Simulasi Maria Natalia Londa Menuju Kejuaraan Asia
Dengan bakat dan etos luar biasa, Maria Natalia Londa tetap sulit tertandingi dalam pertandingan lompat jauh putri di Kejurnas Atletik 2023. Kini, Maria menyiapkan diri untuk kembali meraih emas Asian Games.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
SOLO, KOMPAS – Tanpa lawan seimbang, pelompat putri Maria Natalia Londa menjadikan pertandingan lompat jauh Kejuaraan Nasional Atletik 2023 di Stadion Sriwedari, Solo, Jawa Tengah, Minggu (25/6/2023) sebagai simulasi untuk menghadapi Kejuaraan Asia 2023 di Pattaya, Thailand, 12-16 Juli 2023. Maria terus berupaya memupuk mental bertanding demi mengulangi sejarah meraih emas di Asian Games Incheon, Korea Selatan 2014 pada Asian Games Hangzhou, China 2022 tahun ini.
”Dengan masa transisi yang sangat singkat, antara SEA Games 2023 (di Kamboja bulan lalu) dan Kejuaraan Asia, saya tidak sempat berlatih di lintasan. Apalagi lintasan Stadion Madya (di Senayan, Jakarta) tidak bisa dipakai karena ada kegiatan lain. Akhirnya saya dan pelatih sepakat menjadikan Kejurnas ini sebagai ajang simulasi untuk ke Kejuaraan Asia,” ujar Maria yang meraih emas SEA Games 2023 dengan lompatan terbaik 6,28 meter.
Pada laga lompat jauh Kejurnas 2023, Maria hanya empat kali melakukan kesempatan melompat dari enam kesempatan yang ada. Atlet asal Bali itu langsung memimpin pertandingan dengan lompatan 5,94 meter di kesempatan pertama. Memasuki kesempatan kedua, lompatan Maria menurun menjadi 5,88 meter. Lompatannya meningkat menjadi 6,09 meter di kesempatan ketiga sebelum kembali menurun menjadi 6,05 meter di kesempatan keempat.
Setelah itu, Maria memutuskan tidak melanjutkan pertandingan. Dia langsung mengganti pakaian dan sepatunya, serta melakukan pendinginan. Kendati tidak meneruskan dua kesempatan tersisa, lompatan ketiga Maria tidak mampu dikejar oleh 19 pesaingnya. Dengan susah payah hingga kesempatan terakhir, atlet Jawa Timur Karunia Nur Gemila akhirnya meraih perak dengan lompatan terbaik 5,70 meter dan atlet Banten Maesaroh merebut perunggu dengan lompatan terbaik 5,67 meter.
Maria menjelaskan, dia hanya mengambil empat kesempatan melompat bukan karena meremehkan para pesaingnya. Melainkan, atlet berusia 32 tahun itu coba menyimulasikan suasana pertandingan di Kejuaraan Asia nanti. Dalam ajang itu, dia akan memulai pertandingan dari babak penyisihan yang hanya diberikan tiga kesempatan melompat dengan limit 6,17 meter untuk menembus final di hari berikutnya.
Dengan tiga kesempatan yang ada, Maria dituntut meminimalisasi kesalahan dan mesti mengoptimalkan setiap kesempatan yang ada. Tekanan seperti itu tidak bisa didapat kalau hanya di tempat latihan. Tekanan itu harus dibiasakan di tempat pertandingan. ”Di antara jadwal SEA Games dan Kejuaraan Asia, satu-satunya kompetisi yang bisa saya ikuti adalah Kejurnas ini,” kata atlet kelahiran 29 Oktober 1990 tersebut.
Selain itu, Maria akan memanfaatkan enam kesempatan melompat di pertandingan lompat jangkit Kejurnas, Senin (26/6/2023). Itu akan menjadi simulasi kalau lolos ke final Kejuaraan Asia yang menerapkan sistem enam lompatan. ”Di lompat jangkit, saya sekalian mengukur seberapa jauh titik penurunan fisik saya. Dengan begitu, saya dan pelatih bisa menyiapkan diri agar bisa mendapatkan hasil maksimal di Kejuaraan Asia,” kata Maria.
Adapun Maria menargetkan bisa menjaga performanya di SEA Games 2023 pada Kejuaraan Asia. Itu menjadi cara untuk memelihara jiwa kompetitifnya sebelum turun di Asian Games 2022. Meski tidak muda lagi, Maria tetap memiliki motivasi besar untuk menjadi yang terbaik di pesta olahraga Asia tersebut, seperti yang pernah dicapainya dalam Asian Games 2014. ”Saya akan berusaha membuat kejutan seperti sembilan tahun lalu,” tuturnya.
Saya akan berusaha membuat kejutan seperti sembilan tahun lalu.
Video Maria Londa Berlaga pada nomor Lompat Jauh pada Kejurnas Atletik 2023
Tetap berpotensi
Pelatih sekaligus suami Maria, I Made Sukariata menuturkan, walau tidak muda lagi, Maria tetap memiliki potensi besar untuk meraih emas Asian Games 2022. Lagi pula, secara teknik, Maria jauh lebih matang dibandingkan saat turun di Asian Games 2014.
Berdasarkan penelusuran Kompas, mengacu dari hasil dua Asian Games terakhir, standar rata-rata untuk meraih emas di lompatan sekitar 6,55 meter. Pada Asian Games 2014, Maria meraih emas dengan lompatan terbaik 6,55 meter, perak diraih atlet Vietnam Bui Thi Thu Thao dengan lompatan terbaik 6,44 meter, dan perunggu direbut atlet China Jiang Yanfei dengan lompatan terbaik 6,34 meter.
Dalam Asian Games 2018, Bui Thi Thu Thao meraih emas dengan lompatan terbaik 6,55 meter. Atlet India Neena Varakil meraih perak dengan lompatan terbaik 6,51 meter dan atlet China Xu Xiaoling merebut perunggu dengan lompatan terbaik 6,50 meter.
Merujuk data Federasi Atletik Dunia atau World Athletics, Maria dua kali membukukan lompatan lebih dari 6,55 meter usai Asian Games 2014. Dia sempat mencatat lompatan 6,70 meter saat meraih emas SEA Games Singapura 2015 yang sekaligus memecahkan rekor nasional dan mencatat lompatan 6,68 meter ketika meraih emas Kejurnas 2019 di Cibinong, Jawa Barat.
Selebihnya, Maria pernah membukukan lompatan 6,52 meter saat meraih emas kejuaraan di California, Amerika Serikat empat bulan jelang Asian Games 2018. Namun, tiga tahun terakhir, lompatan terbaik Maria di kisaran 6,2-6,3 meter, yakni 6,35 meter saat meraih perak Golden Fly 2021 di Phuket, Thailand, 6,35 meter ketika berada di tempat ketujuh Islamic Solidarity Games Konya, Turki 2021 tahun lalu, dan 6,28 meter di SEA Games 2023.
Menurut Made, kini, tantangan utama Maria adalah menjaga kebugaran. Dengan usia yang sudah lebih dari 30 tahun, waktu pemulihan tubuh Maria tidak sebaik ataupun secepat dahulu. ”Kalau tantangan ini bisa teratasi, Maria berpeluang mengulangi sejarah emasnya sembilan tahun lalu,” pungkas Made.