Derbi London menyajikan duel Arsenal dan Chelsea yang sama-sama lupa cara menang. Laga itu akan menjadi titik balik mereka, khususnya tuan rumah Arsenal.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
LONDON, SENIN — ”Si gajah” Arsenal terjatuh keras dari atas pohon yang menyangga mimpi mereka menjuarai Liga Inggris. Namun, musibah itu mungkin adalah jalan yang terbaik bagi mereka dalam menyambut lima laga terakhir Liga Inggris pada musim ini. Skuad Arsenal kini bisa bermain dengan senyuman lagi, seperti yang dilakukan nyaris sepanjang musim ini.
Berada di puncak klasemen sejak awal musim, Arsenal diibaratkan seperti gajah di atas pohon. Tidak ada yang tahu bagaimana cara si gajah naik, tetapi pasti akan terjatuh pada akhirnya. Kejatuhan akhirnya terjadi setelah tim asuhan Manajer Mikel Arteta itu berada di posisi teratas selama 247 hari.
Juara bertahan Manchester City mengudeta Arsenal dari puncak klasemen Liga Inggris setelah mengalahkan Fulham di Stadion Craven Cottage, Minggu (30/4/2023). City saat ini unggul 1 poin atas Arsenal dan masih menyimpan satu laga belum dimainkan. Menurut Opta, kans Arsenal untuk juara kini tinggal menyisakan 5,6 persen.
Bulan April terasa kelabu bagi Arsenal. Mereka gagal menang dalam empat laga terakhir, termasuk kalah dari City, 1-4, pada Kamis lalu. Skuad yang memulai liga dengan rerata usia pemain termuda itu tidak mampu mengatasi tekanan perburuan juara. Hal itu terbukti dari dua kali gagal menang seusai unggul sepasang gol.
”Semua belum berakhir, tetapi sekarang (nasib juara) tidak lagi di tangan kami. Apa yang bisa dilakukan saat ini hanyalah memenangi setiap laga tersisa. Menang besok (versus Chelsea). Itu yang harus kami lakukan,” kata Arteta (41) yang berstatus manajer termuda di Liga Inggris musim ini.
Arsenal cukup beruntung. Saat butuh kemenangan, mereka kedatangan Chelsea dalam laga bertajuk derbi London di Stadion Emirates pada Rabu (3/5/2023) dini hari WIB. Seperti diketahui, tim tamu sudah lima kali kalah beruntun di berbagai ajang sejak dipimpin oleh manajer sementara, Frank Lampard. Mereka kini berada dalam krisis lebih besar seusai memecat Manajer Graham Potter.
Sangat mungkin jadwal kandang itu akan menjadi titik balik Bukayo Saka dan rekan-rekan dalam lima laga tersisa, mengingat mereka tidak lagi terbebani target juara yang muncul setelah performa menjanjikan hingga awal April. Adapun target awal Arsenal pada musim ini, yaitu lolos ke Liga Champions Eropa, telah tercapai seusai kalah dari City.
Saya melihat beberapa kali saat manajer mereka (Arteta) dipertanyakan berkali-kali, tetapi tetap dipercaya. Klub lainnya mungkin sudah mengganti manajer, yaitu dua sampai tiga kali. (Frank Lampard)
Ketika tampil tanpa beban, Arsenal nyaris tidak tersentuh di tanah Inggris. Terbukti, hingga pekan ke-29, awal April lalu, mereka masih kokoh sebagai pemimpin klasemen dengan 70 poin. Mereka mengemas 70 gol dan hanya kemasukan 27 gol. Adapun sepanjang sejarah Liga Primer Inggris, seluruh tim dengan 70 poin dari 29 laga selalu berujung jadi juara.
Sepak bola ofensif dan bertempo tinggi ala Arteta, yang lama didamba penggemar, kembali muncul di Stadion Emirates. Namun, dalam empat laga terakhir, mereka seperti kehilangan tempo bermain. ”Si Meriam” sering kali terlalu terburu-buru ketika kedudukan imbang atau tertinggal lebih dulu. Sebaliknya, mereka terlalu santai ketika unggul.
