Atlet senior tetap jadi tumpuan tim atletik untuk mendulang emas di SEA Games 2023. Hal itu bisa karena atlet senior konsisten menjaga performa, tetapi bisa pula karena regenerasi tak berjalan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·7 menit baca
Tim atletik mengandalkan atlet senior untuk mendulang emas pada SEA Games Kamboja 2023. Kebijakan itu bisa jadi pisau bermata dua. Di satu sisi, atlet senior bermodal pengalaman segudang sehingga secara mental tak perlu diragukan untuk bertarung habis-habisan. Sebaliknya, fisik yang menua berpotensi dilibas atlet muda yang sering dikeluarkan tiba-tiba oleh negara pesaing.
Sinar mentari masih terik memancar di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Senin (24/4/2023) petang, saat pelompat jauh putri kawakan, Maria Natalia Londa, berlatih untuk persiapan SEA Games 2023. Meski usia menuju 33 tahun, semangat Maria tak pernah memudar. Peluh keringat dan rasa letih dilalui atlet asal Denpasar, Bali, itu demi satu tujuan besar, mengumandangkan lagu ”Indonesia Raya” dan mengibarkan Merah Putih di tiang tertinggi pesta olahraga Asia Tenggara.
”SEA Games 2023 akan menjadi SEA Games kedelapan saya. Pada SEA Games pertama di Laos 2009, saya masih muda dan menggebu-gebu untuk membuktikan diri. Kini, usia saya lebih matang dan ingin menikmati masa-masa terakhir sebagai atlet (sebelum pensiun). Namun, itu tidak berarti tekad saya mengejar prestasi tertinggi berkurang. Saya ingin membuktikan diri masih pantas menjadi wakil Indonesia di ajang internasional,” ujar Maria.
Maria menjalani latihan keras dalam setahun terakhir dan lebih intens sejak namanya kembali masuk dalam tim pelatnas atletik untuk SEA Games 2023 di Stadion Madya Senayan per Februari lalu. Tanggung jawab diletakkan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) di pundak atlet kelahiran 29 Oktober 1990 itu, yakni meraih emas.
Maria menilai tanggung jawab itu sebagai doa dan kepercayaan atas konsistensinya dalam berlatih sehingga tetap berada di kelompok elite. ”Ini semua buah kerja keras dan kedisiplinan saya dalam menjaga tubuh dan latihan. Tentunya, saya tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan ini,” katanya.
Selain Maria, target serupa disematkan kepada empat atlet lain, yaitu Odekta Elvina Naibaho (31) di maraton putri, Eki Febri Ekawati (31) di tolak peluru putri, Hendro Yap (32) di jalan cepat putra, dan Sapwaturrahman (28) di lompat jauh putra. Odekta adalah peraih emas maraton SEA Games Vietnam 2021 dengan catatan waktu 2 jam 55,28 menit dan Eki merebut emas dengan 15,20 meter.
Manajer pelatnas atletik Mustara Musa saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (26/4/2023), mengatakan, kalau melihat angka, Odekta, Eki, Maria, dan Hendro memang sudah berusia di atas 30 tahun. Namun, dalam kacamata atletik, mereka belum sepenuhnya berada di usia senja. Odekta dan Hendro adalah atlet dari nomor ketahanan. Sementara Eki dan Maria atlet dari nomor lapangan.
Kedua nomor itu lebih mengutamakan teknik dan pengalaman. Biasanya, semakin matang usia atlet, semakin matang pula teknik dan pengalaman mereka. Untuk itu, usia emas mereka bisa lebih panjang hingga di atas 30 tahun.
Terlepas dari itu, PB PASI membuat target tersebut secara ilmiah dari membandingkan data statistik kelima atlet bersangkutan dengan calon lawan mereka di SEA Games 2023. ”Asalkan tidak ada kejadian luar biasa, seperti cedera dan penghambat nonteknis, mereka berpeluang menjadi yang terbaik di nomornya masing-masing. Tinggal bagaimana mereka memelihara tekad untuk meraih prestasi tersebut,” ucapnya.
Saya ingin membuktikan diri masih pantas menjadi wakil Indonesia di ajang internasional.
Potensi kejutan pesaing
Akan tetapi, secara fisik, mereka berpotensi kesulitan menghadapi atlet-atlet yang jauh lebih muda dengan kemampuan yang tidak jauh berbeda dari negara lain. Apalagi, perkembangan atletik di Asia Tenggara sangat pesat dan tak jarang muncul atlet-atlet baru yang luput dari pemantauan.
SEA Games 2021 bisa menjadi tolok ukurnya. Saat itu, Maria hanya meraih perunggu lompat jauh putri dengan 6,18 meter. Maria ditaklukkan pelompat Vietnam yang jauh lebih muda, yakni Vu Thi Ngoc Ha (23), yang merebut emas dengan 6,39 meter. Padahal, pada SEA Games Filipina 2019, Maria meraih emas dengan 6,47 meter. Sementara Vu Thi Ngoc Ha belum berpartisipasi.
