Kala Anak Panah Indonesia Tertahan Tembok Korea Selatan
Tim panahan Indonesia masih tidak mampu menyumbangkan emas dalam Asian Games 2022. Usaha keras mereka untuk mewujudkan target itu nyaris selalu terganjal Korea Selatan yang memang kekuatan utama panahan dunia.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH DARI HANGZHOU, CHINA
·6 menit baca
HANGZHOU, KOMPAS — Tim panahan Indonesia dipastikan tidak mampu menyumbangkan emas dalam Asian Games Hangzhou, China, 2022. Di sejumlah nomor perlombaan, para pemanah ”Merah Putih” terus dijegal oleh wakil Korea Selatan yang notabene kekuatan utama dunia. Para pemanah Indonesia pun berharap bisa lebih sering berjumpa dengan Korea Selatan agar mental dan pengalaman mereka lebih kuat untuk menembus tembok kokoh ”Negeri Ginseng”.
”Harapan kami selalu ingin mendapatkan emas. Tetapi, harapan itu masih sulit diwujudkan karena ada Korea Selatan yang masih terlalu kuat. Kalau bisa melewati tembok Korea Selatan, saya yakin emas bisa kita dapat,” ujar pemanah recurve Indonesia, Riau Ega Agata Salsabilla, seusai meraih perunggu beregu putra di Fuyang Yinhu Sports Centre, Provinsi Zhejiang, Jumat (6/10/2023).
Wakil terakhir Indonesia dalam perlombaan recurve, tim putra yang terdiri dari Ega, Ahmad Khoirul Baasith, dan Arif Dwi Pangestu, berusaha keras saat berjumpa tim Korea Selatan (Lee Woo-seok, Oh Jin-hyek, dan Kim Je-deok) pada semifinal. Di atas kertas, Ega dan kawan-kawan inferior dari Korea Selatan yang masih diperkuat Jin-hyek dan Je-deok, dua pemanah yang membawa timnya meraih emas Olimpiade Tokyo 2020.
Secercah asa sempat muncul saat Korea Selatan baru mengumpulkan 28 poin (9,10, 9) di kesempatan pertama ronde pertama. Ega yang mengambil kesempatan pertama berhasil menancapkan anak panahnya ke poin 10 dan diikuti oleh Baasith dengan poin yang sama. Sayangnya, Arif gagal mengikuti ritme dua rekannya. Anak panahnya hanya mengenai poin 8.
Usai itu, langkah Indonesia semakin sulit untuk membuat kejutan. Bahkan, setelah Arif menancapkan anak panah ke poin 8 di ronde pertama tersebut, dia dan Ega bergantian mengulangi menancapkan anak panah ke poin 8. Secara keseluruhan, Arif tiga kali memanah ke sasaran 8 dan Ega dua kali mengenai sasaran tersebut dari tiga ronde yang dilakukan.
Dominasi Korea Selatan
Dari tiga ronde, Indonesia hanya enam kali menancapkan anak panah ke poin 9 dan tujuh kali ke poin 10. Sebaliknya, Korea Selatan seperti mesin yang panahannya sangat presisi sehingga tidak pernah meleset dari poin 9 dan 10. Mereka tujuh kali menancapkan anak panah ke poin 9 dan sebelas kali ke poin 10.
Indonesia pun kalah telak 0-6 (28-28, 28-29, 25-29, 28-29, 29-29, 25-29) dari Korea Selatan. Beruntung, mental Ega dan kawan-kawan tidak menurun saat berjumpa Bangladesh dalam perebutan medali perunggu. Mereka bisa menang meyakinkan, 6-0 (27-26, 29-29, 28-27, 27-27, 29-27, 29-27).
Itu menjadi medali perunggu kedua yang diraih Indonesia dalam perlombaan recurve setelah tim campuran yang terdiri dari Ega dan Diananda Choirunisa mendapatkannya, Rabu (4/10/2023). Tim panahan Indonesia masih berpeluang menambah perunggu dari nomor compound perorangan putri kalau Ratih Zilizati Fadhly bisa menaklukkan wakil India, Aditi Gopichand Swami, Sabtu (7/10/2023) atau pada hari terakhir perlombaan panahan.
”Kelebihan utama Korea Selatan, mereka bisa tampil stabil dan mampu meminimalkan kesalahan. Itu terbentuk karena mereka memiliki pengalaman bertanding yang lebih banyak. Di negara mereka, ada kompetisi berjenjang yang sudah berjalan sejak lama. Mereka pun rutin mengikuti kejuaraan internasional. Rasanya selalu ada mereka di setiap final kejuaraan penting,” ungkap Ega.
Sebaliknya, Korea Selatan tanpa hambatan berarti menundukkan India dengan skor 5-1 di final. Itu menjadi emas keempat Negeri Ginseng dalam perlombaan recurve setelah wakil-wakilnya menjadi yang terbaik di nomor perorangan putri, beregu putri, dan beregu campuran. Satu-satunya emas yang gagal diraih mereka dari perorangan putra yang masih diperebutkan oleh wakil China dan Mongolia, Sabtu (7/10/2023).
Selalu dijegal Korea Selatan
Tak hanya di perlombaan recurve beregu putra, langkah para wakil Indonesia nyaris selalu dijegal oleh Korea Selatan di nomor-nomor lain. Sebelumnya, Baasith disingkirkan Lee Woo-seok dengan skor 1-7 di babak 16 besar recurve perorangan putra. Sementara itu, Diananda Choirunisa takluk 3-7 dari An San pada perempat final perorangan putri.
