Drama Lompatan Ketiga yang Mengandaskan Mimpi Maria Natalia Londa
Pelompat jauh putri Indonesia, Maria Natalia Londa, gagal meraih medali Asian Games 2022. Hal itu turut dipicu oleh insiden drama lompatan ketiganya yang dianggap tidak sah oleh juri.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
HANGZHOU, KOMPAS — Mimpi pelompat jauh putri Indonesia, Maria Natalia Londa, mengulangi kesuksesannya meraih emas di Asian Games Incheon, Korea Selatan 2014, kandas pada Asian Games Hangzhou, China 2022. Drama lompatan ketiga di pelombaan kali ini menjadi titik balik yang mengandaskan semua jeri payah Maria lima tahun terakhir untuk mengikuti Asian Games edisi ke-19 tersebut.
”Aaarrgghhhh... Aku ingin teriak. Rasanya masih campur aduk banget. Aaaaahhhhhh...!!!!” teriak Maria mengeluarkan semua unek-unek yang menganjal dalam hati dan pikirannya seusai perlombaan di Stadion Utama Hangzhou, Provinsi Zhejiang, Senin (2/10/2023).
Maria baru saja mengalami pengalaman terburuk selama karier panjangnya. Setelah hanya mencatat lompatan 5,98 meter di percobaan pertama dan lompatan kedua yang tidak sah, Maria mesti melompat lebih dari 6,09 meter atau melampaui lompatan terbaik wakil Vietnam, Thi Thu Thao Bui, agar tidak terelimisiasi lebih cepat dari lomba yang diikuti total 13 peserta tersebut.
Maria pun bertekad mengeluarkan semua kemampuan terbaiknya di percobaan ketiga. Setelah lepas landas di atas papan lompat, atlet asal Bali itu melesat hingga tampaknya menembus jarak sekitar 6,2-6,3 meter.
Wajah Maria ceria karena yakin bisa lolos dari ujung tanduk. Namun, juri tidak lekas mengeluarkan hasil lompatan tersebut. Setelah menunggu 1-2 menit, ternyata juri memutuskan lompatan itu tidak sah.
Ekspresi Maria langsung berubah panik, bingung, dan tidak terima. Dia bergegas menuju meja juri untuk protes. Sejumlah juri akhirnya mengecek kembali rekaman lompatan tersebut. Seusai terjadi perdebatan antara Maria dan juri selama kurang lebih 5 menit, hasil lompatan ketiga Maria tetap tidak dikeluarkan.
Uniknya, juri mengizinkan Maria untuk menyelesaikan tiga lompatan tersisa. Padahal, kalau hanya bermodal hasil lompatan pertama, Maria harusnya tidak berhak meneruskan perlombaan.
Telanjur terganggu
Kendati demikian, Maria tampak telanjur terganggu dengan insiden tersebut. Dia terlihat harus mengulang pemanasan dengan lebih keras sebelum melakukan lompatan. Boleh jadi karena fokus terganggu, hasil lompatan keempatnya melorot menjadi 5,94 meter.
Di sela melakukan lompatan kelima, Maria tampak termenung sambil memperhatikan bak pasir tempat mendarat. Tak berselang lama, dia lanjut melompat dan mencatat jarak 6,25 meter di percobaan kelima.
Dengan hasil itu, Maria masih berada di urutan keenam. Dia mesti mencoba mendapatkan lompatan sah lebih dari 6,50 meter untuk bersaing meraih perunggu. Itu bukan perkara mustahil untuk Maria karena memiliki rekor personal sekaligus berstatus rekor nasional dengan lompatan 6,70 meter saat meraih emas SEA Games Singapura, 10 Juni 2015.
Sayangnya, di percobaan terakhir itu, Maria harus puas dengan lompatan 6,08 meter. Hasil itu mengakhiri perjuangan Maria dalam perlombaan yang penuh drama tersebut. Dia sangat kecewa karena perjuangannya berakhir cenderung sia-sia.
