Empat rekor nasional kelompok umur bertumbangan pada hari ketiga Festival Akuatik Indonesia 2023 di Jakarta. Performa positif para perenang belia diharapkan bisa konsisten untuk membuka asa regenerasi.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selain perenang berusia 15 tahun Jawa Timur Moch Akbar Putra Akbar yang konsisten memecahkan rekor nasional kelompok umur grup 2 (usia 14-15 tahun) Festival Akuatik Indonesia (FAI) 2023 di Stadion Akuatik Senayan, Jakarta, muncul nama lain, yaitu perenang putri 12 tahun DKI Jakarta Adelia Chantika Aulia yang memecahkan rekornas KU 3 (12-13 tahun). Performa positif dua atlet itu membuka asa regenerasi, setidaknya menyukseskan pembinaan jangka panjang yang dicanangkan pemerintah melalui program Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
”Di sini, target saya ingin mempertajam catatan waktu pribadi saya di setiap nomor yang saya ikuti. Tetapi, saya tidak menyangka bisa memecahkan rekornas hari ini (KU 3 50 meter gaya bebas putri). Semoga saya bisa terus konsisten menjadi lebih baik agar bisa masuk pelatnas suatu hari nanti,” ujar Adelia di sela penyelenggaraan hari ketiga FAI atau Kejuaraan Nasional Akuatik, Senin (12/6/2023).
Setelah Akbar mendominasi daftar pemecah rekornas nomor perlombaan individu, yakni rekornas KU 2 800 meter gaya bebas dengan 8 menit 31,20 detik, Sabtu (10/6/2023); rekornas KU 2 400 meter gaya bebas dengan 4 menit 3,97 detik, Minggu (11/6/2023); dan rekornas KU 2 1.500 meter gaya bebas dengan 16 menit 10,52 detik, Senin, akhirnya Adelia ikut meramaikan daftar tersebut. Perenang asal Riau itu memecahkan rekornas KU 3 50 meter gaya bebas putri dengan 27,55 detik, Senin.
Adelia mematahkan rekornas sebelumnya milik Laila Siti Amina dengan 27,69 detik yang dicetak di Jakarta, 22 Mei 2014. Sebelumnya, Sabtu, Adelia bersama tim DKI Jakarta memecahkan rekornas estafet 4x100 meter gaya bebas campuran dengan 3 menit 53,04 detik. Mereka mematahkan rekornas sebelumnya milik klub renang Millennium Aquatic dengan 3 menit 53,14 detik di Jakarta, 2 November 2022.
Adelia mengaku, keberhasilannya itu tidak lepas dari keputusannya pindah dari Riau ke DKI Jakarta sejak tahun kemarin. Adelia yang berlatih renang sejak kelas II SD itu cukup sukses selama di Riau, tetapi dianggap tidak cukup untuk mengangkat prestasinya hingga ke level internasional. Apalagi, selama pandemi Covid-19, pembinaan di Riau mengalami mati suri.
Dengan dukungan penuh orang tua, Adelia akhirnya dibawa ke DKI Jakarta untuk bergabung dengan klub Millennium Aquatic. Tak butuh waktu lama, perenang kelahiran 20 Januari 2011 itu bisa memecahkan rekornas untuk pertama kalinya, yakni rekornas KU 4 (10-11 tahun) 100 meter gaya bebas dan 50 meter gaya bebas di Kejuaraan Indonesia Terbuka 2022 akhir tahun lalu.
Selain fasilitas, perbedaan pembinaan di Riau dan Jakarta adalah suasana kompetitifnya. Di sini, saya ketemu banyak perenang bagus sehingga motivasi dan jiwa kompetitif saya tumbuh. Di sini juga banyak kejuaraan yang bisa saya ikuti.
”Selain fasilitas, perbedaan pembinaan di Riau dan Jakarta adalah suasana kompetitifnya. Di sini, saya ketemu banyak perenang bagus sehingga motivasi dan jiwa kompetitif saya tumbuh. Di sini juga banyak kejuaraan yang bisa saya ikuti,” kata Adelia.
Di samping memecahkan rekornas 50 meter gaya bebas putri dan estafet 4x100 meter gaya bebas campuran, dari tiga hari awal FAI, Adelia meraih emas KU 3 100 meter gaya bebas dengan 1 menit 1,32 detik dan KU 3 200 meter gaya punggung (2 menit 29,73 detik). Dia pun merebut perak KU 3 800 meter gaya bebas (10 menit 5,02 detik) pada Sabtu.
Kurang optimal
Namun, pada Minggu, penampilan Adelia kurang optimal. Dia meraih perak KU 3 400 meter gaya bebas (4 menit 49,70 detik) dan KU 3 50 meter gaya punggung (32,95 detik), urutan keempat KU 3 200 meter gaya ganti (2 menit 37,25 detik), serta perunggu estafet 4x200 meter gaya bebas putri untuk tim DKI Jakarta (9 menit 14,88 detik).
