Chelsea masih kesulitan menemukan performa terbaik kendati ratusan juta pound sterling telah dihabiskan Todd Boehly. Lantas, sampai batas mana kesabarannya bisa terus bertahan menanti ujung proses?
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
LONDON, SENIN — Kekalahan 1-3 di Stadion London, markas West Ham, menjadi penegas belum membaiknya performa Chelsea bersama Manajer Mauricio Pochettino. Hasil positif tidak kunjung menghampiri Chelsea, padahal sudah banyak uang dihabiskan sang pemilik, Todd Boehly, untuk membangun skuad sejak musim lalu. Nasib Pochettino bisa berakhir dengan pemecatan apabila tak kunjung mampu mengangkat performa Chelsea.
Sejak mengambil alih Chelsea pada 30 Mei 2022 silam, Boehly tercatat sudah merogoh kocek hingga 958 juta pound sterling (sekitar Rp 18,6 triliun) untuk belanja pemain. Di era kepemilikan Boehly, Chelsea bahkan sudah dua kali memecahkan rekor transfer Liga Inggris. Pertama, saat merekrut Enzo Fernandez dari Benfica seharga 106,9 juta pound (Rp 1,9 triliun) dan Moises Caicedo dari Brighton and Hove Albion senilai 115 juta pound (Rp 2,2 triliun).
Selain kedatangan dua pemain mahal itu, Chelsea juga termasuk klub yang aktif di bursa transfer. Semenjak Boehly memimpin, Chelsea tercatat sudah mendatangkan 24 pemain. Mirisnya, jumlah pemain yang datang itu masih lebih banyak dari jumlah kemenangan Chelsea di masa Boehly, yaitu 16 kemenangan di seluruh kompetisi.
Pada laga pembuka Liga Inggris musim ini, Chelsea gagal memetik kemenangan di markas sendiri seusai ditahan imbang Liverpool 1-1. Pada pekan kedua, akhir pekan lalu, mereka bahkan takluk di markas West Ham. Melihat kenyataan ini, Pochettino masih terlihat tenang dan menyebut semuanya hanya masalah waktu untuk menampilkan hasil dari investasi besar-besaran Boehly.
Pochettino menilai timnya tidak tampil buruk dalam dua laga pembuka Liga Inggris. Ia memuji kinerja para pemainnya yang mampu mendominasi laga kendati gagal mencetak lebih banyak gol.
”Menjadi kekhawatiran bahwa hasilnya tidak mengikuti performa. Tetapi, jika kami bermain buruk lalu memenangi pertandingan, saya pikir kami harus lebih khawatir karena itu hanya menunggu waktu sampai Anda akan kalah. Jadi, saya kecewa, tapi memang itu prosesnya. Kami harus menerima kekalahan dan kami harus terus bekerja. Yang pasti, ketika hal-hal membaik dalam tim, kami akan tampil dan kemudian kami akan memenangkan pertandingan,” tutur Pochettino, dikutip dari laman resmi Chelsea, Senin (21/8/2023).
Mantan Manajer Tottenham Hotspur itu boleh saja memaklumi penampilan timnya untuk saat ini. Namun, Pochettino harus memberikan hasil positif sesegera mungkin mengingat tidak ada yang tahu sampai sejauh mana Boehly bersabar menanti investasinya membuahkan hasil di lapangan.
Sebagai salah satu klub besar, fans Chelsea terkenal sangat menuntut. Gejala ini setidaknya sudah terlihat di era pemilik sebelumnya, Roman Abramovich, yang gemar mengganti pelatih apabila tidak kunjung memberikan trofi dalam waktu singkat. Langkah itu adalah cara Abramovich dalam menjaga kepercayaan serta dukungan suporter terhadap dirinya.
Boehly, meski mengaku memercayai proses, tetaplah punya batas kesabaran dalam memberikan kesempatan kepada manajer timnya. Dalam masa kepemimpinan selama lebih dari 15 bulan di Chelsea, Boehly sudah mempekerjakan empat manajer berbeda. Manajer kawakan asal Jerman, Thomas Tuchel, adalah ”korban” pertama Boehly. Tuchel hanya sanggup bertahan selama empat bulan sebelum dipecat Boehly pada September 2022.
Kasus Tuchel
Keputusan pemecatan Tuchel diambil seusai Chelsea takluk 0-1 dari Dinamo Zagreb di fase grup Liga Champions Eropa. Saat itu, hubungan antara Tuchel dan para petinggi klub telah memburuk. Para petinggi Chelsea merasa gaya kepemimpinan Tuchel tidak sesuai dengan mereka.
Tidak perlu waktu lama bagi Boehly untuk mencari pengganti Tuchel. Sehari setelah memecatnya, Boehly menunjuk Manajer Brighton Graham Potter sebagai suksesor. Potter mencicipi masa indah di Chelsea saat meraih lima kemenangan beruntun di semua kompetisi pada Oktober 2022.
Namun, kebersamaan Potter dan Chelsea hanya bertahan selama tujuh bulan. Ia dipecat seusai Chelsea kalah 0-2 dari Aston Villa di markas sendiri. Kekalahan itu menyebabkan Chelsea kian jauh dari persaingan empat besar liga.
Bruno Saltor, yang merupakan asisten Potter, lalu ditunjuk sebagai manajer sementara. Masa kerjanya hanya dua hari sebelum digantikan Frank Lampard hingga akhir musim. Barulah pada awal musim ini Boehly menunjuk Pochettino dalam mengawal visi besarnya menjadikan Chelsea klub yang disegani.
Sebelum merekrut Pochettino, Boehly meminta fans untuk bersabar menanti tim berproses. Ia mengatakan, Liga Inggris sangat kompetitif sehingga bukan hal yang mudah bersaing di dalamnya. Ia menyadari ekspektasi besar dari pendukung Chelsea.
”Fans sangat menuntut dan mereka ingin menang. Kami mengerti itu, kami ingin menang. Pandangan kami adalah bahwa ini adalah proyek jangka panjang dan kami berkomitmen untuk jangka panjang,” katanya, dikutip dari TalkSports pada Mei 2023.
Untuk sementara, posisi Pochettino relatif masih aman lantaran ini barulah awal musim atau dua laga liga. Hanya saja, mengingat karakteristik fans Chelsea yang sangat menuntut, Pochettino agaknya perlu bekerja lebih keras agar nasibnya tidak berakhir seperti Tuchel dan juga Potter dalam beberapa bulan mendatang.