Teladan dari Sang Legenda Hendro Yap dan Maria Natalia Londa
Untuk menjadi atlet andal dan berprestasi dari usia dini hingga menjelang usia senja, tidak bisa sekadar bermodal bakat. Atlet harus bekerja keras dan konsisten mengembangkan bakatnya dengan latihan yang disiplin.
Meski tak muda lagi, sejumlah atlet legenda masih sangat sulit ditaklukkan dalam Kejuaraan Nasional Atletik 2023 di Stadion Sriwedari, Solo, Jawa Tengah. Apa yang mereka capai hingga saat ini bukan sekadar karena bakat besar. Ada etos kerja sebagai atlet yang mengorbankan keringat, air mata, dan darah sehingga mereka terus eksis sedari dini hingga mendekati usia senja.
Teladan itulah yang ditunjukkan oleh pejalan cepat Hendro Yap dan pelompat jauh putri Maria Natalia Londa dalam nomor perlombaan mereka masing-masing, Minggu (25/6/2023). Di jalan cepat 20 kilometer di jalanan sekitar Stadion Sriwedari, Hendro masih terlalu tangguh untuk para pesaingnya.
Baca juga: Guru dan Murid Kuasai Jalan Cepat 20 Kilometer
Hendro meraih emas dengan waktu 1 jam 34 menit 28 detik. Atlet asal Medan, Sumatera Utara, yang membela Jawa Barat itu unggul jauh atas atlet Jawa Timur, Angga Septiyan, yang meraih perak dengan 1 jam 38 menit 54 detik dan atlet Sumatera Utara, Syafaad Tarigan, yang merebut perunggu dengan 1 jam 41 menit 22 detik.
Hasil itu tergolong luar biasa. Dengan usia 32 tahun menjelang 33 tahun pada 24 Oktober nanti atau paling senior di antara 19 peserta, Hendro masih sangat sulit ditaklukkan oleh para pesaingnya yang jauh lebih muda, seperti Angga yang berusia 23 tahun dan Syafaad berusia 24 tahun.
Bahkan, kalau dibandingkan Hendro di usia yang lebih kurang sama, Angga dan Syafaad tertinggal lebih jauh. Setidaknya, Hendro yang berusia 25 tahun bisa memecahkan rekor nasional dengan 1 jam 27 menit 24 detik yang dicetak pada Kejuaraan Asian Jalan Cepat 2016 di Nomi, Jepang, 20 Maret 2016.
Tak hanya di level nasional, Hendro pun masih sangat dominan di tingkat Asia Tenggara. Dari tujuh SEA Games dalam 12 tahun terakhir, Hendro selalu meraih emas kecuali perak pada SEA Games Jakarta-Palembang 2011 dan SEA Games Vietnam 2021 tahun. Pada SEA Games terakhir di Kamboja bulan lalu, Hendro meraih emas dengan 1 jam 40 menit 42 detik.
Baca juga: Simulasi Maria Natalia Londa Menuju Kejuaraan Asia
Memelihara rasa takut
Hendro yang memulai karier jalan cepat di tahun 2009 itu mengatakan, resep kesuksesannya hanya satu, yakni memelihara rasa takut kalah dan takut tersaingi. Rasa takut itu membuatnya terpacu untuk selalu konsisten menjaga pola istirahat, asupan nutrisi, dan latihan.
Di luar latihan, Hendro disiplin untuk menghindari kegiatan-kegiatan yang kurang produktif yang bisa berdampak negatif untuk performanya. Kalau jenuh dengan jalan cepat, dia mengalihkan diri ke kegiatan lain yang bisa tetap menunjang performanya, seperti lari jarak jauh, bersepeda, dan bermain sepak bola.
Ketika benar-benar jenuh dengan latihan, seperti tahun 2016 hingga 2018, saya mengalihkannya dengan meneruskan S-2.
”Ketika benar-benar jenuh dengan latihan, seperti tahun 2016 hingga 2018, saya mengalihkannya dengan meneruskan S-2,” ungkap Hendro yang meraih gelar Master of Business Administration (MBA) di Jurusan Sport Management Universidad Catolica Antonio de Murcia, Spanyol, tersebut.
