setelah terakhir kali pada Januari 1984. Mereka sempat kesulitan saat bertandang ke stadion kecil berkapasitas sekitar 11.000 kursi tersebut. Adapun Arsenal tidak pernah menang sepuluh kali beruntun sejak itu, termasuk di pertemuan terakhir pada Desember 1991.
Bagi Luton, hasil tersebut cukup membanggakan walaupun kalah. Tim peringkat ke-17 itu bisa mencetak tiga gol ke gawang Arsenal yang merupakan tim dengan kemasukan paling sedikit di liga. ”Itu memperlihatkan kami sudah bertumbuh dan bisa mencetak gol melawan tim mana pun di liga ini,” ujar Manajer Luton Rob Edwards. (AP/REUTERS)