Congcong, Lianlian, dan Chenchen, Lambang Transformasi Puncak Peradaban Hangzhou
Tak sekadar jadi pelengkap, tiga maskot Asian Games 2022 memiliki makna mendalam. Maskot bernama Congcong, Lianlian, dan Chenchen itu menjadi lambang kepingan perkembangan peradaban tinggi kota tuan rumah, Hangzhou.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH DARI HANGZHOU, CHINA
·4 menit baca
Tiga robot yang disebut ”The Smart Triplets” atau ”Si Kembar Tiga yang Cerdas” diluncurkan secara virtual oleh Panitia Pelaksana Asian Games Hangzhou, China, 2022 atau HAGOC untuk menjadi maskot ajang yang digelar pada 23 September-8 Oktober 2023 tersebut. Tiga maskot bernama Congcong, Lianlian, dan Chenchen itu menjadi lambang transformasi puncak peradaban Hangzhou, yang unggul sejak masa lampau hingga kini di era modern dengan mengusung kecerdasan buatan.
Itu memperkuat semangat Asian Games edisi ke-19 yang mengangkat tema ”Heart to Heart, @Future” atau ”Hati ke Hati, @Masa Depan”. ”Ketiga maskot yang didesain dinamis dan kaya akan konten itu berupaya mengintegrasikan budaya China, karakteristik Hangzhou, dan semangat Asian Games maupun Benua Asia,” ujar Randhir Singh, yang sekarang menjabat Pelaksana Tugas Presiden Dewan Olimpiade Asia dilansir Ihf.info seusai acara peluncuran maskot-maskot itu tiga tahun silam.
Congcong melambangkan jejak sejarah dari situs arkeologi Kebudayaan Liangzhu, situs Warisan Dunia UNESCO yang berjarak 24 kilometer (km) ke arah barat laut dari Hangzhou. Namanya diambil dari giok Cong, giok kuno yang ditemukan dari penggalian di situs yang berasal dari peradaban sekitar 5.000 tahun silam tersebut. Bagian kepalanya memakai hiasan berbentuk binatang mistis yang menjadi simbol klasik Liangzhu. Maskot berwarna dasar kombinasi kuning, hijau, dan oranye itu mencerminkan semangat atau tekad untuk mengejar kehidupan yang lebih baik.
Lianlian melambangkan Danau Barat, situs Warisan Dunia UNESCO yang berjarak 5 km ke arah barat daya dari Hangzhou. Namanya diambil dari bunga teratai yang tumbuh subur di danau yang terbentuk sekitar 2.000 tahun silam tersebut. Bagian kepalanya memakai hiasan berbentuk daun bunga tersebut, yang identik dengan kebudayaan China karena dianggap sebagai simbol kesucian, keluhuran, dan kedamaian.
Di ujung hiasan kepala itu terdapat unsur menara internet yang mewakili kemajuan teknologi. Maskot berwarna hijau toska, biru muda, dan ungu muda itu mencerminkan keanggunan, keharmonisan, dan pikiran yang terbuka dalam membangun masa depan untuk seluruh umat manusia.
Chenchen melambangkan Kanal Besar Beijing-Hangzhou, situs Warisan Dunia UNESCO yang terbentang 1.776 km dari Beijing ke Hangzhou. Namanya diambil dari Jembatan Gongchen, bangunan terkenal yang melintasi Kanal Besar yang berjarak 7 km ke arah utara dari pusat ibu kota Provinsi Zhejiang tersebut. Jembatan itu menjadi saksi perkembangan peradaban di kawasan tersebut dalam 400 tahun terakhir.
Bagian kepalanya berbentuk gelombang Sungai Qiantang, sungai besar yang membelah Hangzhou dan unsur refleksi Jembatan Gongchen di dahinya. Maskot berwarna kombinasi biru muda dan biru tua itu mencerminkan keberanian, kecerdasan, kepercayaan diri, dan kegigihan dalam membangun inklusivitas yang menghubungkan Asia dengan seisi dunia.
Tiga situs Warisan Dunia UNESCO itu bagian dari wilayah Jiangnan, yakni wilayah kuno China yang dikenal dengan kemakmurannya oleh aktivitas perdagangan dan pembangunan manusia yang sangat tinggi. Maka itu, secara kolektif, tiga maskot tersebut disebut ”Jiangnanyi” atau ”Memori Jiangnan”. Penyair besar dari era Dinasti Tang, Bai Juyi (772-846 Masehi), pernah membuat puisi mengenai kejayaan Jiangnan di daerah Hangzhou. ”Saat saya mengingat Jiangnan, Hangzhou, itu membawa kembali sebagian besar kenangan saya (tentang masa lalu),” terang bait puisi Bai Juyi.
Melampaui ruang waktu
Maskot-maskot itu menyerukan ajakan kepada semua komunitas olahraga Asia untuk merayakan pesta olahraga Asia di sini.
Ketiga maskot itu berusaha melampaui ruang dan waktu untuk menginspirasi semua orang meraih impian mereka. Maskot-maskot itu tidak hanya mewakili kegembiraan serta semangat perdamaian dan persahabatan dalam olahraga, tetapi juga keistimewaan puncak pembangunan ekonomi dan budaya yang menjadi karakter kuat Hangzhou. ”Maskot-maskot itu menyerukan ajakan kepada semua komunitas olahraga Asia untuk merayakan pesta olahraga Asia di sini,” kata Sekretaris Jenderal HAGOC sekaligus Wakil Wali Kota Hangzhou Chen Weiqiang dikutip Xinhua.
Tiga maskot itu didesain oleh dosen China Academy of Art, Zhang Wen dan Yang Hongyi, yang memenangi sayembara dari total 4.633 desain yang berpartisipasi. Seusai diluncurkan tiga tahun lalu, tepatnya pada Jumat (3/4/2020), tiga maskot itu disosialisasikan dalam beragam bentuk, antara lain patung dan poster di sejumlah ruang publik di Hangzhou dan sekitarnya.
Agar pesan ataupun popularitas dari tiga maskot itu lebih membekas ke masyarakat dan peserta Asian Games 2022, HAGOC terus berusaha menyempurnakan spesifikasi aplikasi maskot untuk suvenir kepada atlet peraih medali. Kemudian, memperkuat nuansa maskot sesuai dengan setiap arena pertandingan hingga menjaga kualitas produk turunannya.
Selain itu, panitia ingin membuat lebih banyak animasi terkait maskot yang lebih dinamis dan hidup, termasuk memberikan sentuhan kecerdasan buatan, seperti metaverse. Hal itu untuk lebih memperkuat kesan modernitas dari Asian Games 2022. ”Kami ingin menjadikan maskot-maskot itu sebagai ikon yang tak terlupakan dari sejarah Asian Games,” terang Zhang Wen dilansir Hangzhou2022.cn.
Pada peringatan tiga tahun peluncuran maskot-maskot tersebut, sebagaimana dikutip Insidethegames.biz, Selasa (4/4/2023), Zhang Wen berharap hasil karyanya bisa ikut berbagi kegembiraan dalam Asian Games 2022. ”Semoga ketiga maskot itu bisa membuat semuanya semakin merasakan semangat nilai-nilai Olimpiade dari Asian Games kali ini,” pungkasnya.