Seiring putaran sepatu roda, ada hati anak-anak yang ikut gembira. Perasaan gembira menjadi modal utama menumbuhkan minat anak-anak terhadap olahraga tersebut.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
REBIYYAH SALASAH
Suasana lomba speed 200 meter Jakarta Inline Freestyle Challenge 2023 di Jakarta International Roller Track Arena, Sunter, Jakarta Utara, Minggu (28/5/2023).
Perasaan gembira menjadi modal utama mengenalkan olahraga, khususnya sepatu roda, kepada anak-anak. Apabila sudah merasa senang, anak-anak akan antusias menekuninya meski jatuh-bangun, bagian tubuh memar, dan luka-luka. Prestasi menjadi persoalan belakangan.
Dengan medali tergantung di lehernya, Alika Aliyah Shakila (7) meluncur di atas sepatu roda biru di luar lintasan Jakarta International Roller Track Arena, Sunter, Jakarta Utara, Minggu (28/5/2023) siang. Tak berselang lama, Alika diminta untuk bersiap-siap dan kembali memasuki area lintasan untuk balapan pada babak final Jakarta Inline Freestyle Challenge 2023.
Alika merupakan 1 dari 268 peserta lomba sepatu roda yang diadakan Persatuan Sepatu Roda Indonesia (Perserosi) DKI Jakarta itu. Medali yang tergantung di lehernya diraih setelah menjadi salah satu yang tercepat dalam semifinal kelas speed 200 meter kelompok usia 2 (6-7 tahun).
”Main sepatu roda karena senang. Enggak kapok kalau jatuh-jatuh,” kata Alika yang datang dari Cirebon, Jawa Barat, sejak pukul 03.00.
REBIYYAH SALASAH
Peserta lomba terjatuh saat mengikuti skate cross Jakarta Inline Freestyle Challenge 2023 di Jakarta International Roller Track Arena, Sunter, Jakarta Utara, Minggu (28/5/2023).
Ketertarikan Alika terhadap sepatu roda bermula ketika dia kerap menonton orang-orang seusianya saling adu cepat menggunakan inline skate. Sepatu roda jenis itu memiliki empat rodanya sejajar dari depan ke belakang. Inline skate milik sang kakak yang sudah lama tak digunakan pun akhirnya dipakai Alika untuk mencoba olahraga tersebut.
Sebelum akhirnya bergabung dengan klub Cirebon Inline Skate setahun lalu, Alika sempat belajar secara otodidak di area sekitar rumahnya. Lutut luka atau siku memar karena terjatuh pun tak terhindarkan. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat Alika untuk terus bermain sepatu roda.
Cerita serupa disampaikan Winda Kusumawati, ibu rumah tangga asal Srengseng, Jakarta Barat. Winda sudah biasa menyaksikan anaknya, Ilsa Wiradilaga (6), terluka akibat terjatuh saat bermain sepatu roda. Pernah sekali waktu, luka gores dan lebam mewarnai dahi dan pipi Ilsa. Belum lagi dengan luka di lutut dan siku anak yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak itu.
”Sebenarnya enggak tega, tetapi kalau anaknya sudah senang, enggak mungkin melarang. Lagi pula, setelah semakin lama latihan, semakin jarang jatuh. Jadi, yang bisa saya lakukan, ya, mengurangi risiko terluka dengan selalu pakai pelindung lutut, siku, dan pakai helm,” ujar Winda, yang anaknya sudah menekuni olahraga sepatu roda sejak setahun lalu.
REBIYYAH SALASAH
Peserta lomba speed 200 meter Jakarta Inline Freestyle Challenge 2023 bersiap di garis start, di Jakarta International Roller Track Arena, Sunter, Jakarta Utara, Minggu (28/5/2023).
Untuk mengakomodasi ketertarikan anaknya pada sepatu roda, Winda mendaftarkan Ilsa ke klub sepatu roda Veni, Vidi, Vici. Selain latihannya menjadi terarah, kata Winda, anaknya juga menjadi lebih senang bermain sepatu roda karena bisa melakukannya bersama teman-teman seusianya.
