Medali emas satu-satunya dari perahu naga ini istimewa. Indonesia mengusik dominasi China pada olahraga tradisi mereka.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
WENZHOU, JUMAT — Berlomba di tanah kelahiran olahraga balap perahu naga, Indonesia mampu mengusik dominasi China di Asian Games Hangzhou 2022. Dengan satu medali emas, perahu naga Indonesia menggagalkan sapu bersih tuan rumah sekaligus memperbaiki prestasi Asian Games edisi sebelumnya.
Satu medali emas itu disabet tim perahu naga Indonesia dalam perlombaan nomor 1.000 meter putra, Jumat (6/10/2023). Berlomba di Pusat Perahu Naga Wenzhou, Provinsi Zheijang, China, Indonesia finis pertama pada grand final dengan catatan waktu 4 menit 31,135 detik. Maizir Riyondra dan 11 rekan setim unggul 0,047 detik atas China yang hingga lebih dari separuh jalan selalu memimpin.
”Secara umum, semua atlet memberikan performa yang terbaik setiap lomba. Jika dibandingkan dengan catatan waktu ketika latihan di Jatiluhur, Jawa Barat, dan beberapa uji coba sebelum Asian Games, mereka mampu melampaui catatan terbaiknya. Rata-rata lebih baik satu sampai dua detik,” kata pelatih tim perahu naga, Suryadi.
Di luar medali emas yang berhasil diraih, keunggulan Indonesia atas China pada lomba perahu naga ini merupakan suatu prestasi istimewa. Sebab, tampil di Asian Games Hangzhou 2022 berarti Indonesia harus menghadapi China yang dibekali modal tambahan sebagai tuan rumah. Tantangan menjadi lebih berat karena olahraga yang dilombakan berasal dari tradisi masyarakat China, terutama China selatan.
Walakin, tim perahu naga Indonesia tak gentar. Indonesia berbekal semangat berlapis lantaran perlombaan pada Jumat merupakan kesempatan terakhir untuk meraih medali emas. Olahraga ini merupakan salah satu disiplin yang ditargetkan Kemenpora untuk meraih podium tertinggi. Sementara pada perlombaan dua hari sebelumnya, tim perahu naga belum berhasil memanfaatkan peluang menyabet emas.
Dengan semangat itu, kayuhan para pedayung hingga 1.000 meter akhirnya mengantar tim perahu naga meraih medali emas satu-satunya mereka di Hangzhou. Prestasi itu sekaligus menjadi ”noda” bagi upaya China menyapu bersih medali emas dalam enam nomor perlombaan perahu naga. Pada lima nomor lainnya, China selalu menjadi yang tercepat dan naik di podium tertinggi.
China mendapatkan tambahan motivasi dari gengsi memainkan olahraga tradisi mereka di hadapan publik sendiri, termasuk pada hari perlombaan terakhir. Wajar jika kemudian China, yang turun di lintasan kedua perlombaan 1.000 meter putra, langsung tancap gas untuk menegaskan keunggulannya sejak awal. Adapun pedayung Indonesia, yang turun di lintasan ketiga, tidak terpancing dengan lesatan tuan rumah.
Ledakan tenaga
Di 250 meter pertama, Indonesia hanya bisa menempati urutan ke-5 dari 6 tim yang berlomba pada babak grand final. Mereka baru melejit ke posisi kedua di belakang China ketika hendak memasuki jarak 599 meter. ”Ledakan” tenaga para pedayung Indonesia baru terlihat saat menuju jarak 750 meter dengan memangkas selisih waktu dengan China menjadi hanya 0,28 detik.
Dengan dramatis, Indonesia akhirnya mampu menyalip China sekitar 100 meter menuju garis finis.
Menyadari bahwa menempel China saja tak cukup untuk meraih medali tertinggi, Indonesia kian mempercepat tempo pada kayuhan-kayuhan terakhir. Dengan dramatis, Indonesia akhirnya mampu menyalip China sekitar 100 meter menuju garis finis. Kayuhan pedayung perahu naga pun sukses mempersembahkan medali emas ketujuh untuk Indonesia.
”Setiap bertemu dengan China memang selalu close finish, kalahnya tipis, cuma 0,0 sekian detik. Ada sejarah sendiri mengapa persaingan dengan China ini sangat ketat hampir di semua nomor. Jadi, kalau menghadapi China, kami harus all out,” tutur Suryadi.
Keunggulan Indonesia atas China sebenarnya sudah terlihat sejak babak penyisihan. Pada heat 1, Indonesia finis tercepat dengan catatan waktu 4 menit 31,790 detik. China, yang turun di heat 2, mencatatkan waktu 4 menit 32,041 detik di garis finis. Sebagai pemenang babak penyisihan, Indonesia dan China langsung melaju ke grandfinal, tanpa harus bertanding di semifinal.
Adapun pada kategori putri, yang bertanding setelah perlombaan nomor putra, Indonesia harus puas meraih medali perak. Raudani Fitra dan kawan-kawan menggapai garis finis dengan catatan waktu 4 menit 55,385 detik. Mereka tertinggal hingga 3,937 detik dari China yang meraih emas.
Seperti pada nomor putra, China langsung memimpin perlombaan sejak awal. Bedanya, kali ini laju perahu China tak mampu terkejar perahu di belakangnya. Indonesia hanya bisa membuntuti di belakang sejak garis start.
Dengan emas dari nomor 1.000 meter putra dan perak dari kategori putri, tim perahu naga Indonesia yang terdiri dari 28 orang membawa pulang total 6 medali. Rinciannya, dua perak dari 500 meter putra dan putri, satu perak dari 200 meter putri, dan satu perunggu dari 200 meter putra. Artinya, dalam enam nomor lomba, kendati tak selalu emas, perahu naga selalu meraih medali.
Torehan ini lebih baik dari Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Dari lima nomor yang dipertandingkan saat itu, Indonesia hanya meraih satu perak dari nomor 200 meter putri, satu perak dari 1.000 meter putra, dan satu perunggu dari 500 meter putra. Adapun China mendominasi dengan meraih empat medali, yakni dua perak dan dua perunggu. Mereka hanya gagal pada nomor 1.000 meter putra.
Meski begitu, tim ”Merah Putih” masih belum bisa menyamai prestasi 13 tahun lalu ketika olahraga ini pertama kali dilombakan di Asian Games Guangzhou 2010. Saat itu, bertanding di hadapan publik China, Indonesia mendominasi dengan tiga medali emas dan tiga perak pada enam nomor lomba. Sementara itu, China meraih tiga medali emas dan dua perunggu.
”Kami cukup puas karena dari enam nomor yang diikuti, semuanya mendapat medali. Akan tetapi, memang (prestasi) harus lebih ditingkatkan lagi. Jangan berhenti latihan dan pelatnas harus lanjut terus,” ucap Wakil Ketua Umum Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) sekaligus manajer timnas dayung Indonesia, Budiman Setiawan.
Ke Hangzhou, timnas dayung Indonesia turun di tiga disiplin, yaitu rowing, kano sprint, dan perahu naga. Dengan tambahan prestasi dari perahu naga, timnas dayung meraih total 13 medali untuk Indonesia. Rowing, yang diperkuat 19 atlet untuk 9 nomor, meraih tiga perunggu. Salah satu perunggu dari pedayung rowing ganda putri kelas ringan (lightweight women‘s double sculls/LW2M), Chelsea Corputty dan Mutiara Rahma Putri, merupakan medali pertama Indonesia di Asian Games. Adapun tujuh atlet kano sprint gagal naik podium dari tujuh nomor yang diikuti.