Persaingan Kian Merata, Indonesia Tertinggal Jauh di Hari Pertama
Meski berstatus tuan rumah, tim akuatik Indonesia tidak mudah mendulang medali emas di SEA Age Group 2023. Di hari pertama, mereka hanya berada di urutan ketiga dengan koleksi 5 emas, 8 perak, dan 4 perunggu.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Berstatus tuan rumah, tim Indonesia justru tertinggal jauh dari Vietnam dan Singapura dalam hari pertama Kejuaraan SEA Age Group 2023 atau kejuaraan akuatik kelompok umur Asia Tenggara yang berlangsung di Stadion Akuatik Senayan, Jakarta, Kamis, (24/8/2023). Dengan persaingan yang semakin meratat, misi tim ”Merah-Putih” mempertahankan status runner-up klasemen akhir perolehan medali seperti edisi tahun lalu pun menjadi kian sulit.
”Tahun lalu, Thailand lebih mendominasi (menjadi juara umum SEA Age Group di Kuala Lumpur, Malaysia). Tahun ini, persaingannya lebih merata. Sekarang, ada Vietnam yang muncul dengan banyak perenang muda yang hebat. Bahkan, Brunei pun bisa mendapatkan perak (di gaya punggung 100 meter putra KU 1 (kelompok umur 16-18 tahun). Padahal, biasanya, mereka sulit untuk mendapatkan medali,” ujar Manajer Tim Indonesia Albert C Sutanto.
Dari 39 nomor perlombaan renang yang telah berlangsung, Indonesia berada di urutan ketiga klasemen sementara dengan 5 medali emas, 8 perak, dan 4 perunggu. Indonesia tertinggal jauh dari Vietnam di puncak klasemen dengan 16 emas, 9 perak, dan 3 perunggu. Adapun Singapura berada di urutan kedua dengan koleksi 8 emas, 9 perak, dan 7 perunggu.
Albert yang juga berstatus pelatih pelatnas mengatakan, ada sejumlah hasil yang tidak sesuai prediksi, seperti tim estafet gaya bebas 4x100 meter campuran U-18. Alih-alih meraih emas, mereka hanya merebut perak dengan waktu 3 menit 44,37 detik. Mereka takluk dari Vietnam yang merengkuh emas dengan 3 menit 42,56 detik. ”Tadi, di atas kertas, kita bisa meraih emas. Tapi, secara mengejutkan di perenang terakhir, Vietnam mampu menyusul,” ujar Albert.
Di nomor gaya bebas 400 meter putra KU 2 (14-15 tahun), Moch Akbar Putra Taufik memiliki seedtime terbaik dibanding semua pesaingnya, yakni 4 menit 02,80 detik. Namun, akhirnya, perenang asal Surabaya, Jawa Timur, berusia 15 tahun itu harus puas meraih perunggu dengan 4 menit 05,92 detik.
Akbar takluk dari perenang Malaysia, Muhammad Dhuha Zulfikry, yang memiliki seedtime 4 menit 03,45 detik, tetapi sukses meraih emas dengan 4 menit 02,88 detik. Adapun perenang Vietnam, Van Hoang Quy Duong, dengan seedtime 4 menit 07,20 detik merebut perak dengan 4 menit 05,66 detik.
”Kegagalan Akbar meraih emas salah satu yang disayangkan. Tapi, mungkin Akbar berupaya menjaga kondisinya karena baru selesai tampil dari open water swimming (Kejuaraan Asia Oceanman) di Bali, bulan lalu. Di sini, dia ikut cukup banyak nomor (total kurang lebih 11 nomor). Setelah dari sini, dia akan langsung mengikuti Popnas (Pekan Olahraga Pelajar Nasional) di Palembang (Sumatera Selatan),” kata Albert.
Kelelahan
Akbar, yang memecahkan tiga rekor nasional KU 2 dalam Festival Akuatik Indonesia 2023 di Jakarta, Juni lalu, tidak menafikan bahwa dirinya kelelahan menjalani SEA Age Group kali ini. Pada hari pertama, perenang kelahiran 2 Januari 2008 itu langsung tampil di lima nomor dengan rincian dua nomor estafet dan tiga nomor individu.
Selain gagal mempersembahkan emas dari estafet gaya bebas 4x100 meter campuran U-18 dan gaya bebas 400 meter KU 2, Akbar harus puas berada di urutan ke-11 di gaya kupu-kupu 100 meter KU 2, urutan ketujuh gaya ganti 200 meter KU 2, serta keempat di tim estafet gaya bebas 4x200 meter putra U-18.
”Di sini, saya ikut banyak perlombaan. Jadi, susah kalau mengharapkan bisa memecahkan rekor personal. Pokoknya, tampil sebaik-baiknya saja di setiap lomba yang diikuti. Saya tidak mau terlalu memaksa diri. Takutnya, kalau terlalu dipaksa, nanti badannya yang rusak (cedera). Lagi pula, masih banyak kejuaraan lain yang akan saya ikuti ke depannya,” ungkap Akbar.
Menurut Albert, jadwal berdekatan antara SEA Age Group 2023 yang berlangsung selama 24-26 Agustus dan Popnas 2023 selama 26 Agustus-4 September menjadi tantangan utama mempersiapkan tim Indonesia untuk SEA Age Group kali ini. Setidaknya, dari 57 atlet lapis kedua yang turut diandalkan untuk membuka peluang meraih emas di SEA Age Group, hanya 28 atlet yang bisa bergabung ke SEA Age Group.
Melalui SEA Age kali ini, saya ingin membangun ulang kepercayaan diri saya. (Flairene Candrea)
Sisanya, para atlet itu diminta oleh provinsi mereka masing-masing untuk fokus ke Popnas, bahkan sudah bertolak ke Palembang. Popnas pun dianggap penting karena membuka peluang atlet yang berprestasi mendapatkan beasiswa pendidikan dan menjadi ajang seleksi untuk mengikuti ASEAN School Games edisi terdekat.
”Beruntung, 20 atlet lapis utama bisa ikut semua di SEA Age Group kali ini. Mudah-mudahan, di hari kedua dan ketiga, perolehan emas kita bisa bertambah. Untuk juara umum, tidak mungkin. Tapi, setidaknya, kami berusaha untuk mendapatkan emas lebih banyak dibandingkan tahun lalu (17 emas),” tutur Albert.
Sementara di balik hasil yang kurang memuaskan tersebut, perenang putri Indonesia, Flairene Candrea Wonomiharjo, bangkit di gaya punggung 100 meter putri KU 1 (16-18 tahun). Meskipun memiliki seedtime ketiga terbaik di antara semua peserta, yaitu 1 menit 05,88 detik, perenang berusia 18 tahun itu bisa merebut perak dengan waktu 1 menit 05,31 detik.
Flairene sukses menyalip perenang Thailand, Chayapa Pansuwan, yang memiliki seedtime lebih baik dengan 1 menit 05,21 detik, tetapi harus puas merebut perunggu dengan 1 menit 06,31 detik. Adapun Xin Lin Chong, perenang Malaysia yang memiliki seedtime terbaik dengan 1 menit 05,16 detik, merengkuh emas dengan catatan waktu 1 menit 05,13 detik.
”Setelah gagal meraih medali di SEA Games kemarin (Kamboja 2023), saya coba menata ulang diri saya dengan melupakan kekecewaan dan melakukan program penurunan berat badan agar performa saya bisa kembali seperti saat meraih emas gaya punggung 100 meter di SEA Games Vietnam (tahun lalu). Melalui SEA Age kali ini, saya ingin membangun ulang kepercayaan diri saya,” ujar Flairene.