Panjat Tebing Merawat Mimpi Prestasi di Panggung Tertinggi
IFSC Climbing Asian Qualifier 2023 menjadi kesempatan bagi pemanjat tebing Indonesia nomor ”speed” meraih tiket Olimpiade Paris 2024. Mereka siap bangkit cepat, tetapi mimpi prestasi di Olimpiade dirawat perlahan.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·6 menit baca
Kecepatan bukanlah segalanya, bahkan untuk pemanjat tebing nomor speed Indonesia. Kendati terbiasa beradu kecepatan, para pemanjat tebing Indonesia tak terbebani untuk cepat-cepat lolos ke Olimpiade Paris 2024. Peluang terbuka di Kualifikasi Panjat Tebing Zona Asia atau IFSC Climbing Asian Qualifier 2023, Jakarta, 9-12 November, dan kualifikasi terakhir tahun depan. Satu yang pasti, mereka akan terus menjaga mimpi berprestasi di panggung tertinggi nantinya.
Pola pikir itu tertanam di dalam diri para pemanjat tebing Indonesia, termasuk Veddriq Leonardo. Bersama lima pemanjat tebing Indonesia nomor speed lainnya, Veddriq akan tampil pada kualifikasi kontinental untuk Olimpiade, IFSC Climbing Asian Qualifier. Atlet yang memegang rekor dunia dengan waktu 4,90 detik ini menjadi salah satu andalan meraih medali emas sekaligus merengkuh tiket Olimpiade.
Baca Berita Olimpiade Paris 2024
Ikuti informasi terkini seputar Olimpiade Paris 2024 dari berbagai sajian berita seperti analisis, video berita, perolehan medali, dan lainnya.
Sepulang dari Asian Games Hangzhou 2022, Veddriq kembali berlatih di pemusatan latihan panjat tebing di halaman parkir Hotel Santika Premiere, Kota Harapan Indah, Bekasi, Jawa Barat. Pada Minggu (5/11/2023) atau sepekan sebelum nomor speed dipertandingkan di IFSC Climbing Asian Qualifier, Veddriq bersama pemanjat tebing yang akan tampil dan sejumlah atlet pelapis berlatih pemantapan gerakan.
Satu per satu, atlet memanjat dari pertengahan dinding setinggi 15 meter hingga mencapai tombol finis di puncak. Latihan itu dilakukan dalam empat sesi. Setiap sesi, atlet diminta memanjat sebanyak empat kali. Latihan bertujuan untuk memantapkan gerakan penyelesaian akhir atau finishing.
Latihan hari itu disesuaikan dengan waktu kompetisi IFSC Climbing Asian Qualifier. Para atlet memulai latihan pukul 13.00, sesuai dengan waktu kualifikasi. Setelah latihan selesai pukul 15.00, mereka makan siang dan beristirahat. Latihan dilanjutkan pukul 18.00, seperti jadwal babak final.
Veddriq mengatakan, menu latihan yang dijalani sebenarnya tidak berbeda dengan latihan untuk kompetisi-kompetisi sebelumnya. Semangat dan motivasi Veddriq pun tetap sama, yaitu tampil dan berprestasi di Olimpiade. Untuk bisa mewujudkan impian besar itu, Veddriq sadar bahwa ia harus bisa melalui tahapannya, termasuk lolos kualifikasi.
”Saya tidak terbebani dengan target atau apa pun dari luar karena motivasi dan impian saya memang main dan meraih medali di Olimpiade. Dengan latihan yang sudah berlangsung lama, sejak tahun 2020, saya optimistis bisa meraih tiket di kualifikasi Asia,” ucap Veddriq.
Hal serupa disampaikan pemanjat putra lainnya, Kiromal Katibin dan Rahmad Adi Mulyono. Katibin dan Rahmad mengatakan, bisa naik podium di Olimpiade merupakan mimpi yang terus mereka rawat. Untuk mewujudkan itu, mereka terus berlatih demi menjaga agar catatan waktu terbaik bisa diraih kembali saat kompetisi. Katibin, misalnya, pernah mencetak rekor dunia sebelum dilampaui Veddriq dan punya catatan waktu personal terbaik, yaitu 4,97 detik.
Rahmad pun pernah menorehkan rekor terbaik Kejuaraan Dunia 2023 di Bern, Swiss, Agustus lalu, dengan waktu 4,97 detik pada perempat final. Namun, pada kualifikasi pertama untuk Olimpiade itu tidak ada pemanjat tebing putra yang berhasil meraih tiket ke Paris. Indonesia memang tidak pulang dengan tangan kosong karena pemanjat tebing putri Desak Made Rita Kusuma Dewi berhasil meraih emas dan lolos ke Paris. Namun, penampilan antiklimaks Veddriq dan kawan-kawan memunculkan kekhawatiran.
Apalagi, di Asian Games Hangzhou 2022, para pemanjat tebing putra juga tidak berhasil menyabet emas. Veddriq, misalnya, harus puas pulang dengan perunggu. Secara keseluruhan, Indonesia juga gagal mempertahankan prestasi juara umum Asian Games Jakarta-Palembang 2018 karena hanya meraih 1 emas, 2 perak, dan 2 perunggu.
