Pada tiga final Asian Games Hangzhou 2022, Senin (25/9/2023), tim rowing Indonesia berharap menyumbang tambahan medali. Mereka mencoba fokus pada pesaing di luar tuan rumah China.
Oleh
REBIYYAH SALASAH, YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
HANGZHOU, SABTU — Tim dayung Indonesia disiplin rowing enggan berpuas diri seusai menyabet tiga medali di Asian Games Hangzhou 2022. Di tengah dominasi China sebagai tuan rumah, rowing Indonesia berharap bisa menambah sumbangan medali dalam kesempatan terakhir berlomba, Senin (25/9/2023).
Pada final yang akan berlangsung di Fuyang Water Sports Centre, Hangzhou, itu, Indonesia bakal memperebutkan medali di tiga nomor, antara lain rowing empat pedayung putra tanpa juru mudi (M4-), empat pedayung putra sculls (M4X), dan empat pedayung putri sculls (W4X).
Selain kans menambah tiga medali yang telah diraih pada Minggu (24/9/2023), tim rowing Indonesia juga berkesempatan menyamai, bahkan melampaui torehan pada Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Pada edisi itu, rowing Indonesia meraup lima medali dengan rincian 1 emas, 2 perak, dan 2 perunggu.
M Hadris, pelatih kepala tim rowing Indonesia, menuturkan, hasil pada edisi terakhir menjadi titik tolak 19 anak asuhnya untuk turun di sembilan nomor di Asian Games Hangzhou. Ia berharap para pedayung Indonesia memberikan hasil lebih baik daripada finalis hari sebelumnya.
”Sejak latihan dimulai setelah SEA Games 2021, peningkatan mereka cukup pesat. Mereka sudah mencapai 98 persen dari standar yang kami tetapkan. Meskipun persaingan berat, semoga mereka bisa memberikan tambahan medali,” ucap M Hadris yang dihubungi dari Jakarta.
Rowing, bersama kano sprint, kano slalom, dan perahu naga, merupakan disiplin cabor dayung yang dilombakan di Asian Games Hangzhou 2022. Semuanya sama-sama dilakukan dengan cara mengayuh perahu. Bedanya, rowing dikayuh mundur sehingga pedayung tidak dapat melihat finis, kecuali untuk nomor yang memiliki juru kemudi. Adapun perahu pada kano dan perahu naga bergerak ke arah depan.
Nomor yang dilombakan dalam rowing dikategorikan berdasarkan jumlah kru, seperti men’s pair (pasangan) dan quadruple (empat pedayung). Ada pula pembagian nomor berdasarkan jumlah alat kayuh yang dipakai, seperti satu dayung tiap pedayung (sweep rowing) dan dua dayung tiap pedayung (scull).
Olahraga ini rutin menyumbang medali untuk Indonesia dalam setiap edisi Asian Games. Setidaknya dalam empat edisi terakhir, perunggu kerap ada dalam genggaman tim rowing. Medali emas pada Asian Games 2018 merupakan prestasi terbaik rowing Indonesia di pesta olahraga Asia tersebut. Medali itu diraih dari kelas ringan delapan pedayung dengan juru mudi (LM8+).
Prestasi Chelsea/Mutiara ini, kata Hadris, mengejutkan mengingat performa mereka sempat menurun.
Namun, Indonesia tidak bisa mengulangi torehan serupa pada nomor tersebut lantaran itu tidak dipertandingkan di Hangzhou. Mereka juga menghadapi tantangan lain berupa dominasi China sebagai tuan rumah. Ketika tampil di Jakarta-Palembang, China meraup 9 medali emas dan 1 medali perak dari 15 nomor yang dilombakan.
Dominasi China
Mereka hanya absen di podium pada nomor yang tidak mereka ikuti, seperti LM8+. Dominasi China juga terlihat pada tujuh final Asian Games 2022 yang dilombakan pada Minggu (24/9/2023). Tim tuan rumah meraup enam medali emas. Satu emas yang tidak didapat China berasal dari nomor pasangan putra karena tidak ada peserta dari tuan rumah. Emas untuk nomor ini didapat atlet Hong Kong, diikuti Uzbekistan dan India.
”Kami sudah sangat memahami dan memperhitungkan dominasi China tersebut. Maka dari itu, kami meminta anak-anak untuk mengalihkan fokus dari China ke negara-negara lain yang juga pesaing berat, seperti India, Jepang, atau yang tidak terduga, Uzbekistan,” tutur Hadris.
Di tengah hegemoni tuan rumah pada final itu, Indonesia mampu meraih tiga medali perunggu. Salah satu medali disumbangkan pedayung rowing ganda putri kelas ringan (LW2M), Chelsea Corputty dan Mutiara Rahma Putri. Chelsea/Mutiara menjadi penyumbang medali pertama bagi Indonesia pada Asian Games edisi ke-19 ini.
Prestasi Chelsea/Mutiara ini, kata Hadris, mengejutkan mengingat performa mereka sempat menurun. Saat final pun, Chelsea/Mutiara yang turun di lintasan pertama ini tertinggal dari pasangan Iran, Kimia Zarei dan Nazanin Malaei, pada posisi keempat hingga titik 1.500 meter. Pasangan yang baru dibentuk satu tahun terakhir ini juga dibayangi oleh pasangan Jepang, Urara Kakishima dan Emi Hirouchi.
Menjelang garis finis, Chelsea/Mutiara bisa menyalip pasangan Iran untuk posisi ketiga. Mereka menempuh jarak 2.000 meter dengan waktu 7 menit 17,64 detik, di belakang Uzbekistan (7 menit 16,49 detik) dan China (7 menit 6,78 detik). Chelsea dan Mutiara akan kembali turun pada final Senin bersama Julianti dan Nurtang untuk nomor W4X.
Dua medali perunggu lainnya disumbangkan pasangan ganda putra (men’s double sculls/M2X), Ihram dan Memo. Mereka finis ketiga dengan catatan waktu 6 menit 27,83 detik. China menunjukkan dominasinya lagi dengan menjadi yang terdepan setelah mencatatkan 6 menit 21,54 untuk mencapai finis. Seperti Chelsea dan Mutiara, Ihram dan Memo juga akan kembali tampil pada final terakhir pada nomor M4X.
Delapan pedayung putra (rowing men cox eight/M8+) yang dipimpin Asihan Pattiha mempersembahkan medali perunggu lainnya setelah finis ketiga dengan waktu 5 menit 45,51 detik. China menjadi yang terdepan dengan waktu 5 menit 40,17 detik.
Manajer Tim Dayung Indonesia Budiman Setiawan berharap tren raihan medali untuk Indonesia dari rowing berlanjut tak hanya pada final Senin (25/9/2023), tetapi juga pada perlombaan disiplin dayung lainnya. Adapun capaian tiga medali perunggu pada final pertama rowing, Minggu, disebut Budiman sudah sesuai ekspektasi.