Etos kerja itu ditunjukkan Hendro dalam Kejurnas 2023. Karena terlalu lama menunggu jadwal perlombaan jalan cepat 20 km, Hendro mengisi waktu dengan mengikuti perlombaan lari 5.000 meter, Kamis (22/6/2023). Walau tidak mendapatkan medali atau hanya finis ke-15 dari 20 peserta dengan 17 menit 12,52 detik, Hendro bisa memetik manfaat memanaskan diri sebelum terjun di perlombaan spesialisasinya.
Baca juga: Rekor Nasional Zohri dan Valentin Sulit Ditaklukkan
”Bakat tidak akan memberikan hasil optimal kalau kita tidak konsisten menjaga diri, mulai dari pola istirahat, asupan nutrisi, dan latihan. Selebihnya, atlet-atlet muda perlu lebih sering mendapatkan jam terbang perlombaan untuk mengasah mental. Kalau itu bisa disiplin dilakukan, saya rasa atlet-atlet muda Indonesia bisa lebih berkembang. Negara-negara Asia Tenggara mengakui bahwa Indonesia punya potensi besar di jalan cepat,” ujar Hendro.
Atlet Kalimantan Selatan, Halida Ulfah, yang berlatih dan ikut dibina Hendro, menuturkan, tak hanya sangat disiplin dalam latihan, Hendro pun sangat rendah hati dan tidak sungkan untuk berdiskusi serta saling berbagi ilmu dengan atlet-atlet yang lebih muda. Selain itu, Hendro adalah motivator ulung yang selalu mendorong yuniornya di kelompok putra maupun putri lebih berkembang.
Video Aksi Hendro Yap (nomor 402) dalam Kejurnas Atletik 2023
”Kalau tidak ada Hendro, saya sudah tidak menjadi atlet lagi. Sehabis Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021, saya berniat berhenti menjadi atlet karena capek. Namun, Hendro datang ke rumah saya di Amuntai (Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan) untuk meyakinkan saya meneruskan karier sebagai atlet,” kata Ulfah sambil bercucuran air mata saat ditemui usai meraih emas jalan cepat 20 km putri Kejurnas 2023 dengan 1 jam 51 menit 44 detik yang sekaligus menjadi catatan waktu personal terbaiknya.
Ketangguhan Maria
Sama seperti Hendro, Maria masih sangat tangguh untuk para pesaingnya di lompat jauh putri Kejurnas 2023. Pada pertandingan, Minggu malam, Maria meraih emas dengan lompatan terbaik 6,09 meter. Hebatnya, atlet asal Bali itu meraih emas hanya melalui empat kali kesempatan melompat dari total enam kesempatan yang ada.
Baca juga: Pisau Bermata Dua Absennya Pelari Nasional
Sebaliknya, kendati telah berjuang habis-habisan hingga kesempatan terakhir, para pesaingnya tidak mampu mendekati capaian Maria di lompatan ketiganya tersebut. Capaian Maria unggul jauh atas atlet Jawa Timur, Karunia Nur Gemila, yang meraih perak dengan lompatan terbaik 5,70 meter dan atlet Banten Maesaroh yang merebut perunggu dengan lompatan terbaik 5,67 meter.
Hasil itu luar biasa sekaligus miris. Dengan usianya yang 32 tahun menjelang 33 tahun pada 29 Oktober nanti atau paling senior di antara 20 peserta, Maria tetap sangat sulit ditaklukkan oleh para pesaingnya yang jauh lebih muda, seperti Karunia yang berusia 22 tahun dan Maesaroh berusia 24 tahun.
Bahkan, kalau dibandingkan Maria di usia yang lebih kurang sama, Karunia dan Maesaroh tertinggal lebih jauh. Setidaknya, Maria yang berusia 24 tahun bisa memecahkan rekor nasional dengan 6,70 meter yang diukir pada SEA Games Singapura 2015, 10 Juni 2015.
