Pembuktian Para Perenang Terbuang
Perenang nasional andalan yang sempat terbuang dari pelatnas akibat kebijakan federasi, kini justru diandalkan untuk mendulang medali emas.
Pemandangan unik terlihat saat tim renang Indonesia belatih di kolam Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (20/4/2023) pagi. Para perenang seperti terbagi dua sisi. Di satu sisi, terdapat para perenang muda berlatih di bawah arahan pelatih asing asal Australia, Michael Piper.
Di sisi lainnya, pelatih timnas Albert Sutanto memimpin para perenang andalan yang juga merupakan anak asuhnya di klub Millenium Jakarta. Mereka antara lain perenang gaya punggung I Gede Siman Sudartawa (28), Flairene Candrea Wonomiharjo (18), dan Angel Gabriella Yus (22).
Mereka melahap semua menu latihan dari Albert. Misalnya, berenang pada jarak tertentu dengan batasan waktu yang sudah ditetapkan. Terkadang mereka juga berenang santai dan sprint menggunakan fins pod. Albert mengamati dengan saksama dari tepi kolam, sambil sesekali memberi instruksi kepada para perenang.
Siman, Flai, dan Angel adalah andalan utama Indonesia meraih emas di SEA Games Kamboja 2023, berdasarkan catatan waktu dua bulan terakhir dibandingkan dengan para pesaing. Ironisnya, mereka jutru sempat terdepak dari pelatnas pada akhir tahun lalu.
Siman termasuk dalam sembilan atlet senior yang dicoret oleh Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI), pada Oktober lalu. Atlet asal Bali itu masih belum tertandingi pada nomor 50 meter gaya punggung, tetapi dipinggirkan karena program Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang fokus ke pembinaan kepada atlet-atlet muda agar bisa berprestasi pada Olimpiade di masa depan.
Albert turut terdepak. Anak asuhnya seperti Flai dan Angel pun kembali dicoret tidak lama berselang. Mereka dikatakan sempat mangkir dari latihan pelatnas. "Kami sebagai atlet itu tidak selalu cocok sama pelatih. Kebetulan saya paling cocok sama ko Al (Albert). Programnya efektif terlihat dari catatan waktu," ujar Angel.
Bandul pun berbalik pada seleksi nasional, Februari lalu. Albert dan anak asuhnya kembali merebut kursi pelatnas. Ketiga perenang di luar pelatnas itu justru yang mampu menembus limit A. Adapun beberapa perenang muda yang masuk dalam program DBON akhirnya dipulangkan.
Flai adalah satu dari dua peraih emas di SEA Games Vietnam, tahun lalu. Dia berjaya pada nomor 100 meter gaya punggung dengan catatan 1 menit 3,23 detik yang sekaligus memecahkan rekor nasional. Menariknya, dia sudah mampu mencatat waktu 29,31 detik pada nomor 50 meter gaya punggung saat seleknas, melampaui catatan waktu peraih perak di Vietnam, yaitu Jessica Joy Geriane dari Filipina dengan waktu 29,35 detik.
Hidup itu tidak adil. Melakukan yang terbaik pun tidak ada garansi untuk berhasil. Kami hanya bisa fokus meningkatkan diri sendiri.
Angel berevolusi dalam setahun. Dari tampil dalam nomor gaya bebas dan kupu-kupu saat debut di Vietnam, dia menjadi andalan emas dalam nomor 100 meter punggung. Angel baru saja memecahkan rekornas milik Flai dengan catatan 1 menit 3,18 detik di Kuala Lumpur, Malaysia, April lalu.
Siman kembali mendekati versi terbaiknya. Dia menembus catatan waktu 25,66 detik pada nomor 50 meter gaya punggung saat tampil di Singapura, Maret lalu. Catatan itu merupakan yang terbaik bagi Siman dalam dua tahun terakhir, melampaui waktu seleknas (25,71 detik). Dengancatatan waktu itu, dia sudah melampaui perenang Singapura peraih emas di Vietnam, yaitu Quah Zheng Wen (25,83 detik).
Menurut Siman, kurang adil jika mereka ditargetkan emas. "Lucu juga karena kami baru dua bulan dibina (lagi). Harusnya kami yang masih terbaik ya difasilitasi. Jujur, masih kecewa sampai sekarang, tetapi saya tetap akan memberikan yang terbaik," ucap perenang yang konsisten menyumbang medali SEA Games sejak SEA Games 2011 itu.
Rela rugi
Walaupun sempat dikeluarkan, mereka tetap dengan senang hati menerima kembali panggilan untuk membela "Merah Putih" di Kamboja. Albert berkata, anak asuhnya itu justru berlatih dengan motivasi berlipat di klub. Mereka ingin membawa misi pembuktian kembali ke Kamboja.
