Penasaran Berlarut Siman Sudartawa dengan Asian Games
Hangzhou 2022 kemungkinan besar akan menjadi ajang multicabang level Asia terakhir bagi Perenang I Gede Siman Sudartawa. Asian Games akan selalu punya tempat istimewa di hatinya
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
Selama 14 tahun sejak 2010, perenang I Gede Siman Sudartawa total telah tampil di empat edisi Asian Games. Di usianya yang menginjak 29 tahun, Siman merasakan tubuhnya sudah tidak sekuat dulu. Ia menyebut Hangzhou 2022 kemungkinan besar akan menjadi panggung Asian Games terakhirnya. Secercah haru terpancar dari raut wajahnya kala mengenang perkenalan pertamanya dengan ajang multicabang terbesar di level Asia ini.
Pada Senin (18/9/2023) pagi atau dua hari jelang keberangkatan ke China, Siman masih berlatih di pemusatan latihan Nasional renang bersama tujuh rekannya yang lain. Selepas melahap menu latihan dari pelatih tim renang Indonesia, Albert C Sutanto, Siman segera menuju ruang ganti dan beristirahat sejenak di ruang kebugaran. Ditemani beberapa perenang nasional seperti Joe Aditya Kurniawan dan Gagarin Nathaniel Yus, Siman melepas lelah seusai menjalani latihan peningkatan kekuatan di kolam.
“Usia memang sudah tidak bisa dibohongi lagi. Saya sekarang sudah 29 tahun. Kalau dulu saat masih muda, awal 20-an, setelah latihan masih kuat untuk main basket atau kegiatan lainnya. Sekarang sudah enggak bisa,” kata Siman.
Siman secara terbuka menyebut Asian Games tahun ini kemungkinan besar akan menjadi yang terakhir baginya. Edisi Asian Games berikutnya akan berlangsung pada 2026 atau empat tahun lagi. Saat itu usianya sudah menginjak 33 tahun, usia yang sangat senior untuk ukuran perenang.
Meski sudah berpengalaman tampil di ajang multicabang dari SEA Games hingga Olimpiade, Asian Games tetap mendapat tempat tersendiri di hatinya. Dari ajang inilah debutnya sebagai perenang senior di level internasional dimulai.
Semuanya bermula dari Asian Games 2010 di Guangzhou, China. Siman yang saat itu masih merupakan perenang “kemarin sore” di tingkat nasional mendadak mendapatkan kesempatan tampil mewakili Indonesia di Asian Games 2010. Saat itu, ia dipersiapkan sebagai salah satu dari dua perenang cadangan untuk nomor estafet gaya ganti. Perenang cadangan lainnya adalah Nico Biondi, sedangkan empat perenang inti diisi oleh nama-nama besar seperti Glenn Victor, Guntur Pratama Putra, Triaji Fauzi, dan Indra Gunawan.
Sebelum berpartisipasi di Asian Games Guangzhou, Siman lebih sering berlomba di ajang kelompok usia. Ia diantaranya pernah mengikuti kejuaraan kelompok umur tingkat Asia dan SEA Age Group. Maka dari itu, Asian Games 2010 boleh dikatakan merupakan ajang debut Siman sebagai perenang di turnamen level senior.
“Waktu itu sama sekali tidak berekspektasi (bisa ikut Asian Games) karena saya bahkan belum pernah ikut SEA Games sebelumnya. Ini tiba-tiba dipanggil untuk ikut Asian Games. Senang sekali. Apalagi saat itu bisa menang dari nama-nama besar macam Akbar Nasution dan Donny B Utomo. Jadi, Asian Games 2010 itu paling berkesan untuk saya,” ujarnya.
Usia memang sudah tidak bisa dibohongi lagi. Saya sekarang sudah 29 tahun.
Asian Games Guangzhou membuka jalan Siman dalam mewakili Indonesia di ajang-ajang bergengsi lainnya, mulai dari SEA Games Jakarta-Palembang 2011, Olimpiade London 2012, dan Asian Games Incheon 2014. Berbagai macam rekor dan prestasi pun dia torehkan selama perjalanannya di seluruh ajang-ajang tersebut. Hingga saat ini, perenang spesialis nomor 50 meter gaya punggung itu masih menjadi tumpuan Indonesia dalam meraih medali.
Albert membenarkan bahwa Asian Games kali ini akan menjadi yang terakhir kali bagi Siman. Selama latihan, ia mengamati kondisi fisik Siman terus menurun. “Tidak mungkin di 2026 ikut lagi. Siman sendiri kondisi dia saat latihan sudah menurun. Umurnya semakin bertambah,” ucap Albert.
Rasa penasaran
Walau sudah merasakan banyak kejayaan di SEA Games, Siman amat penasaran untuk bisa meraih medali di Asian Games. Pada Asian Games 2018, impiannya bisa meraih medali pertama di ajang multicabang tersebut sirna karena persoalan non-teknis. Siman yang menjadi perenang tercepat di babak penyisihan dengan waktu 25,01 detik justru hanya mampu finish di urutan kelima di final dengan catatan waktu 25,29 detik.
Oleh karena itu, di panggung Asia kali ini ini, Siman mempertaruhkan mimpi dan kesempatan terakhirnya. Ada letupan motivasi tersendiri yang muncul dari dalam dirinya untuk tampil habis-habisan di Hangzhou nanti. Apalagi ia pernah meraih perunggu nomor 50 meter gaya punggung saat tampil di Kejuaraan Asia Renang 2016.
Siman saat itu finis ketiga dengan catatan waktu 25,26 detik di bawah perenang China dan Jepang. Berangkat dari pengalaman tersebut, Siman yakin meraih medali di level Asia bukanlah sebuah kemustahilan dan ia akan coba mewujudkannya tahun ini.
“Pastinya saya akan tampil all out, karena meraih medali di Asian Games ini juga mimpi saya yang belum tercapai,” katanya.
Asian Games memang punya kenangan tersendiri bagi Siman. Berkat bakat dan kerja kerasnya, berkali-kali ia menunda perpisahan dengan Asian Games. Bila tubuhnya masih mau mendengarkannya, sesungguhnya ia masih ingin bersama lebih lama lagi dengan ajang multicabang ini. Kendati demikian, Siman tetap bertekad mencetak waktu tercepat di lomba nanti, walau itu berarti mempercepat perpisahan dirinya dengan kolam air Asian Games terakhirnya...