Pelatih pelatnas panjat tebing, Hendra Basir, menekankan, tujuan utama mereka adalah medali emas Olimpiade. Maka, Hendra tidak terlalu mempermasalahkan ketika baru hanya satu tiket yang berhasil digenggam panjat tebing Indonesia. Menurut Hendra, tidak ada keharusan untuk atletnya cepat-cepat memastikan diri lolos ke Olimpiade.
Selain kualifikasi Asia yang menyediakan satu tiket putra dan satu tiket putri, akan ada kualifikasi terakhir yang berformat seri kompetisi dan memperebutkan masing-masing lima kuota pada tahun depan. Artinya, kata Hendra, peluang masih terbuka lebar untuk meraih tiket maksimal yang bisa diraih satu negara ke Olimpiade, yaitu dua tiket putra dan dua tiket putri.
”Tidak ada beban untuk lolos secepat mungkin, tidak ngoyo, menikmati saja. Namun, paling tidak, kan, kami mencoba peluang-peluang yang ada. Alhamdulillah, pada kualifikasi pertama lolos. Sesuai prediksi dan probabilitas, mudah-mudahan satu tiket dari putra juga bisa diraih di kualifikasi Asia. Kalau performa bagus, bukan tidak mungkin atlet putri juga bisa memaksimalkan slot dengan meraih tiket juga,” ujar Hendra.
Meski persaingan di IFSC Climbing Asian Qualifier tidak akan jauh berbeda dengan Asian Games, Hendra juga optimistis anak-anak asuhnya bisa unggul. Di atas kertas, kata Hendra, pemanjat Indonesia tidak hanya terbaik di Asia, tetapi juga dunia. Hal itu dibuktikan dengan rekor-rekor dunia yang sukses mereka pecahkan.
Risiko adu cepat
Adapun hasil yang tidak maksimal di Asian Games bukan karena pemanjat tebing Indonesia tidak mumpuni, melainkan karena kesalahan yang mampu dimanfaatkan lawan. Kesalahan bisa berupa hilang fokus atau buyarnya konsentrasi. Untuk itu, kesalahan-kesalahan saat bertanding diperbaiki dengan terus berlatih dan mengulang-ulang gerakan.
Menurut Hendra, hasil di Asian Games juga tidak berarti anak-anak asuhnya terkendala masalah mental sehingga terpeleset saat bertanding. Ia menganalogikan perlombaan speed panjat tebing seperti balapan MotoGP. Pebalap terkenal seperti Marc Marquez pun, kata Hendra, pernah terjatuh atau tergelincir saat balapan. Namun, itu tidak berarti mentalitas bertanding Marquez buruk.
Atlet yang mengikuti perlombaan speed panjat tebing memang berpotensi terpeselet. Itu lantaran para pemanjat berupaya memburu waktu dan harus melawan tarikan gravitasi di tengah persaingan ketat.
Olahraga yang mengandalkan kecepatan memiliki risiko terpeleset.
Di sisi lain, para pemanjat rutin melakukan konseling setiap Rabu bersama psikolog. Beberapa kali pula mereka menjalani skrining. Dari hasil skrining, tutur Hendra, tidak ada masalah yang dihadapi para pemanjat.
”Olahraga yang mengandalkan kecepatan memiliki risiko terpeleset. Tidak ada yang bisa menjamin mereka yang menjalani olahraga itu tidak terpeselet, dan ketika itu terjadi, bukan berarti mental bertandingnya buruk. Para pemanjat ini, kan, memiliki gairah untuk menang,” ucap Hendra.
Pada konferensi pers IFSC Climbing Asian Qualifier, Selasa (7/11/2023), Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo mengatakan, atlet panjat tebing akan mendapatkan pendampingan psikologis. Menurut Dito, keputusan itu diambil setelah ia mengevaluasi hasil Asian Games.
Menpora Dito menilai, kegagalan meraih emas dalam Asian Games bisa jadi dikarenakan atlet merasa gugup atau terbenani. Ketika bertanding tanpa beban, atlet justru bisa kembali tampil maksimal.
Veddriq, misalnya, terpeleset di awal perlombaan semifinal saat menghadapi wakil Iran, Reza Ali Pour Shenazandi Fard. Veddriq sulit untuk menyusul karena lawannya bermain baik untuk menyelesaikan dan memenangi lomba.
Pada perebutan perunggu, Veddriq justru bisa mengeluarkan semua kemampuan terbaiknya. Atlet asal Pontianak, Kalimantan Barat, ini menang dengan catatan waktu 4,955 detik yang menjadi catatan waktu tercepat sepanjang perlombaan tersebut sekaligus mempertajam rekor baru untuk Asian Games atas namanya sendiri.
”Nah, ini salah satu alasan mengapa kami rasa memang perlu adanya pendampingan mental dan performa psikologis ini, yang juga akan kami berikan kepada atlet panjat tebing,” kata Dito.