Adelia juga harus puas berada di urutan kelima KU 3 200 meter gaya kupu-kupu dengan 2 menit 49,58 detik pada Senin. ”Saya kurang puas dengan hasil tiga hari terakhir karena hasilnya fluktuatif, ada yang bagus dan jelek. Masih banyak yang perlu saya tingkatkan, terutama fisik agar bisa menjaga konsistensi di kejuaraan yang lombanya padat seperti ini,” ungkap Adelia.
Pelatih Pelatda DKI Jakarta Felix C Sutanto mengatakan, dengan bakat besarnya, Adelia mampu mengatasi ketertinggalan saat bergabung dengan Millennium Aquatic karena minim latihan di Riau akibat pandemi. Maka itu, Felix tidak kaget Adelia bisa memecahkan rekornas KU 3 50 meter gaya bebas.
”Adelia punya bakat besar, kemauan kuat, patuh dengan semua arahan pelatih, dan ada dukungan penuh dari orang tuanya. Bakatnya mengingatkan dengan I Gede Siman Sudartawa sewaktu muda. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana menjaga motivasinya, khususnya di masa peralihan ke dewasa,” tutur Felix.
Terkait grafik fluktuatif Adelia, lanjut Felix yang mantan perenang nasional yang ikut Olimpiade Sydney 2000, itu wajar. Adelia masih menjalani periode latihan generalis atau mencoba semua nomor yang bisa diikuti. Pastinya, ada nomor yang dia bisa unggul dan tidak.
”Di sisi lain, persaingan kali ini jauh lebih ketat ketimbang tahun lalu. Selepas pandemi, banyak daerah yang mengalami perkembangan pesat, antara lain Sulawesi Tengah. Itu menjadi tantangan untuk daerah-daerah yang pembinaannya konsisten, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur,” ucap Felix.
Rekor bertumbangan
Secara keseluruhan, rekor bertumbangan di hari ketiga FAI. Selain Akbar dan Adelia, perenang Jawa Barat Kaisar Hansel Putra juga memecahkan rekornas KU 2 50 meter gaya bebas dengan 24,30 detik yang mematahkan rekor sebelumnya milik Ibrahim F Faqih dengan 24,40 detik di Jakarta, 26 Juli 2022. Perenang putri Jawa Timur Izzy Dwifaiva Hefrisyanthi memecahkan rekornas KU 1 (16-18 tahun) 1.500 meter gaya bebas dengan 17 menit 18,74 detik yang mematahkan rekor sebelumnya milik Azzahra Permatahani dengan 17 menit 25,04 detik di Jakarta, 1 Desember 2018.
Wakil Ketua Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Jawa Timur Herlambang Wijaya menuturkan, pihaknya menargetkan mempertahankan predikat juara umum FAI tahun lalu (dengan 32 emas, 16 perak, 21 perunggu). Sejauh ini, mereka masih memimpin klasemen perolehan medali dengan 48 emas, 20 perak, dan 16 perunggu. Mereka di ambang mengulangi kesuksesan tahun lalu.
Perolehan medali itu sebagian besar disumbangkan oleh para perenang KU. Itu sesuai dengan program PRSI Jawa Timur yang mulai memfokuskan pembinaan kepada atlet-atlet muda, terutama untuk menatap PON Aceh-Sumatera Utara 2024. ”Ini memang saatnya para perenang muda untuk muncul sehabis era Siman dan kawan-kawan. Ini mesti disambut oleh pengurus pusat untuk lebih berani menyiapkan calon penerus perenang senior, yang tidak boleh pula dilupakan kalau masih punya peluang berprestasi,” ujar Herlambang.
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PRSI Wisnu Wardhana menyampaikan, banyaknya pemecahan rekornas KU sesuai harapan mereka. Wisnu menilai ini memang masanya perenang muda tampil walau secara catatan waktu masih jauh di bawah para seniornya. Mereka pun sudah menyiapkan program jangka panjang untuk atlet-atlet muda berusia di bawah 16 tahun guna menjalankan arahan pemerintah yang tertuang dalam DBON.
”Pascapandemi, pembinaan di daerah mulai bergeliat lagi. Terbukti, banyak perenang daerah yang bermunculan, seperti dari Bali, Kalimantan, dan Jawa Timur. Itu menjadi bagian pembinaan jangka panjang yang diminta DBON. Tinggal selanjutnya, bagaimana caranya menjaga titik krusial atlet, ketika mereka memasuki usia 18-20 tahun. Biasanya, di usia itu, mereka akan memilih fokus meneruskan karier atlet atau melanjutkan kuliah. Yang jelas, kami ingin mengarahkan mereka tidak sekadar jago kandang atau sebatas juara di SEA Games, tetapi untuk berprestasi di Asian Games dan lolos limit A Olimpiade,” pungkas Wisnu.