Mekanisme Penggunaan Anggaran Menjadi Batu Sandungan
Untuk kedua kali dalam beberapa bulan, Indonesia kembali gagal menjadi tuan rumah ajang internasional. Isu mekanisme penggunaan anggaran ditengarai menjadi sebab. Sanksi dipastikan membayangi Indonesia
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA, YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Setelah pengalaman pahit gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, Indonesia kembali mengalami hal yang sama di ajang ANOC World Beach Games 2023. Mekanisme penggunaan anggaran ditengarai menjadi penyebab panitia lokal menarik diri sebagai tuan rumah. Demi menghadapi kemungkinan sanksi, Komite Olimpiade Indonesia bersiap melakukan negosiasi.
Pengalaman gagal menjadi tuan rumah untuk kedua kali dirasakan Indonesia setelah Asosiasi Komite Olimpiade Nasional (ANOC) mengumumkan pembatalan perhelatan World Beach Games (WBG) ke-2, yang sedianya berlangsung di Bali, 5-12 Agustus 2023. Menurut rencana, ajang dua tahunan itu akan mempertandingkan 14 cabang olahraga dan diikuti sekitar 1.500 atlet dari 130 negara.
Pada laman resminya, ANOC membeberkan persoalan anggaran yang belum cair hingga sebulan jelang pembukaan ajang menjadi penyebab Komite Olimpiade Indonesia (KOI) memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai tuan rumah. Ketua Umum KOI, Raja Sapta Oktohari, menjelaskan, mekanisme penggunaan anggaran yang harus dipatuhi membuat WBG tidak memungkinkan untuk dilaksanakan secara optimal.
”Faktanya (menerapkan) mekanisme anggaran itu tidak mudah. Waktu 30 hari tidak akan cukup untuk menjalankan tanggung jawab kita agar jangan sampai melanggar, yang paling utama itu. Kami tidak mau ini berdampak kepada kualitas tuan rumah,” kata Okto, sapaan Raja Sapta, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (5/7/2023).
Okto menuturkan, keputusan menarik diri sebagai tuan rumah WBG adalah langkah terbaik yang bisa dipilih Indonesia. Ketua Kontingen Indonesia di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 itu berkali-kali menekankan risiko jika memaksakan WBG tetap berlangsung. Selain mempertaruhkan kualitas acara bila dipaksakan, ia juga menyinggung soal penggunaan anggaran yang harus sesuai mekanisme birokrasi sehingga tidak menjadi masalah di kemudian hari.
”Kami tidak mau kegiatan yang baik ini nanti lebih banyak mudarat daripada manfaatnya. Lalu ini juga bisa membahayakan banyak pihak karena anggaran yang seperti diusulkan, kalau tidak salah nilainya Rp 446 miliar, yang jika itu nanti disampaikan, mekanisme penggunaan anggarannya juga cukup membahayakan,” tuturnya.
Secara terpisah, Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo membantah adanya persoalan pencairan anggaran untuk WBG. Menurut Dito, pemerintah konsisten mendukung kemajuan olahraga Indonesia, termasuk dengan rutin mengirim atlet ke ajang internasional, maupun menjadi tuan rumah.
”Untuk kemampuan finansial, bisa dilihat pemerintah selalu siap untuk memberangkatkan kontingen multicabang dan juga tidak pernah terlambat dalam pemberian bonus atlet peraih medali,” ucap Dito melalui siaran pers.
Dampak Piala Dunia U-20
Senada dengan Dito, Okto juga menyebut persoalan anggaran bukan faktor utama yang membuat KOI menarik Indonesia sebagai tuan rumah. Dukungan yang begitu besar dari pemerintah meyakinkan Okto bahwa anggaran tetap bisa diusahakan.
Okto bahkan menyebut pemerintah tetap bisa mendukung dari sisi anggaran, kendati sponsor WBG menarik diri sebagai dampak dari pembatalan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Mekanisme penggunaan anggaranlah yang menjadi batu sandungan KOI dalam bergerak memuluskan WBG agar tetap bisa terlaksana.
”Jadi terkait anggaran pun kami sangat yakin akan didukung pemerintah. Tetapi mekanisme penggunaan anggaran ini yang menjadi tantangan terbesar. Ketika saya sebutkan bahaya, kami punya tanggung jawab untuk mengelola anggaran itu dengan penuh tanggung jawab. Tetapi mekanisme ini memakan waktu. Mengambil risiko mengadakan acara ini kemungkinan akan tidak baik,” tutur Okto.
Faktanya (menerapkan) mekanisme anggaran itu tidak mudah. Waktu 30 hari tidak akan cukup untuk menjalankan tanggung jawab kita agar jangan sampai melanggar, yang paling utama itu.
Setelah WBG dipastikan batal digelar, KOI sedang bernegosiasi dengan ANOC. KOI bersiap menerima konsekuensi atau sanksi. Negosiasi ditempuh melalui surat elektronik dan telepon. Namun, ia belum mau berbicara banyak terkait potensi sanksi yang akan diterima.
Di tengah kekhawatiran sanksi, Okto masih optimistis Indonesia bisa mendapatkan kesempatan menjadi tuan rumah ajang olahraga internasional lainnya. Namun, ia mengakui kegagalan mewujudkan asa sebagai tuan rumah WBG ini menjadi catatan penting bagi KOI dan para pemangku kepentingan.
Pendiri Indonesia Institute, sebuah lembaga think tank di Australia Barat, Ross Taylor, berpendapat, Indonesia dan pemerintahan Presiden Joko Widodo yang akan berakhir pada 2024 tidak diuntungkan dengan pembatalan WBG 2023. ”Ini semakin merugikan posisi Indonesia dan khususnya warisan Jokowi,” kata Taylor, dikutip Al Jazeera.
Menyayangkan
PP PBSI menyayangkan pembatalan World Beach Games di Bali, apalagi atlet-atlet bulu tangkis telah mengikuti babak kualifikasi cabang air badminton atau bulu tangkis luar ruangan, meski berhak tampil dengan status tuan rumah.
“Saya menyayangkan pembatalan ANOC World Beach Games 2023 di Bali tetapi itu sudah menjadi keputusan dan kami harus menerimanya. Saya sudah menginformasikan kepada tim tadi pagi, dan mereka kecewa juga,” ujar Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Rionny Mainaky.
Rionny juga menuturkan, PBSI telah membuat rencana latihan intensif setelah kualifikasi. Hasil kualifikasi Asia di Malaysia memperlihatkan peluang meraih gelar juara di Bali, yakni dengan meraih dua medali emas dari nomor team’s relay dan women’s triple serta satu perunggu dari men’s triple.
Selain di Asia, kualifikasi juga berlangsung di zona lain. Tim-tim yang lolos dari kualifikasi adalah Hongkong dari Zona Asia, Brasil (Pan Am), Belanda dan Perancis (Eropa), dan Afrika Selatan (Afrika).
Mereka menambah peserta lain, yaitu Indonesia sebagai tuan rumah dan tim-tim yang lolos berdasarkan ranking dunia : China, Malaysia, Korea Selatan, Jerman, Denmark. Adapun Kepulauan Cook akan mewakili Oceania.
“Sebenarnya, ini menjadi kesempatan atlet untuk mewakili Indonesia dan mereka siap. Sabar/Reza bahkan punya komitmen untuk tampil di World Beach Games dan akan melepas Australia Terbuka, 1-6 Agustus. Karena World Beach Games batal, mereka akan tampil di Australia Terbuka,” lanjut Rionny merujuk pada pemain ganda putra, Sabar Karyaman Gutama/Muhammad Reza Pahlevi Isfahani.