Pemilihan Ketua KOI Momentum Mendorong Pembangunan Prestasi
Lebih dari sekadar pemenuhan kebutuhan organisasi, suksesi kepemimpinan Komite Olimpiade Indonesia harus dijadikan momentum untuk mendorong pembangunan prestasi olahraga, terutama di Olimpiade Paris 2024.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Lebih dari sekadar pemenuhan kebutuhan organisasi, perebutan kursi ketua umum dan wakil ketua umum Komite Olimpiade Indonesia atau KOI periode 2023-2027 harus dijadikan momentum untuk mendorong pembangunan prestasi olahraga Indonesia. Untuk itu, kolaborasi dengan cabang olahraga, pemerintah, dan lembaga lain, perlu menjadi perhatian utama bakal calon pimpinan KOI.
Pakar manajemen prestasi olahraga dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, Profesor Djoko Pekik Irianto, mengatakan, suksesi kepemimpinan KOI bukan hanya perkara keorganisasian. Hal itu juga momentum akselerasi prestasi olahraga Indonesia di kancah internasional yang perlu dilakukan para pemangku kebijakan secara bersama-sama.
Baca Berita Olimpiade Paris 2024
Ikuti informasi terkini seputar Olimpiade Paris 2024 dari berbagai sajian berita seperti analisis, video berita, perolehan medali, dan lainnya.
“Ini jadi bagian hal yang perlu disinergikan KOI dengan lembaga lain seperti KONI yang membantu pemerintah dalam kebijakan dan pembinaan olahraga secara nasional. Bersama pemerintah, kedua lembaga ini harus menyiapkan kontingen terbaik untuk Indonesia upaya meraih prestasi terbaik,” tutur Djoko Pekik saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (7/6/2023).
KOI sendiri bertugas membantu pemerintah dalam penyelenggaraan acara olahraga internasional, termasuk pengiriman kontingen ke ajang-ajang di luar negeri. Tugas itu sesuai Undang-undang Nomor 11 tahun 2022 tentang Keolahragaan.
Selama ini, kata Djoko, KOI dan KONI masih belum sinkron dalam beberapa hal. Terkait penentuan keanggotaan, misalnya, terdapat fenomena federasi cabang olahraga yang ditolak KONI, tetapi diterima KOI. Selain itu, terdapat tumpang tindih tugas kedua lembaga terkait pembinaan olahraga. Kedua hal itu menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pimpinan baru KOI.
Hal lain yang perlu menjadi perhatian calon ketua dan wakil ketua umum KOI adalah persiapan untuk mengirimkan sebanyak-banyaknya atlet dari cabang olahraga potensial di Olimpiade Paris 2024. Menurut Djoko, KOI bersama KONI dan pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga perlu berkolaborasi agar atlet yang lolos Olimpiade setidaknya bisa 40 orang. Dalam dua edisi Olimpiade, Indonesia hanya meloloskan 28 atlet.
“Satu hal lagi, kejadian sanksi yang mengakibatkan Indonesia tidak bisa mengibatkan bendera 'Merah Putih', yang tidak serta merta kesalahan KOI, harus dipastikan tidak terulang,” ucap Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Daerah Istimewa Yogyakarta itu.
Kejadian yang dimaksud Djoko adalah ketika tim bulu tangkis Indonesia menjuarai Piala Thomas 2020 setelah paceklik gelar selama 19 tahun. Pada penyerahan piala yang berlangsung di Aarhus, Denmark, Oktober 2021, Indonesia tak bisa mengibarkan Merah Putih setelah mendapatkan sanksi dari World Anti-Doping Agency (WADA) karena tidak mematuhi regulasi pelaporan tes doping rutin.
Mereka bertekad mencetak sejarah di kancah internasional, terutama dengan meloloskan banyak atlet dan meraih banyak medali emas di Olimpiade Paris 2024.
Djoko pun mengutarakan, ketua umum KOI harus memiliki minimal empat kriteria, yaitu kompeten, komitmen, komunikasi, dan keberanian. Paling utama, lanjut Djoko, sosok tersebut harus bisa menduniakan olahraga Indonesia.
Mencalonkan lagi
Petahana Raja Sapta Oktohari mendeklarasikan pencalonannya kembali sebagai ketua umum KOI periode 2023-2027. Ia akan maju bersama anggota Komite Eksekutif KOI, Ismail Ning, sebagai wakil ketua umum. Pasangan ini mengantongi dukungan suara mayoritas, yakni lebih dari 50 anggota KOI. Dukungan di antaranya disampaikan Persatuan Renang Seuruh Indonesia dan Persatuan Muaythai Indonesia.
Okto menjelaskan, Ismail Ning dipilih untuk mendampinginya maju dalam pemilihan pemimpin KOI karena kiprahya di bidang olahraga. “Pak Ismail merupakan orang paling tepat untuk menjadi wakil ketua umum lantaran memiliki passion terhadap olahraga. Beliau lama berkecimpung di dunia olahraga baik sebagai pengurus maupun atlet. Saya juga merasakan dukungan positif dari Pak Ismail selama bekerja bersama di KOI,” kata Okto.
Selain sebagai Komite Eksekutif KOI pada periode ini, Ismail Ning juga merupakan Wakil Ketua Pengurus Pusat Indonesia Jetsport Boating Association. Ia juga menjabat sebagai Wakil Kepala Bidang Sport Tourism Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia.
Sementara Okto berpengalaman sebagai Ketua Umum PB ISSI periode 2015-2019 dan 2019-2024. Okto juga memimpin Panitia Penyelenggara Asian Para Games Indonesia (Inapgoc) saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Para Games 2018. Ia juga pernah menjadi Ketua Delegasi Indonesia pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Okto dan Ismail menyampaikan, keduanya akan melanjutkan apa yang telah dibangun pada kepengurusan sebelumnya. Mereka bertekad mencetak sejarah di kancah internasional, terutama dengan meloloskan banyak atlet dan meraih banyak medali emas di Olimpiade Paris 2024.
Sejauh ini, baru Okto dan Ismail yang menyatakan kesiapannya maju ke kontentasi perebutan kursi pimpinan KOI. Pendaftaran bakal calon dibuka 5-16 Juni 2023, kemudian diverifikasi Tim Penjaring hingga 18 Juni 2023. Kandidat yang lolos verifikasi lantas akan menjadi calon yang dipilih pada Kongres KOI yang diadakan di Hotel Fairmont, Jakarta, pada 30 Juni 2023.
Adapun Tim Verifikasi telah menetapkan 66 anggota KOI yang memiliki hak suara di Kongres. Persatuan Shorinji Kempo Indonesia (Perkemi) menjadi satu-satunya federasi anggota KOI yang gagal lolos verifikasi. Namun, Ketua Tim Verifikasi KOI Jadi Rajagukguk memastikan Perkemi akan tetap diundang sebagai bagian dari KOI kendati tak bisa ikut menggunakan hak suaranya.