Hendro Yap masih terlalu mendominasi jalan cepat 20 km Kejurnas Atletik 2023. Sebaliknya, di kelompok putri, ada persaingan lebih ketat yang menjadi asa untuk perkembangan jalan cepat Indonesia di ajang internasional.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·7 menit baca
SOLO, KOMPAS – Jalan cepat nasional benar-benar identik dengan Hendro Yap. Dalam perlombaan jalan cepat 20 kilometer Kejuaraan Nasional Atletik 2023 di sekitar Stadion Sriwedari, Solo, Jawa Tengah, Minggu (25/6/2023), Hendro tidak hanya berhasil meraih emas melainkan pula membantu atlet putra maupun putri bimbingannya berprestasi dan menembus limit waktu Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumatera Utara 2024.
Dalam lomba kategori putra senior, Hendro masih belum tertandingi. Tanpa tekanan berarti, atlet asal Medan, Sumatera Utara itu terus memimpin dari awal start hingga finis. Dia akhirnya meraih emas dengan waktu 1 jam 34 menit 28 detik. Bahkan, catatan waktu itu jauh lebih tajam dibanding saat Hendro meraih emas jalan cepat 20 kilometer (km) dengan waktu 1 jam 40 menit 42 detik di SEA Games Kamboja 2023.
Hendro mengatakan, target utamanya di Kejurnas 2023 bukan hanya untuk menembus limit PON 2024 dengan 1 jam 40 menit melainkan pula untuk menyiapkan diri menuju Asian Games Hangzhou, China 2022, 23 September-8 Oktober. Apalagi Hendro memasang target tinggi di Asian Games mendatang, yakni ingin mempertajam rekor nasional (rekornas) atas namanya sendiri dengan 1 jam 27 menit 24 detik yang dicetak pada Kejuaraan Asia Jalan Cepat 2016 di Nomi, Jepang, 20 Maret 2016.
”Target saya di Asian Games adalah memecahkan rekornas 20 km. Tapi, kalau bisa, saya ingin ikut juga di jalan cepat 35 km. Kalau bisa ikut di nomor tersebut, saya ingin membuat rekornas (yang belum pernah ada) dan mengejar prestasi. Saya nilai untuk meraih medali di 20 km sulit karena jarak dengan para pesaing terlalu jauh. Tapi, kalau di 35 km, peluangnya masih ada karena itu nomor jarang dilombakan dan lebih menuntut pengalaman serta daya tahan yang menjadi keunggulan saya,” ujar Hendro.
Video suasana perlombaan jalan cepat 20 kilometer Kejuaraan Nasional Atletik 2023.
Terkait persaingan di Kejurnas 2023, Hendro menuturkan, dia bisa tetap menjadi yang terbaik bukan sekadar karena regenerasi kurang optimal sehingga atlet-atlet lain sulit menyainginya. Hal itu turut dipengaruhi motivasi besarnya yang selalu takut untuk kalah.
Saya bisa menjaga konsistensi prestasi karena saya selalu memelihara rasa takut, takut kalah dan takut tersaingi. Karena takut itu, saya terus berusaha memelihara semuanya, mulai dari istirahat, asupan nutrisi, dan latihan.
”Saya bisa menjaga konsistensi prestasi karena saya selalu memelihara rasa takut, takut kalah dan takut tersaingi. Karena takut itu, saya terus berusaha memelihara semuanya, mulai dari istirahat, asupan nutrisi, dan latihan. Sekali saja saya lengah, atlet-atlet di bawah saya bisa mengalahkan saya,” katanya.
