Laga versus Real Madrid berpotensi menjadi penutup sempurna tragedi Chelsea sepanjang musim ini. Musim buruk mereka bisa selesai lebih cepat jika kembali dikalahkan Real dan tersingkir di perempat final Liga Champions.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, SENIN – Hanya kelolosan ke semifinal Liga Champions Eropa yang bisa mengobati luka Chelsea dari tragedi musim ini. Masalahnya, tidak satu pun faktor yang berpihak kepada Chelsea untuk menaklukkan “raja Eropa”, Real Madrid, pada laga pertemuan kedua perempat final di Stamford Bridge, London, Rabu (19/4/2023) dini hari WIB.
Chelsea terjepit realitas pahit jelang laga itu. Juara bertahan Madrid datang keunggulan agregat 2-0. Artinya, “Si Biru” mesti menang tiga gol untuk lolos langsung atau setidaknya unggul dua gol pada waktu normal untuk memperpanjang napas ke babak tambahan.
Namun, jangankan lebih dari satu gol, tim asuhan manajer Frank Lampard itu bahkan tidak tahu lagi cara untuk menang. Sudah sebulan sejak mereka terakhir kali menang. Lampard, sebagai manajer sementara, gagal menyelamatkan tim. Chelsea kalah tiga kali beruntun sejak pergantian manajer.
Level frustasi di tubuh “Si Biru” tercermin dari kekesalan para penggemar. Lampard disambut banner raksasa “Selamat Datang Super Frank” saat laga kandang versus Brighton & Hove Albion, Sabtu lalu. Seusai laga, Chelsea kalah 1-2. Penonton pun langsung mencemooh sang manajer dan pemain.
“Kami harus bermain dengan energi (terbaik) dan mau bertarung. Minimal itu dulu. Kami mesti lebih baik dalam organisasi (permainan) melawan Madrid. Mereka adalah tim besar. Semua bergantung pada kami untuk bisa bangkit atau tidak,” ujar Lampard.
Seperti kata Lampard, motivasi dan percaya diri adalah modal awal. Mereka kehilangan itu sepanjang musim ini, termasuk saat takluk dari Brighton. Chelsea yang tampil di depan pendukung sendiri justru didominasi tim tamu. Mereka kalah penguasaan bola (42,7 berbanding 57,3 persen) hingga jumlah tembakan (8 berbanding 24 tembakan).
Masih ada kesempatan untuk memutar balik keadaan. Saya tahu para pendukung akan berada di belakang kami. (Frank Lampard)
Bayangkan jika Chelsea bermain seperti itu versus Madrid, tim yang paling efektif terutama ketika transisi serangan balik. Adapun terakhir berkunjung ke Inggris, Madrid berpesta gol dengan menang 5-2 di markas angker Liverpool, Stadion Anfield, Februari lalu.
Elemen pembeda
Ada satu elemen pembeda Chelsea dan Madrid, yaitu kohesi tim. “Si Biru” memang bisa jor-joran belanja pemain di era pemilik baru, Todd Boehly. Total mereka mengeluarkan 611 juta euro pada musim ini atau tujuh kali lipat lebih banyak dibandingkan Madrid.
Namun, para pemain baru dan lama belum menjadi satu kesatuan. Selain karena rencana pembelian cenderung asal-asalan, mereka juga sudah mengganti manajer sebanyak tiga kali musim ini. Hal itu kontras dengan Madrid yang sudah kompak dengan fondasi tim dan pelatih sama dalam beberapa tahun terakhir.
Pemain seperti gelandang Luka Modric dan penyerang Karim Benzema, serta pelatih Carlo Ancelotti, sudah membela Madrid sejak juara Liga Champions pada musim 2013-2014. Di sisi lain, lima dari 11 pemain mula Chelsea pada laga pertama perempat final, pekan lalu, merupakan pembelian terbaru musim ini.
“Inggris memang punya banyak tim dan pemain hebat. Wajar jika mereka selalu difavoritkan. Tetapi, Anda harus melihat tim-tim Spanyol dan Italia juga sangat kompetitif di Eropa dengan dana yang lebih sedikit. Itulah kenyatannya,” kata Ancelotti tentang persaingan di Liga Champions yang bukan tentang adu kekuatan finansial.
Bagi Chelsea, pertanyaan terbesarnya adalah siapa yang akan mencetak gol untuk menang? Seperti diketahui, mereka tidak memiliki penyerang yang bisa diandalkan sebagai mesin gol. Mereka mengalami krisis gol di seluruh kompetisi.
Chelsea (12 gol) merupakan tim dengan produktivitas terendah di antara para perempat finalis lainnya. Jumlah gol tersebut bahkan sama dengan Barcelona yang sudah gugur sejak babak grup. Penyerang Manchester City Erling Haaland (11 gol) hanya terpaut satu gol dari koleksi gol seluruh pemain Chelsea di Liga Champions musim ini.
Lampard sudah tiga kali mengganti formasi, dari 4-3-3, 3-5-2, hingga 4-2-3-1. Sebanyak lima penyerang juga telah dicoba sebagai pemain mula, antara lain Raheem Sterling dan Mykhailo Mudryk. Namun, tidak satu pun formasi bisa memaksimalkan potensi lini serang Chelsea.
Keberuntungan
Lampard pun tidak memungkiri anak asuhnya butuh banyak keberuntungan untuk lolos. Karena itu, dia berharap dukungan terbaik dari para penonton “Masih ada kesempatan untuk memutar balik keadaan. Saya tahu para pendukung akan berada di belakang kami,” ujarnya.
Sterling, pencetak gol terbanyak Chelsea di Liga Champions (3 gol), menjadi sosok paling diharapkan untuk unjuk gigi. Pemain tim nasional Inggris itu sempat menyumbang satu gol saat Chelsea menang atas Borrusia Dortmund, 2-0, di laga kedua 16 besar.
Sementara Madrid datang dengan kekuatan penuh. Sempat ditepikan versus Cadiz, pada akhir pekan lalu, penyerang sayap Vinicius Junior dan gelandang Toni Kroos dipastikan berangkat ke London. Kehadiran kedua pemain kunci itu memberi dorongan lebih untuk tim tamu.
Padahal, menjuarai Liga Champions adalah satu-satunya kesempatan Chelsea untuk berlaga di turnamen terbesar Eropa tersebut pada musim depan. Chelsea, yang kini berada di peringkat ke-11 klasemen sementara Liga Inggris, nyaris mustahil masuk zona empat besar dengan jadwal tersisa.
Menurut The Times, Chelsea berpotensi melanggaran aturan Financial Fair Play (FFP) UEFA jika tidak lolos Liga Champions pada musim depan. Setelah berbelanja besar, keseimbangan finansial mereka akan terdampak karena kehilangan pemasukan pendapatan dari turnamen Eropa itu. Potensi bencana itu sudah menanti Si Biru. (AP/REUTERS)