Tak hanya di level nasional, Maria pun masih sangat dominan di tingkat Asia Tenggara. Dari delapan SEA Games dalam 14 tahun terakhir, Maria meraih empat emas, dua perak, dan dua perunggu. Pada SEA Games 2023, Maria merebut emas dengan lompatan terbaik 6,28 meter. Kini, Maria masih berambisi mengulangi sejarah meraih emas di Asian Games Incheon, Korea Selatan, 2014 pada Asian Games Hangzhou, China, 2022 yang diselenggarakan tahun ini.
Baca juga: Persaingan Lompat Jauh Kian Bergeliat
Dedikasi luar biasa
Dengan mata berkaca-kaca, pelatih sekaligus suami Maria, I Made Sukariata, menceritakan, di balik kesuksesan Maria, ada dedikasi yang sangat luar biasa untuk lompat jauh. Sejak kecil, sejak sama-sama memulai karier dengan dilatih I Ketut Pageh saat mereka masih duduk di bangku SMP, Maria telah menunjukkan tekad luar biasa untuk menjadi pelompat yang andal.
Dari kecil hingga sekarang, Maria tidak pernah sekalipun mengucapkan kata ”ah” dan ”aduh” atau mengeluh dalam menerima program latihan sekeras apa pun. Padahal, Maria ada keterbatasan fisik, yaitu paru-paru yang lebih kecil dari rata-rata dan pernah mengalami cedera parah di kedua kakinya.
”Pernah suatu kali saya tanya dengan pelatih, Pak Pageh, kapan kira-kira prestasi saya bisa sama seperti Maria. Namun, Pak Pageh bilang saya tidak mungkin bisa seperti Maria. Saya sadar diri itu karena saya sering mengeluh saat latihan,” kenang Made.
Latihan adalah hidup-mati Maria. Ketika harus istirahat untuk pemulihan cedera, Maria justru mengeluh bosan karena tidak terbiasa menjalani hari-hari tanpa latihan. Kala merasakan sedih, Maria menumpahkan emosinya dengan berlatih hingga hatinya kembali tenang.
Baca juga: Robi Syianturi Buka Jalan ke Asian Games 2022
Keringat saat latihan menjadi kamuflase Maria agar orang lain tidak melihat tangisannya. ”Maria itu orang yang keras kepala. Namun, keras kepala itu diterapkannya dengan positif di tempat latihan dan pertandingan. Itu karena dia ingin selalu menjadi yang terbaik,” ungkap Made yang menikahi Maria di awal 2019.
Bakat dan latihan
Manajer tim atletik Indonesia di SEA Games 2023, Mustara Musa, menyampaikan, prestasi panjang Hendro dan Maria adalah akumulasi dari bakat besar yang dikelola dengan program latihan yang tepat. Oleh karena itu, untuk mencetak Hendro dan Maria baru, Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) tidak bisa hanya menunggu munculnya bakat baru.
Video Aksi Maria Natalia Londa dalam Kejurnas Atletik 2023
Caranya dengan mengumpulkan sejumlah data yang diperlukan dari Hendro ataupun Maria, mulai dari anatomi tubuh, asupan nutrisi, pola latihan, hingga grafik prestasi mereka di setiap jenjang usia. Dari situ, disusun informasi acuan untuk para pelatih mencari bibit atlet yang memiliki kemiripan dengan atlet-atlet legendaris itu dan menyiapkan program latihan yang sesuai karakter mereka. Kemudian, perbanyak kompetisi untuk mengasah jiwa kompetitif atlet.
Itulah yang namanya sport science yang sudah lama diterapkan negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Australia, Jepang, China, dan negara-negara Eropa. ”Sudah waktunya kita melahirkan atlet baru yang berprestasi dengan terencana, bukan karena ketidaksengajaan munculnya bakat baru,” terang Mustara yang merupakan dosen Fakultas Ilmu Olahraga Universitas Negeri Jakarta.
Sebaliknya, kalau terus menunggu hingga muncul Hendro dan Maria baru, itu akan menjadi sinyal bahaya untuk Indonesia. ”Karena rentang prestasi antara Hendro dan Maria dengan yunior mereka masing-masing saat ini masih terlampau jauh, bisa-bisa dominasi Indonesia di jalan cepat dan lompat jauh putri SEA Games bakal terputus ketika Hendro dan Maria pensiun,” kata Mustara.