Keramahan Sukarelawan Muda, Lambang Keterbukaan China
Karena ideologinya, China yang telah maju sering kali tetap dianggap negara yang tertutup dan konservatif. Melalui sukarelawan Asian Games 2022, China menunjukkan bahwa mereka sedang menuju era baru yang lebih terbuka.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH DARI HANGZHOU, CHINA
·4 menit baca
Keberadaan dan keramahtamahan sukarelawan tidak hanya untuk memastikan kelancaran dan kenyamanan para tamu dari atlet, ofisial, hingga awak media selama penyelenggaraan Asian Games Hangzhou 2022. Pembawaan diri yang dinamis dan pola pikir global sukarelawan yang sebagian masih berusia 20-an tahun itu pun menjadi sinyal era baru China yang lebih terbuka.
Di tengah tugas menyambut tamu di meja resepsionis ruang kerja media di arena panahan Asian Games 2022 di Fuyang Yinhu Sports Centre, Provinsi Zhejiang, Rabu (4/10/2023), seorang sukarelawan laki-laki yang belakangan diketahui bernama Yan Han (18) menyempatkan diri belajar. Dia membolak-balik halaman buku tebal sembari menandai sejumlah tulisan di buku tersebut.
”Saya sedang belajar ilmu psikologi. Ini salah satu pelajaran paling sulit di jurusan saya. Jadi, saya harus belajar jauh-jauh hari sebelum waktu ujian tiba pada Januari nanti,” ujar Yan Han yang berstatus mahasiswa tahun kedua jurusan clinical medicine di Zhejiang University School of Medicine.
Yan Han mengatakan, dirinya tidak bisa mengorbankan salah satu dari belajar atau menunaikan tugas sebagai sukarelawan. Karena keduanya sama penting. Yan Han tidak mau nilai kuliahnya jeblok. Dia bercita-cita meraih gelar sarjana tepat waktu sekitar tiga tahun lagi dan mendapatkan predikat dokter tiga tahun kemudian.
Sebaliknya, Yan Han tidak mau meninggalkan tugasnya sebagai sukarelawan meskipun tidak ada sepersen pun uang yang didapatnya kecuali seragam berwarna kombinasi hijau-kuning-putih dari ujung kepala hingga ujung kaki. Bagi Yan Han, menjadi sukarelawan adalah bentuk dedikasinya untuk Hangzhou, untuk Zhejiang, dan untuk China.
Saya berharap Asian Games bisa membuat orang-orang dari seluruh Asia, bahkan dunia lebih mengenal dan mau datang ke Hangzhou.
Asian Games dianggap momentum berharga menunjukkan segala bentuk potensi tanah kelahirannya tersebut, mulai dari sejarah, budaya, kuliner, hingga perkembangan di bidang infrastruktur dan teknologi mereka. ”Saya berharap Asian Games bisa membuat orang-orang dari seluruh Asia, bahkan dunia lebih mengenal dan mau datang ke Hangzhou,” ungkap Yan Han.
Yan Han adalah satu dari puluhan ribu sukarelawan yang direkrut Panitia Pelaksana Asian Games 2022 (HAGOC). Menurut kantor berita Xinhuadilansir People’s Daily, Jumat (25/8/2023), total ada 37.600 orang yang terlibat dalam Asian Games edisi ke-19 tersebut. Mereka sebagian besar berasal dari 46 universitas yang tersebar di Zhejiang.
Sebelum terpilih, calon sukarelawan mendaftar dan menjalani sejumlah tes mulai dari tertulis hingga wawancara. Salah satu komponen penting penilaian adalah kemampuan berbahasa Inggris dan wawasan umum mengenai olahraga. Usai diterima, mereka menjalani sejumlah pelatihan dan praktik, antara lain 19.000 sukarelawan terlibat dalam tes event Asian Games 2022 pada awal Juli lalu.
Memberi kehangatan
Keberadaan para sukarelawan itu memberikan kehangatan dan sangat membantu, terutama yang ditugaskan untuk awak media. Di mana pun berada, mereka selalu berusaha menegur dengan bahasa Inggris ataupun China.
Saat sedang duduk santai, mengobrol, atau bermain ponsel, mereka akan segera menghentikan semua kegiatannya untuk berdiri, tersenyum, dan menyapa dengan penuh kehangatan. ”Ni hao,” ujar mereka sambil berdiri dan mendadakan tangan setiap ada yang akan melewati mereka.
Ketika ada yang perlu ditanyakan, mereka akan berusaha keras membantu. Kalaupun tidak bisa berbahasa Inggris dengan lancar, mereka akan menggunakan ponsel atau alat khusus penerjemah bahasa China ke Inggris agar bisa memberikan penjelasan yang komplet. Kalau tidak paham, mereka akan buru-buru memanggil sukarelawan lain yang lebih kompeten untuk menjawab.
Tak jarang, mereka mengantar langsung ke tempat tujuan kalau ada yang bertanya mengenai lokasi suatu tempat atau bus dengan rute tertentu. Bahkan, mereka mau meladeni pembicaraan ringan sekadar untuk saling bertukar istilah bahasa, mengenai arti nama, dan pengalaman berjumpa orang-orang baru.
Li Qingsong alias Peter (20), sukarelawan di Perkampungan Media, merasa sangat beruntung bisa terlibat dalam Asian Games 2022. Selain ingin ikut mengenalkan kampung halamannya ke mata dunia, Peter bisa mempratikkan kemampuan bahasa Inggris yang dipelajarinya sejak usia 6 tahun dan ilmu manajemen perhotelan yang sedang dipelajarinya di salah satu universitas di Hangzhou.
Secara umum, Peter dan sukarelawan lainnya sangat bersemangat berjumpa orang-orang baru dari negara berbeda. Mereka senang bisa saling berbagi informasi mengenai Hangzhou kepada orang asing, serta sebaliknya mereka bisa mendapatkan informasi tentang negara lain yang belum pernah dikunjungi. ”Suatu hari nanti, saya ingin bepergian keliling dunia,” kata Peter penuh semangat.
Di luar lingkungan lokasi Asian Games 2022, kehidupan Hangzhou dan sekitarnya terasa sangat dinamis layaknya kota-kota besar di negara barat. Warga mereka berpakaian sangat modis dengan bentuk yang beraneka ragam dan tak sedikit yang unik. Ponsel dengan beragam merek pun selalu di genggaman mereka dan sering kali terlihat larut dengan media sosial. Tatkala diajak berkomunikasi di tengah, tak sedikit yang bisa berbahasa Inggris.
Walau telah menjadi negara maju dengan pembangunan infrastruktur, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang melesat tinggi, karena ideologinya, China sering kali masih dianggap negara yang tertutup dan konservatif. Melalui beragam kegiatan internasional, seperti Asian Games 2022, ”Negeri Tirai Bambu” berupaya menunjukkan semangat inklusif mereka dalam kerangka pergaulan internasional yang semakin modern.