Mendorong ”Spiderman” Indonesia Menembus Batas Kemampuan
Dalam Asian Games 2022, tim panjat tebing Indonesia mengandalkan nomor ”speed” untuk mempertahankan status juara umum cabang itu. Mereka menargetkan menyapu bersih empat emas ”speed” di Asian Games edisi ke-19 ini.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·7 menit baca
Dengan sederet prestasi mentereng di level internasional lima tahun terakhir, tidak ada jaminan untuk tim nomor perlombaan speed cabang panjat tebing Indonesia bisa mendominasi Asian Games Hangzhou, China, 2022 pada 23 September-8 Oktober 2023. Maka itu, para Spiderman ”Merah-Putih” didorong untuk terus menembus batas kemampuan dengan diberi target tinggi menyapu bersih empat medali emas nomor speed dan menajamkan rekor waktu dunia.
Empat pemanjat putra dan empat putri yang diproyeksi tampil dalam Asian Games 2022 serta sejumlah atlet pelapis melangkah menuju lokasi dinding panjat speed yang berada di halaman parkir Hotel Santika Premiere, Kota Harapan Indah, Bekasi, Senin (11/9/2023). Setelah melakukan pemanasan singkat, secara bergiliran, para pemanjat dipanggil pelatih Hendra Basir yang duduk di meja di depan dinding panjat lengkap dengan pena dan buku yang berisi sejumlah nama dan kolom yang sebagian berisi coretan angka-angka.
Satu per satu pemanjat tampak setengah mati untuk melalui 20 pegangan besar dan 11 pegangan kecil yang tersebar dari dasar hingga puncak dinding setinggi 15 meter tersebut. Hasil tes yang dilakukan dengan peralatan perlombaan resmi itu, yakni ada sensor start, pencatat waktu, dan tombol finis yang bekerja secara elektrik, nyatanya jauh dari kata memuaskan.
Pemanjat andalan Indonesia, Veddriq Leonardo (26), yang memegang rekor dunia dengan waktu 4,90 detik yang dicetak pada seri Piala Dunia di Seoul, Korea Selatan, 28 April 2023, misalnya, dia hanya mencatat waktu 5,733 detik dalam tes kali ini. Pesaing terkuat Veddriq, Kiromal Katibin (23), yang memiliki rekor waktu personal terbaik 4,97 detik cuma membukukan waktu 6,566 detik dalam tes tersebut.
Adapun pemanjat putri Desak Made Rita Kusuma Dewi (22), yang memenangi final Kejuaraan Dunia 2023 di Bern, Swiss, dengan waktu 6,49 detik, hanya mencatat waktu 7,567 detik dalam tes kali ini. Bahkan, ada pemanjat yang terpeleset beberapa kali sehingga catatan waktunya melorot sangat jauh.
Namun, hasil itu bukan berarti performa para manusia laba-laba Indonesia sedang menurun drastis. Sebelum menjalani tes, mereka memang sudah dikondisikan berada dalam puncak kelelahan dengan latihan beban sedemikian rupa selama kurang lebih 20 menit di ruangan gym hotel.
”Tujuan tes ini untuk melihat bagaimana kami berupaya melawan rasa lelah dalam mengejar waktu terbaik. Kalau dalam keadaan lelah saja bisa memanjat dengan baik, harapannya kami bisa mencatat waktu lebih cepat saat bugar sebelum lomba,” ujar Katibin sehabis tes yang hanya dilakukan sekali per atlet.
Melawan gravitasi
Selain butuh mental dan skill mumpuni, Katibin mengatakan, fisik yang prima adalah elemen utama dalam perlombaan speed panjat tebing. Kalau diumpamakan, speed panjat tebing seperti lomba lari 100 meter cabang atletik. Keduanya sama-sama menuntut atlet memacu kecepatan.