Meski belum mendeklarasikannya secara terbuka, Hendro yang berusia 33 tahun sejatinya mulai menjalani fase transisi menjadi pelatih. Bahkan, sehabis perlombaan kali ini, Hendro tidak beristirahat melainkan berdiri di pinggir lintasan untuk memberikan arahan kepada sejumlah atlet yang berada di bawah bimbingannya di lokasi pemusatan latihan nasional (pelatnas) di Pangalengan, Jawa Barat, yaitu atlet Jawa Timur Angga Septiyan, atlet Kalimatan Selatan Ronggo Ariska, atlet putri Kalimantan Selatan Halida Ulfah, dan atlet putri Jambi Violine Intan Puspita.
Hendro berulang kali mengingatkan kepada empat atlet itu agar terus menjaga teknik mulai dari bahu yang diturunkan, perut dimajukan, hingga langkah dilebarkan. Menurut atlet kelahiran 24 Oktober 1990 itu, salah satu tantangan atlet jalan cepat 20 km adalah risiko kehilangan konsentrasi menjelang akhir lomba. Maka itu, penting untuk diingatkan agar para atlet kembali membenahi teknik yang sangat memengaruhi hasil perlombaan.
Walau tidak mutlak menjadi penentu, instruksi Hendro membantu Angga mempertahankan ritme kecepatannya sehingga meraih perak dengan 1 jam 38 menit 54 detik. Adapun Ronggo finis ke-12 dari 16 atlet yang finis, yakni dengan 1 jam 47 menit 41 detik. Setidaknya, Ronggo tidak senasib dua atlet lain yang gagal finis dan satu atlet yang terdiskualifikasi.
Usai lomba, Angga maupun Ronggo langsung menghampiri dan menyalami Hendro. Angga sampai mengucapkan terima kasih atas bimbingan Hendro yang membantunya bisa finis kedua dan lolos limit PON 2024. ”Di sini, kita sama-sama mengejar perbaikan performa. Jadinya, kita saling bantu, saling dukung. Kalau sudah masuk PON, situasinya beda lagi. Yang jelas, saya percaya atlet-atlet lain akan terus berkembang, khususnya untuk Angga dan Ronggo. Saya harap bisa bersaing lebih seru dengan mereka di PON nanti,” tegas Hendro.
Sebaliknya, di kelompok putri, duo atlet yang dibimbing Hendro mendominasi dan saling bersaing ketat. Namun, akhirnya, Ulfah keluar sebagai pemenang dengan 1 jam 51 menit 44 detik. Dia unggul tipis atas Violine yang finis kedua dengan 1 jam 51 menit 45 detik. Bagi Ulfah, hasil itu terbilang luar biasa karena dia mengalahkan Violine yang notabene peraih perak jalan cepat 20 km dengan 1 jam 55 menit 14 detik di SEA Games 2023.
Terlepas dari itu, kendati belum memecahkan rekornas milik Darwati dengan 1 jam 39 menit 05 detik yang diukir dalam Kejurnas 2009 di Jakarta, 29 Juli 2009, Ulfah dan Violine sama-sama mempertajam catatan waktu personal terbaik mereka. Sebelumnya, waktu terbaik Ulfah adalah 1 jam 53 menit 47 detik yang dicetak pada Kejuaraan Jawa Timur Terbuka 2023 di Gresik, Maret lalu dan waktu terbaik Violine di SEA Games 2023. ”Saya rasa di putri, kita bisa berbicara lebih banyak ke depan, khususnya untuk meraih emas SEA Games melalui Ulfah ataupun Violine,” terang Hendro.
Arahan penting
Ulfah menyampaikan, arahan Hendro dari pinggir lintasan jelang finis lomba kali ini sangat penting untuk menghindari pelanggaran. Umumnya, sekitar 1 km terakhir sebelum finis, atlet sudah sangat kelelahan dan tidak bisa lagi mengontrol teknik dengan baik. ”Kalau tekniknya salah, terutama langkah dianggap melayang sebagai tanda berlari, wasit akan mendiskualifiasi atlet bersangkutan,” tutur Ulfah, atlet asal Amuntai, Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan.