Di lompat jauh putra, Sapwan harus puas meraih perunggu dengan 7,61 meter. Dia ditaklukkan pelompat Vietnam yang jauh lebih muda, yaitu Nguyen Tien Trong (26), yang merebut emas dengan dengan 7,80 meter. Padahal, pada SEA Games 2019, Sapwan meraih emas dengan 8,03 meter sekaligus mencatat rekor baru SEA Games. Adapun Nguyen Tien Trong hanya berada di urutan keempat dengan 7,67 meter.
Puncaknya, Indonesia mendambakan Lalu Muhammad Zohri (22) yang memiliki rekor nasional lari 100 meter putra dengan 10,03 detik bisa meraih emas pada SEA Games 2021. Nyatanya, Thailand hadir dengan pelari belia, yakni Puripol Boonson (17). Zohri pun dibuat gigit jari finis keempat dengan 10,59 detik. Adapun Boonson berjaya sebagai peraih emas dengan 10,44 detik.
Namun, Odekta menuturkan, faktor usia bukan penentu kesuksesan atlet untuk meraih prestasi tertinggi dalam suatu ajang. Oleh karena itu, dia tidak khawatir dan takut akan berhadapan dengan atlet-atlet muda di SEA Games 2023.
”Tidak jarang, atlet senior yang mampu menjaga kondisinya bisa terus berprestasi. Sebaliknya, tidak sedikit atlet muda yang tidak disiplin menjaga kondisi justru gagal mencapai puncak performa. Lagi pula, dalam lari jarak jauh, siapa yang lebih pandai menguasai diri dan situasi sekitar itulah yang bisa menjadi yang terbaik,” tutur atlet kelahiran Soban, Dairi, Sumatera Utara, 5 November 1991, tersebut.
Senjata rahasia Indonesia
Kendat demikian, PB PASI tidak cuma mengandalkan para atlet senior. Sejatinya, mereka menyimpan senjata rahasia dari sejumlah atlet muda. Dari 27 atlet yang akan diberangkatkan, terdiri dari 18 putra dan sembilan putri, terdapat dua atlet putra dan dua atlet putri yang di atas kertas berpeluang meraih medali emas.
Dua atlet putra itu adalah Robi Syianturi (25) di lari 5.000 meter putra dan Zohri di lari 100 meter. Robi baru saja mencatatkan waktu 14 menit 33,60 detik dalam tes parameter tim pelatnas atletik di Stadion Madya Senayan, Minggu (2/4/2023). Catatan itu melampaui para peraih medali 5.000 meter SEA Games 2021, terutama atlet Vietnam, Nguyen Van Lai, yang meraih emas dengan 16 menit 34,10 detik.
Zohri tampaknya mulai menemukan kemampuan terbaiknya saat meraih emas dengan 10,10 detik dalam kejuaraan nasional di Semarang, Jawa Tengah, 9 Agustus 2022, dan menjadi yang terbaik dengan 10,17 detik dalam Invitasi Atletik Nasional sekaligus Seleksi Pelatnas SEA Games 2023 dan Kualifikasi PON XXI Aceh-Sumatera Utara 2024 di Stadion Madya, 11 Januari 2023. Catatan itu juga jauh melampaui para peraih medali 100 meter SEA Games 2021.
Sementara itu, dua atlet putri yang berpeluang memperoleh emas adalah Dina Aulia (19) di lari gawang putri 100 meter dan Diva Renatta Jayadi (21) di loncat galah putri. Dina memiliki waktu personal terbaik 13,44 detik dalam kualifikasi dan semifinal Kejuaraan Dunia U-20 di Cali, Kolombia, 4-5 Agustus 2022, dan membukukan waktu 13,52 detik dalam tes parameter. Dina bersaing ketat dengan atlet Vietnam, Bui Thi Nguyen, yang meraih emas dengan 13,51 detik di SEA Games 2021.
Diva punya rekor personal terbaik 4,15 meter dalam Kejuaraan Thailand Terbuka di Pathum Thani, 1 Desember 2022, dan mengemas loncatan 4,10 meter dalam tes parameter. Diva lebih baik dibandingkan para peraih medali SEA Games 2021, antara lain atlet Malaysia, Nor Sarah Adi, yang meraih emas dengan 4,00 meter.
Menurut pelatih lari gawang putri Fitri ”Ongky” Haryadi, Dina memiliki segala alasan untuk masuk tiga besar, bahkan membawa pulang emas. Dina punya kelebihan kecepatan dan power di atas rata-rata. Jikapun ada yang menghambat, itu adalah faktor mental. Selain masih muda, SEA Games 2023 akan menjadi SEA Games perdana bagi Dina. ”Di samping itu, Dina kurang mendapatkan jam terbang ikut kejuaraan di luar negeri selama empat bulan terakhir jelang SEA Games ini,” ujarnya.
Mustara menyampaikan, pihaknya tidak mau secara terbuka memberikan target khusus kepada para atlet muda sebab mereka khawatir itu malah menjadi beban. ”Biarkan yang muda-muda itu berkembang secara mengalir. Di balik itu, tentu kami berdoa mereka bisa mengatasi demam panggung dan menjaga konsistensi untuk membuat kejutan,” pungkasnya.