Hanya saja, tingkat kesulitan speed panjat tebing berlipat ganda. Atlet speed panjat tebing tidak bisa memanfaatkan gravitasi untuk mendorong diri melaju kencang. Sebaliknya, mereka mesti melawan gravitasi selama pemanjatan. Risikonya, sekali terpeleset, mereka terjatuh dan tidak bisa meneruskan lomba. ”Kalaupun bisa meneruskan lomba, sangat sulit untuk mengejar lawan kecuali lawan ikut terpeleset,” ujar Katibin yang kelahiran Batang, Jawa Tengah, 21 Agustus 2000, tersebut.
Tak heran latihan fisik pemanjat cenderung sangat keras. Hal itu yang membentuk tubuh mereka menjadi kekar penuh otot bak binaragawan. Bersamaan dengan latihan skill memanjat, latihan beban menjadi menu sehari-hari.
Untuk itu, kami terus diberi target tinggi agar kami tetap termotivasi menjadi yang terbaik bukan hanya di perlombaan resmi, melainkan juga di latihan.
”Sekali saja berhenti latihan, hasil memanjat atlet akan merosot dan tidak mudah mengembalikannya. Untuk itu, kami terus diberi target tinggi agar kami tetap termotivasi menjadi yang terbaik bukan hanya di perlombaan resmi, melainkan juga di latihan,” kata Katibin.
Tidak boleh terbuai
Di atas kertas, tim speed Indonesia superior di antara tim-tim Asia. Setidaknya, mereka sukses membawa kontingen panjat tebing Merah-Putih menyandang predikat juara umum Asian Games edisi sebelumnya di Jakarta-Palembang 2018, yaitu dengan tiga emas, dua perak, dan satu perunggu.
Setelah itu, prestasi tim speed melejit. Dalam tiga tahun terakhir, pemanjat putra Indonesia berulang kali meraih emas seri Piala Dunia. Secara keseluruhan, Veddriq memuncaki klasemen akhir speed putra Piala Dunia musim 2021 dan 2022, serta Indonesia menjadi juara umum speed Piala Dunia musim 2021 dan 2022.
Veddriq dan Katibin bersaing sehat dalam memecahkan rekor dunia. Katibin membuka jalan ketika mematahkan rekor dunia pemanjat Iran Reza Alipour dari 5,48 detik menjadi 5,25 detik pada seri Piala Dunia di Salt Lake City, Amerika Serikat, 28 Mei 2021. Veddriq sempat memecahkannya menjadi 5,20 detik dalam ajang dan hari yang sama.
Setelah Katibin memecahkan rekor Veddriq menjadi 5,17 detik pada seri Piala Dunia di Seoul, 6 Mei 2022, dan menajamkannya empat kali beruntun hingga menjadi 5,009 detik pada seri Piala Dunia di Chamonix, Perancis, 8 Juli 2022, Veddriq bangkit mematahkannya menjadi 4,984 detik pada seri Piala Dunia di Seoul, 28 April 2023. Atlet asal Pontianak, Kalimantan Barat, itu mengokohkan rekornya menjadi 4,90 detik dalam ajang dan hari yang sama.
Sejauh ini baru empat pemanjat dari seluruh dunia yang bisa mencatat waktu di bawah 5 detik. Selepas Veddriq, Katibin menyusul dengan 4,97 detik pada seri Piala 2023 di Salt Lake City. Kemudian, Rahmad Adi Mulyono mengukir 4,97 detik pada seri Piala Dunia 2023 di Chamonix dan Raharjati Nursamsa 4,98 detik pada ajang dan hari yang sama.
Indonesia turut berjaya di kelompok putri. Seusai era Aries Susanti Rahayu yang memecahkan rekor dunia milik pemanjat China, Yi Ling Song, dari 7,10 detik menjadi 6,99 detik pada seri Piala Dunia di Xiamen, China, 19 Oktober 2019, terbit generasi Desak. Secara bertahap, prestasi Desak terus menanjak dua tahun terakhir hingga puncaknya menjadi juara dunia 2023. Berkat itu, Desak menjadi pemanjat pertama Indonesia yang memastikan diri lolos ke Olimpiade Paris 2024.