Secara keseluruhan, performa Ulfah jauh meningkat sejak ikut berlatih di Pangalengan tiga tahun terakhir. Di sana, meski tidak berstatus atlet pelatnas, Ulfah bisa berlatih bersama atlet-atlet terbaik nasional, seperti Violine, Winda Ayuningsih, Hendro, Angga, dan Ronggo. Atlet kelahiran 4 Oktober 1999 itu pun bisa mendapatkan bimbingan dari Hendro dan ikut dibina pelatih pelatnas, Dedi Romanah.
Bahkan, kalau di pemusatan latihan daerah (pelatda) Kalimantan Selatan, Hendro tercatat sebagai pelatih Ulfah. Bagi Ulfah, banyak masukan dan motivasi yang diberikan Hendro untuk perkembangan karirrnya. Kalau tidak ada Hendro, Ulfah mungkin tidak berada di posisi sekarang karena sudah berniat berhenti dari dunia atletik setelah dirinya meraih perunggu jalan cepat 20 km dengan 1 jam 55 menit 14 detik di PON Papua 2021.
”Hendro adalah senior yang sangat rendah hati dan tidak pelit berbagi ilmu. Bukan hanya dalam latihan, Hendro juga banyak memberikan bimbingan di luar latihan. Salah satunya ketika saya berniat berhenti menjadi atlet karena capek. Tapi, menjelang Kejurnas 2022 di Semarang (Jawa Tengah), Hendro datang ke rumah saya di Amuntai. Dia menyakinkan saya bahwa saya punya potensi kalau meneruskan karir,” ungkap Ulfah.
Kini, kepercayaan diri Ulfah kembali membumbung tinggi. Dia pun mematok target lebih tinggi untuk PON 2024 dan berharap bisa membela Indonesia di ajang internasional. ”Saya fokus mempertahan medali dan menajamkan lagi catatan waktu terbaik saya di PON nanti. Sebab, di kelompok putri, persaingannya cukup ketat karena banyak atlet-atlet baru dengan ambisi besar. Baru kemudian, saya ingin mengejar rekornas dan masuk pelatnas,” ujar Ulfah.
Sinyal bahaya
Manajer tim atletik Indonesia di SEA Games 2023 Mustara Musa mengatakan, hasil jalan cepat 20 km putra Kejurnas 2023 menjadi sinyal bahaya untuk Pengurus Besar Persatuan Atletik Indonesia (PB PASI). Itu karena jarak antara Hendro dan atlet-atlet di bawahnya, terutama kategori yunior masih terlampau jauh.
Jalan cepat Indonesia bisa-bisa kehilangan hegemoninya di Asia Tenggara kalau Hendro pensiun. Sejauh ini, dari tujuh SEA Games dalam 12 tahun terakhir, Hendro selalu meraih emas, kecuali SEA Games Jakarta-Palembang 2011 dan SEA Games Vietnam 2021 tahun lalu yang keduanya meraih perak.
Di kelompok putri, ada kabar sedikit positif karena grafik Violine terus membaik dan ada faktor pengganggu dari luar pelatnas yang bisa memacunya untuk terus lebih baik, khususnya dari Ulfah. Kendati demikian, PB PASI tidak boleh cepat puas sebelum atlet-atlet putri setidaknya bisa menjadi yang terbaik di Asia Tenggara.
Video perlombaan jalan cepat 20 kilometer Kejuaraan Nasional Atletik 2023.
”Intinya, masalah utama jalan cepat adalah minim sekali kompetisi dari daerah hingga pusat. Bahkan, di level nasional, kompetisi jalan cepat hanya ada tiga-empat kali dalam setahun. Sebaliknya, ajang lari ada nyaris setiap bulan. Kalau kompetisinya jarang, daerah-daerah tidak terlalu menaruh perhatian untuk mengembangkan jalan cepat. Otomatis, sulit untuk mengharapkan munculnya atlet-atlet baru dari nomor tersebut, terutama di kelompok putra,” pungkas Mustara.