Baca juga : ”Puasa” Bertemu Keluarga demi Sang Merah Putih
"Pasti. Kecewa iya. Merasa dirugikan pasti. Cuma saya motivasi terus lebih ke prinsip hidup, di dalam hidup ini tidak semua bisa berjalan sesuai keinginan. Hidup itu tidak adil. Melakukan yang terbaik pun tidak ada garansi untuk berhasil. Yang garansi gagal banyak. Tidak usah latihan pasti gagal. Kami hanya bisa fokus meningkatkan diri sendiri," tutur Albert.
Siman, misalnya. Sejak dikeluarkan, dia berlatih mandiri di klub dalam pantauan Albert. Atlet asal Bali itu tidak ragu mengikuti jadwal latihan klub pukul 05.00 WIB, dua jam lebih awal dari jadwal pelatnas. Dia juga lebih cermat dalam manajemen tubuh karena usia yang sudah dekat kepala tiga.
Siman mengatur asupan makanan dan vitamin yang bisa mendukung performa. Ssaat ini, dia hanya fokus pada nomor 50 meter gaya punggung, melepas nomor 100 meter gaya punggung yang pernah menjadi andalannya juga. Porsi latihan di dalam air pun dikurangi, lebih banyak di pusat kebugaran.
"Pembelajaran dari kemarin (Vietnam) itu saya harus lebih peduli dengan badan sendiri. Mau mengejar dari sisi latihan yang banyak sudah tidak mungkin. Sekarang karena fokus 50 meter, jadi lebih banyak latihan sprint jarak pendek. Setelah itu memperbanyak latihan di gym," ucap Siman yang meraih perunggu di Vietnam.
Manajemen tubuh para perenang memakan biaya tidak sedikit. Dampak latihan di luar pelatnas sekitar empat bulan, mereka pun terpaksa merogoh kocek sendiri untuk berbagai kebutuhan . Kebutuhan itu mulai dari biaya sewa tempat tinggal dan pusat kebugaran, sampai dana untuk membeli makanan dan suplemen.
Lihat juga : Walau Puasa, Atlet Pelatnas Renang Tetap Berlatih
Angel berkata, dia harus tetap bersikap profesional sebagai atlet, meskipun tidak dibiayai negara. Dia sebenarnya bisa saja memilih makanan "murah" yang tidak sehat. Namun, dia selalu memperhatikan gizi makanan karena sadar masih punya kesempatan tampil di Kamboja dan berprestasi dalam jangka panjang
"Semua biaya sendiri. Apartemen itu kami patungan bertiga (salah satunya Flai). Belum lagi biaya tambahan untuk vitamin, massage, dan fisioterapi. Ya kalau mau dibandingkan, (Pengeluaran) itu sudah lebih dari gaji sebulan pelatnas. Tidak murah," pungkas Angel.
Menurut Albert, Angel merupakan perenang pelatnas dengan manajemen tubuh terbaik. Selesai berlatih dengan kondisi badan letih, Angel tidak langsung beristirahat dengan tidur. Dia justru melanjutkan pemulihan dengan mendatangi fisioterapis dan melakukan pijat. Tidak seperti kebanyakan atlet renang lain.
Itulah yang membuat pertumbuhannya sangat cepat di gaya punggung, meskipun baru didalami lagi setahun terakhir. Sebelum mulai menekuni gaya punggung, Angel adalah perenang gaya kupu-kupu dan bebas. Peralihan gaya bermula saat Albert terkesan melihat daya apungnya dalam latihan gaya ganti.
Simak juga : Renang Geber Latihan Demi Sapu Bersih Emas SEA Games Kamboja 2023
Pada ajang ASEAN University Games 2022, Thailand, nomor 50 meter gaya punggung kebetulan kosong. Nama lain yang tersedia hanyalah Azzahra Permatahani, tetapi bukan sprinter. Angel pun ditunjuk tampil dan berhasil mencatatkan waktu 29,88 detik. Sepulang dari itu, Angel difokuskan berlatih gaya punggung.
"Jadi sebetulnya Angel bukan perenang gaya punggung. Sudah tiga tahun lebih dia tidak turun. Saya melihat di latihan ada sedikit rasa, kok anak ini kayaknya bisa. Kebetulan saya punya rekam jejak melihat perenang punggung. Itu dari sisi daya apung, posisi tubuh, dan kecepatan. Seperti saat mengubah Siman (dari kupu-kupu) dan Flai (dari renang indah), " jelas Albert.
Di tengah gejolak pelatnas, tim renang ditargetkan meraih tiga medali emas atau melebihi capaian tahun lalu. Adapun Indonesia hanya mampu mendulang dua emas dari cabang renang di Vietnam. Keduanya dari perenang remaja gaya punggung, Flai dan Masniari Wolf (100 meter).
Hidup memang terasa tidak adil bagi Siman dan rekan-rekan. Kekecewaan itu dipendam dalam-dalam bagai magma di gunung berapi. Tinggal menunggu waktu untuk berubah jadi penampilan meledak-ledak di Kamboja. Mereka punya alasan lebih untuk membuat lagu “Indonesia Raya” bergema di podium tertinggi di Kamboja.