Jika tampil lepas, seperti dulu, Arsenal bisa kembali pada bentuk penampilan terbaiknya. Menyadari hal itu, Lampard pun tidak terlalu meyakini bahwa momen saat ini adalah waktu terbaik bagi timnya untuk berkunjung ke Stadion Emirates., terlepas Arsenal gagal menang di empat laga terakhir.
”Itu (hasil buruk mereka) bisa berbalik. Mereka masih dalam perburuan gelar juara. Dengan luka saat ini, mereka pasti akan memberikan reaksi besar,” kata Lampard.
Tanpa Saliba
Faktor terbesar lainnya dari kejatuhan Arsenal saat ini adalah absennya bek utama, William Saliba, akibat cedera punggung sejak pertengahan Maret lalu. Sejak saat itu, dalam enam laga terakhir, gawang Arsenal selalu kebobolan. Padahal, bersama Saliba, yaitu pada 27 laga awal, Arsenal hanya kebobolan rerata 0,96 gol. Rerata kebobolan itu melonjak dua kali lipat lebih tanpa Saliba (2 gol).
Bek pelapis, Rob Holding, tidak mampu mengisi peran Saliba, terutama dalam bermain di garis pertahanan tinggi. Saliba juga sangat dibutuhkan Arsenal untuk membangun serangan dari belakang. Dia adalah satu-satunya yang mencatat akurasi 91 persen dalam daftar pemain Arsenal yang membuat lebih dari 1.000 umpan.
Menurut Arteta, belum ada perkembangan lebih lanjut dari Saliba. Bek tim nasional Perancis itu dipastikan absen dalam derbi London nanti. Meskipun begitu, dampak absennya Saliba mungkin akan berkurang karena masalah lini depan yang tengah dihadapi Chelsea.
Masalah keringnya gol itu tidak juga selesai meskipun mereka dua kali memecat manajer pada musim ini. ”Si Biru” hanya menciptakan 30 gol dari 32 laga. Produktivitas itu bahkan kalah dari striker City, Erling Haaland, seorang diri (34 gol).
Lampard lantas membuka peluang memainkan penyerang murni sejak menit awal. Sebelumnya, dia lebih banyak mengandalkan formasi dengan penyerang palsu (false nine). Seperti di laga terakhir, yaitu versus Brentford, ia menurunkan Raheem Sterling sebagai ujung tombak. Namun, rencana itu tidak bekerja dengan baik.
Posisi ujung tombak Chelsea itu kemungkinan akan ditempati Pierre-Emerick Aubameyang, mantan striker Arsenal. Ia sempat bermain pada sepanjang babak kedua laga versus Brentford. Dia sudah sangat mengenal rumput dan atmosfer di Stadion Emirates.
Identitas klub
Terlepas dari potensi Arsenal kehilangan gelar, Lampard tetap memuji kebijakan yang dilakukan rivalnya itu. Arsenal tetap mempercayai Arteta pada masa sulit sampai akhirnya bisa menemukan identitas klub pada musim ini. Lampard berharap kebijakan serupa bisa mulai diterapkan Chelsea.
”Ada proses panjang untuk mencapai tujuan. Anda bisa melihat identitas mereka sekarang, setelah 2-3 tahun. Saya melihat beberapa kali saat manajer mereka (Arteta) dipertanyakan berkali-kali, tetapi tetap dipercaya. Klub lainnya mungkin sudah mengganti manajer, yaitu dua sampai tiga kali,” ujar Lampard yang pernah dipecat Chelsea.
Chelsea, di bawah pemilik barunya, Todd Boehly, penuh tanda tanya. Mereka berjalan tanpa rencana yang jelas. Thomas Tuchel, yang merupakan salah satu manajer terbaik saat ini, dipecat pada awal musim. Ia lalu digantikan Graham Potter. Sebelum musim selesai, Potter turut dipecat dan digantikan Lampard yang sudah pernah gagal di Chelsea dan Everton.
Maka, wajar jika Chelsea saat ini terpuruk di peringkat ke-12 klasemen sementara Liga inggris. Mereka tertinggal 36 poin dari Arsenal. Jarak jauh tersebut merupakan cambuk bagi Si Biru yang mengklaim sebagai tim terbaik di London dalam dua dekade terakhir. (AP/REUTERS)