Diananda bersama Anindya Nayla Putri dan Rezza Octavia ditumbangkan tim Korea Selatan dengan skor 0-6 di perempat final beregu putri. Bahkan, sebelum menang 6-2 atas tim Iran dalam perebutan perunggu beregu campuran, Diananda dan Ega ditaklukkan tim Korea Selatan dengan skor 2-6 di semifinal.
Secara kualitas, beberapa pemanah Indonesia sejatinya mampu mengimbangi pemanah Korea Selatan. Hanya saja, mereka tidak mampu menjaga konsistensi penampilan.
Dalam perlombaan compound, Deki Adika Hastian disingkirkan Joo Jae-hoon dengan skor 147-149 di 16 besar perorangan putra. Nasib serupa dialami Ratih, dia takluk 142-145 dari So Chae-won pada semifinal perorangan putri. Ratih bersama Syahara Khoerunisa dan Sri Ranti ditumbangkan tim Korea Selatan dengan skor 229-232 pada perebutan perunggu.
Secara kualitas, beberapa pemanah Indonesia sejatinya mampu mengimbangi pemanah Korea Selatan. Hanya saja, mereka tidak mampu menjaga konsistensi penampilan. Hal itu dianggap karena faktor mental, terlebih saat berhadapan dengan wakil Korea Selatan.
Peforma tim recurve beregu putra Indonesia misalnya. Setelah bermain tidak optimal ketika menghadapi Korea Selatan, mereka mampu tampil lebih baik ketika melawan Bangladesh. Mereka bisa meminimalkan kesalahan dengan hanya dua kali menyasar poin 8, serta sebaliknya bisa tujuh kali mengenai poin 9 dan sembilan kali ke poin 10.
Oleh karena itu, atlet dan pelatih panahan Indonesia berpendapat, mereka butuh lebih sering berjumpa Korea Selatan. Dengan begitu, para pemanah ”Merah Putih” akan terbiasa menghadapi musuh yang selalu menghalangi ambisi emas mereka tersebut.
”Sebisa mungkin, kita lebih sering pergi ke kejuaraan yang ada Korea Selatan. Semakin sering bertemu mereka, anak-anak akan terus termotivasi untuk mengimbangi dan belajar mencari celah untuk mengalahkan mereka,” kata pelatih panahan Indonesia Hendra Setijawan.
Capaian menurun
Secara keseluruhan, capaian tim panahan Indonesia sedikit menurun dibandingkan dengan Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Lima tahun lalu, mereka bisa meraih satu perak dari Diananda di perorangan putri dan perunggu dari Ega di perorangan putra.
Kabar positifnya di luar capaian medali Asian Games 2022, Diananda bisa menyumbangkan tiket perorangan putri untuk Olimpiade Paris 2024. Tiket didapat karena negara dari empat pemanah terbaik perorangan putri Asian Games kali ini sudah lebih dahulu lolos ke Olimpiade. Diananda mengikuti jejak Arif yang menyumbangkan tiket perorangan putra saat menembus semifinal Kejuaraan Dunia 2023 di Berlin, Jerman, 31 Juli-6 Agustus lalu.
Dengan gagalnya panahan menyumbangkan emas, peluang kontingen Indonesia untuk mewujudkan target meraih 12 emas di Asian Games 2022 nyaris tertutup. Sejauh ini, tim Merah Putih mengumpulkan 7 emas, 11 perak, dan 18 perunggu.
Memang, masih ada sejumlah wakil Indonesia yang berjuang di beberapa cabang olahraga, seperti gulat, angkat besi, soft tennis, renang maraton, karate, jujitsu, dan catur, yang masih bertanding pada Sabtu (7/10/2023). Akan tetapi, di atas kertas, sulit bagi mereka untuk menambah hingga lima emas lagi.
Ketua Kontingen Indonesia di Asian Games 2022 Basuki Hadimuljono pun telah menyampaikan permohonan maaf karena Indonesia gagal merealisasikan target 12 emas tersebut. ”Banyak hal yang harus kita evaluasi agar prestasi olahraga kita menjadi lebih baik. Kita harus fokus pada pembinaan cabang-cabang unggulan, termasuk cabang yang menjadi lumbung medali emas. Infrastruktur harus dibenahi dan regenerasi mesti digalakkan,” tuturnya.
Kegagalan itu tidak lepas dari melesetnya sejumlah prediksi emas yang dicanangkan Kementerian Pemuda dan Olahraga. Contohnya bulu tangkis, untuk pertama kalinya sejak tradisi dimulai pada Asian Games Jakarta 1962, mereka tidak bisa menyumbangkan medali. Panjat tebing yang diharapkan mendapatkan sedikitnya dua emas justru harus puas dengan satu emas.
”Hasil Asian Games ini akan menjadi bahan evaluasi menyeluruh bagi semua pihak, tak terkecuali kepada Tim Review Kemenpora. Kita harus lebih akurat dalam memprediksi potensi prestasi. Sehabis Asian Games, kita akan menghadapi Olimpiade 2024. Cabang-cabang yang memiliki potensi emas harus mendapatkan perhatian besar agar cita-cita meningkatkan raihan emas bisa tercapai,” ujar Ketua Komite Olimpiade Indonesia Raja Sapta Oktohari.