Dampak Keributan di Final SEA Games, Tiga Pemain dan Empat Ofisial Indonesia Dihukum
AFC memberikan hukuman berat kepada pemain dan ofisial Indonesia serta Thailand akibat keributan di final SEA Games 2023.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Konfederasi Sepak Bola Asia atau AFC menghukum tiga pemain dan empat ofisial tim Indonesia U-22 karena terlibat keributan di final sepak bola SEA Games Kamboja 2023, 16 Mei lalu. Hukuman juga dijatuhi kepada pemain, ofisial, hingga Federasi Sepak Bola Thailand.
Dua pemain Indonesia yang menerima hukuman terberat adalah Titan Agung Bagus Fawwazi dan Komang Teguh Krisnanda. Dalam laporan hasil rapat Komite Disiplin AFC di kantor pusat AFC, Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (12/7/2023) malam WIB, kedua pemain itu dijatuhi hukuman larangan menjalani laga internasional selama enam pertandingan serta denda 1.000 dollar AS atau sekitar Rp 14,9 juta.
“Melakukan pelanggaran serius yang dapat dihukum dengan pengusiran sesuai Pasal 47 Kode Etik dan Disiplin AFC,” sebut pernyataan resmi di laman AFC.
Titan dan Komang menerima kartu merah dari wasit Qasim Matar al-Hatmi karena terlibat keributan dengan pemain dan ofisial Thailand setelah Indonesia mencetak gol ketiga melalui Irfan Jauhari di menit ke-94. Pada momen itu, Komang masih bermain dan Titan berstatus sebagai pemain cadangan yang tidak digunakan.
“Jika mengulangi kesalahan serupa mungkin akan menerima hukuman lebih berat,” lanjut AFC.
Hukuman serupa juga dijatuhi AFC kepada kiper utama Thailand, Soponwit Rakyart. Seperti Titan dan Komang, Rakyart juga dihukum kartu merah oleh wasit akibat keributan yang sempat menghentikan laga lebih dari 10 menit itu.
Satu pemain Indonesia yang menerima hukuman ialah gelandang, Muhammad Taufany Muslihuddin. Ia dianggap terbukti ikut serta dalam perkelahian di laga yang berakhir bagi kemenangan Indonesia, 5-2. Taufany, pemain Borneo FC, juga menerima hukuman larangan bertanding di enam gim internasional, tetapi ia tidak mendapatkan hukuman denda.
Adapun empat ofisial Indonesia juga mendapat hukuman dari AFC. Dua ofisial, yaitu pelatih kiper, Sahari Gultom, dan staf tim, Tegar Diokta Andias, mendapat hukuman enam bulan larangan mendampingi tim di laga internasional serta denda 1.000 dollar AS.
Adapun dua ofisial Indonesia lainnya, yakni Ahmad Nizar Caesarea dan Muhni Toid Sarnadi, divonis larangan aktif di enam pertandingan internasional Indonesia.
Jika mengulangi kesalahan serupa mungkin akan menerima hukuman lebih berat.
Hukuman lebih berat
Sementara itu, Thailand mendapat hukuman lebih berat dibandingkan Indonesia. Meskipun hanya satu pemain mendapat hukuman, tujuh ofisial Thailand U-22 dan Federasi Sepak Bola Thailand (FAT) juga mendapat sanksi keras dari AFC.
Tiga ofisial Thailand, yaitu Pattarawu Wongsriphuek, Mayeid Mad-Adam, serta pelatih kiper, Prasochoke Chokemor, mendapat hukuman larangan enam laga dan denda 1.000 dollar AS.
Adapun empat staf lain menerima hukuman larangan enam laga terlibat di duel internasional. Mereka adalah Chayapipat Supunpasuch, Purachet Todsanit, Thirapak Prueangna, dan Bamrung Boonprom. Tujuh staf itu pun telah dihentikan dari perannya di timnas Thailand U-22 sejak, Mei lalu.
Selain itu, FAT juga dijatuhi hukuman denda sebesar 10.000 dollar AS (Rp 149,5 juta). FAT dianggap melanggar Pasal 51.1 Kode Etik dan Disiplin AFC.
“Asosiasi anggota atau klub didenda setidaknya 10.000 dollar AS apabila gagal mencegah terjadinya keributan atau terlibat dalam keributan,” sebut aturan di Kode Etik dan Disiplin AFC.
Dampak dari keributan di partai perebutan medali emas SEA Games 2023, Presiden FAT Somyot Poompanmoung sudah mengundurkan diri, akhir Juni lalu.