Akan tetapi, Veddriq menilai, tim speed Indonesia tidak boleh terbuai. Di atas lapangan, persaingan antarpemanjat begitu ketat. Sebagai contoh, pemanjat China, Peng Wu, membuntuti Veddriq dan kawan-kawan dengan waktu terbaik 5,01 detik yang dibukukan pada seri Piala Dunia 2023 di Jakarta. Di sisi lain, pemanjat Jepang dan Kazakhstan di putra dan pemanjat Korea Selatan di putri mulai menunjukkan potensi besarnya.
Atlet Kazakhstan, Rishat Khaibullin, malah mencapai semifinal Kejuaraan Dunia 2023 sebelum takluk dari pemanjat China, Long Jinbao, dan tumbang dari Rahmad dalam perebutan perunggu. ”Kami tidak boleh menganggap remeh lawan, terlebih China yang berlomba di negaranya sendiri. Sekali saja lengah, lawan akan melewati kami,” ungkap Veddriq yang terhenti di 16 besar Kejuaraan Dunia 2023.
Menurut pemanjat senior Aspar Jaelolo (35) yang meraih perunggu individu speed dan perak estafet Asian Games 2018, lima tahun lalu, persaingan nomor speed Asia hanya melibatkan Indonesia, China, dan Iran. Catatan waktu pemanjat terbaik negara-negara itu masih di kisaran 6-5,5 detik. Kini, muncul banyak pemanjat baru potensial dari negara-negara lain dengan waktu terbaik sekitar 5,5-5,1 detik.
Itu terjadi karena dukungan teknologi informasi yang membuat semua negara dengan mudah bisa saling mempelajari kelebihan dan kelemahan lawannya. Dengan segenap prestasi menonjol akhir-akhir ini, kemampuan para pemanjat Indonesia pun terus dipantau, ditiru, dan disempurnakan oleh negara lain.
Dengan begitu, posisi pemanjat Merah-Putih di puncak jajaran elite tidak pernah aman. ”Dengan perkembangan nomor speed yang sangat pesat dan dinamis, kita tidak boleh menutup diri untuk belajar ilmu atau teknik baru dan terus berusaha menembus batas kemampuan,” tegas Aspar.
Menghindari zona nyaman
Oleh karena itu, Hendra menuturkan, dirinya tidak mau para pemanjat Indonesia berada di zona nyaman. Selain menjalani latihan rutin dengan disiplin, Hendra sering menggelar simulasi perlombaan yang bertujuan untuk terus memacu adrenalin atlet.
Dalam kejuaraan, Hendra tidak mau para atlet cari aman yang penting dapat medali. Dia ingin atlet selalu mencoba mengeksplorasi semua potensi terbaik yang dimiliki sekalipun risikonya mendahulu start sehingga didiskualifikasi dari lomba ataupun terpeleset dan akhirnya kalah lebih cepat.
”Saya lebih senang atlet gagal meraih medali setelah berusaha memanjat melebihi rekor personalnya. Itu menunjukkan ada keberanian, ambisi, dan motivasi untuk terus menjadi lebih baik yang menjadi modal utama mengejar ataupun menjaga puncak prestasi. Lagi pula, target utama kita adalah meraih emas Olimpiade 2024,” tutur Hendra.
Bagi Hendra, cuma ada dua kemungkinan dalam nomor speed, memecahkan rekor atau gagal. Untuk yang tidak berani menembus batas kemampuan, atlet bersangkutan akan terus jauh dari rekor dan kian lekat dengan kegagalan. Itu melatarbelakangi Hendra mematok target tinggi memboyong empat emas Asian Games 2022 dan berharap ada yang kembali memecahkan rekor dunia.
Selain tim speed, Indonesia akan menurunkan dua pemanjat putra dan dua putri untuk nomor kombinasi lead dan boulder Asian Games 2022. ”Namun, tim kombinasi hanya ditargetkan menambah jam terbang untuk menatap prestasi lima tahun ke depan atau paling cepat untuk Olimpiade Los Angele 2028,” ucap Sekretaris Umum Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia Florenciano Hendricus Mutter.