Pelatih klub Veni, Vidi, Vici, Wildan Muttaqin, materi latihan untuk anak-anak yang bermain sepatu roda memang sengaja dibuat semenarik dan semenyenangkan mungkin. Tujuannya agar anak-anak merasa gembira sehingga mau terus bermain sepatu roda, Jika sudah gembira, mereka akan berlatih atas kemauan sendiri, bukan karena paksaan.
Jadi, yang bisa saya lakukan, ya, mengurangi risiko terluka dengan selalu pakai pelindung lutut, siku, dan pakai helm.
”Pada anak-anak, terutama yang masih usia di bawah 15 tahun, fokusnya memang belum prestasi. Paling utama adalah menumbuhkan kecintaan mereka terhadap sepatu roda, lalu mengembangkan minat dan ketertarikan itu,” kata Wildan.
Mencicipi kompetisi
Kegembiraan juga diharapkan muncul dari ajang-ajang lomba yang diadakan untuk anak-anak. Ketua panitia Jakarta Inline Freestyle Challenge 2023, Tonny Hertanto, menuturkan, pihaknya sengaja mengadakan lomba untuk anak setelah pelaksanaan kompetisi, yang acara utamanya ialah lomba freestyle bukan untuk pemula.
Pada kompetisi utama yang telah digelar 25-27 Mei 2023, para freestyler bertemu dan mengadu kemampuan masing-masing. Ajang itu juga sebagai seleksi nasional untuk Asian Games 2022 Hangzhou. Adapun lomba untuk anak digelar sebagai wadah bagi mereka mencicipi kegembiraan karena bisa berkompetisi dan bertemu sesama pesepatu roda.
Dalam ajang itu dilombakan tiga mata lomba, yaitu speed 200 meter, speed 100 meter, dan skate cross. Para peserta terdiri atas empat kelompok umur, mulai dari di bawah 6 tahun, 6-7 tahun, 7-9 tahun, hingga 10-15 tahun.
Pada nomor speed, peserta beradu kecepatan di lintasan berbentuk elips. Adapun pada nomor skate cross, peserta beradu kecepatan melewati lintasan penuh tikungan yang dibentuk dengan garis kuning.
Baik ketika bermain di nomor speed maupun skate cross, tak sedikit peserta yang terjatuh. Pada nomor skate cross, misalnya, sebagian besar terjatuh karena tak stabil saat berbelok arah mengikuti tikungan. Meski demikian, mereka juga bergegas bangkit kembali seolah tak merasakan sakit akibat jatuh.
REBIYYAH SALASAH
Salah satu peserta lomba berusaha bangkit setelah terjatuh saat mengikuti skate cross Jakarta Inline Freestyle Challenge 2023 di Jakarta International Roller Track Arena, Sunter, Jakarta Utara, Minggu (28/5/2023).
Para penonton yang menyaksikan di pagar ataupun tribune terus menggemakan dukungan. Ketika ada peserta yang jatuh, mereka lebih kencang memekikkan kata penyemangat.
Tonny, yang juga merupakan Komisi Freestyle Perserosi DKI Jakarta, menyampaikan, atmosfer lomba yang demikianlah yang dia harapkan bisa dirasakan dengan gembira oleh anak-anak. Ia juga berharap ada semakin banyak kompetisi serupa untuk menumbuhkan minat pesepatu roda muda.
”Kami sengaja menggelar fun race untuk memberi kesempatan kepada pemula. Mereka yang merupakan calon-calon penerus atlet sepatu roda, untuk berlomba, melatih mental mereka, dan bergembira bersama. Kami mencoba mengutamakan senang-senangnya dulu,” ujar Tonny.
Jatuh-bangun tampak menjadi dua hal yang akrab dengan para pehobi sepatu roda. Bagi anak-anak, rasa sakit seolah tidak terasa. Karena seiring putaran sepatu roda, ada hati anak-anak yang ikut gembira.