Adapun yang meraih emas adalah wakil China, Xiong Shiqi, dengan lompatan terbaik 6,73 meter di percobaan ketiga. Pelompat India, Ancy Sojan Edappilly, merebut perak dengan lompatan terbaik 6,63 meter di percobaan kelima. Atlet Hong Kong, Yue Nga Yan, mendapatkan perunggu dengan 6,50 meter dari percobaan kedua.
Saya sudah mempersiapkan diri dengan baik dan berusaha seoptimal mungkin untuk bisa naik podium di sini. Tapi, saya belum berhasil untuk mencapai target tersebut. Yang membuat saya lebih kecewa, kegagalan itu terjadi karena faktor nonteknis di luar kendalinya.
”Saya sudah mempersiapkan diri dengan baik dan berusaha seoptimal mungkin untuk bisa naik podium di sini. Tapi, saya belum berhasil untuk mencapai target tersebut. Yang membuat saya lebih kecewa, kegagalan itu terjadi karena faktor nonteknis di luar kendalinya,” terang Maria yang berada di urutan kelima Asian Games Jakarta-Palembang 2018.
Kekecewaan bertubi-tubi
Pascaperlombaan, ternyata hasil tiga lompatan terakhir Maria dianulir juri. Artinya, lompatan ketiga Maria tetap dianggap tidak sah. ”Insiden lompatan ketiga itu terjadi karena ada aturan baru, yakni lompatan dianggap tidak sah kalau posisi kaki melayang berada di atas papan diskualifikasi. Sementara sebelumnya lompatan dianggap tidak sah kalau kaki lepas landas menyentuh papan diskualifikasi. Sejauh ini, aturan baru itu banyak diprotes atlet dan pelatih,” ungkap Mari.
Kekecewaan Maria semakin mendalam karena Asian Games 2022 kemungkinan besar menjadi Asian Games yang terakhirnya. Atlet kelahiran 29 Oktober 1990 itu berniat pensiun sebagai atlet sehabis SEA Games Thailand 2025.
Sebelum pensiun, Maria ingin sekali menutup karier panjangnya dengan manis. Dia ingin mengulangi raihan emas di Asian Games seperti sembilan tahun silam, menjalani Olimpiade keduanya di Paris 2024 setelah Rio 2016, dan menutup dengan emas SEA Games 2025.
”Di nasional ada aturan, atlet berusia di atas 35 tahun tidak bisa lagi mengikuti kejuaraan nasional. Dengan begitu, saya tidak mungkin lagi meneruskan karier karena tidak ada kejuaraan yang bisa saya ikuti,” ujar Maria yang mengoleksi empat emas SEA Games yang diperoleh dalam 10 tahun terakhir.
Estafet jaga peluang medali
Sementara itu, tim estafet 4 x 100 meter Indonesia menembus final yang berlangsung pada Selasa (3/10/2023). Dalam heat kedua babak penyisihan, Senin (2/10/2023), tim ”Merah Putih” yang terdiri dari Wahyu Setiawan, Lalu Muhammad Zohri, Bayu Kertanegara, dan Adith Rico Pradana finis kedua dengan waktu 39,56 detik.
Secara statistik, catatan waktu terbaik tim estafet musim ini hanya 39,11 detik saat meraih emas SEA Games Kamboja 2023. Kalau dibandingkan dengan capaian tiga tim tercepat babak kualifikasi, yakni China dengan 38,62 detik, Korea Selatan 38,75 detik, dan Jepang dengan 38,99 detik, peluang Indonesia mempertahankan perak dari Asian Games 2018 sangat berat.
Setelah Zohri yang diandalkan di lari 100 meter gagal meraih medali, tim estafet menjadi tumpuan harapan atletik Indonesia untuk mempersembahkan medali bagi Merah Putih. Untuk nomor-nomor lain yang belum diperlombakan, di atas kertas, sulit bagi mereka untuk membuat kejutan.
”Secara realistis, kita berharap tim estafet bisa menyumbangkan medali. Untuk nomor-nomor lainnya, tidak dimungkiri, kita masih tertinggal dari atlet-atlet elite Asia. Karena atletik cabang terukur, kita sudah bisa memprediksinya sebelum perlombaan,” kata manajer pelatnas atletik Indonesia, Mustara Musa, sebelum Asian Games 2022.