Duo ”Pivot” Kunci Kemenangan Manchester City
Manchester City membenamkan Bayern Muenchen 3-0 berkat keunggulan mutlak taktik Pep Guardiola. Fleksibilitas permainan ”The Citizens” merepotkan tamu dari Jerman.
MANCHESTER, RABU — Manchester City memberikan kekalahan perdana bagi Bayern Muenchen di Liga Champions musim ini pada laga pertama perempat final, Rabu (12/4/2023) dini hari WIB, di Stadion Etihad. Performa duo ”pivot” atau gelandang bertahan ”The Citizens”, yakni Rodri dan John Stones, merupakan kunci keunggulan mutlak City, 3-0, atas penguasa Liga Jerman itu.
Pada laga melawan Bayern, rencana permainan Manajer City Pep Guardiola berjalan dengan efektif. Juru taktik asal Spanyol itu tetap mempertahankan formasi 3-2-4-1 yang amat fleksibel bagi pergerakan pemain City.
Stones dan Rodri menjadi poros utama permainan sebagai penghubung lini belakang dan depan. Keputusan Guardiola memainkan dobel pivot bertujuan untuk memenangi pertarungan di lini tengah.
Baca juga : Papan Catur Tuchel dan Guardiola
Keberadaan empat pemain di sektor tengah ketika bertahan ataupun menyerang membantu City meredam Bayern menampilkan performa terbaik mereka. Dalam skema menyerang, Stones dan Rodri akan berdampingan untuk berkeliaran di zona pertahanan Bayern.
Mereka bahu-membahu bersama Kevin De Bruyne dan Ilkay Guendogan guna mengungguli trio gelandang Bayern. Ketiganya ialah Jamal Musiala, Leon Goretzka, dan Joshua Kimmich.
Kemudian, pada situasi bertahan, Stones akan mundur untuk berdiri sejajar dengan bek tengah, Ruben Dias, dan mengubah formasi menjadi 4-4-2. Posisi yang ditinggalkan Stones di tengah ditempati oleh Guendogan yang sejajar dengan Rodri. Adapun De Bruyne menjadi tandem Erling Haaland di lini depan.
Dengan kondisi itu, City bisa menekan Bayern dengan blok pertahanan tinggi. Meski ”Die Roten” menguasai bola lebih dominan dengan 56 persen, peredaran bola lebih banyak di sepertiga akhir pertahanan sendiri.
Efektivitas taktik itu tertuang melalui catatan 15 kali City memenangi penguasaan bola di zona pertahanan Bayern. Itu catatan tertinggi bagi sebuah tim di Liga Champions musim ini.
Baca juga: Stabilitas Kuartet Bek Manchester City Mahakarya Guardiola
Pergerakan fleksibel Stones untuk memerankan dua posisi berbeda secara brilian menjadikannya dinobatkan sebagai pemain terbaik di laga itu. Performa Stones disempurnakan berkat sebuah asis melalui sundulan untuk gol ketiga The Citizens yang dicetak Haaland pada menit ke-76.
”Stones menampilkan kemampuan yang baik dalam penguasaan bola dan pemahaman taktikal luar biasa untuk memahami peran hibrida sebagai gelandang bertahan. Ia membuat keputusan penempatan posisi yang tepat dengan dan tanpa bola,” kata tim Panel Peninjau Teknik UEFA dilansir laman UEFA.
Stones menuturkan, dirinya masih terus belajar memahami peran barunya itu. Performa apik itu merupakan buah dari kepercayaan Guardiola kepadanya.
Ini adalah sebuah pelajaran besar bagi saya dalam hal penempatan posisi. Awalnya, (peran) itu tidak alami dan saya belajar setiap waktu. Manajer tidak akan memberikan saya peran itu jika ia tidak percaya saya bisa melakukannya.
”Ini adalah sebuah pelajaran besar bagi saya dalam hal penempatan posisi. Awalnya, (peran) itu tidak alami dan saya belajar setiap waktu. Manajer tidak akan memberikan saya peran itu jika ia tidak percaya saya bisa melakukannya,” ucap Stones dilansir BBC.
Dominasi Rodri
Sementara itu, Rodri mencetak gol jarak jauh indah dari luar kotak penalti ketika laga berjalan 27 menit. Selain kian padu mengontrol permainan bersama Stones, Rodri juga memamerkan peran dominannya bagi City di laga penting.
Baca juga:”Si Robot” Haaland Kembali pada Waktu yang Tepat
Ia menjadi pemain dengan daya jelajah tertinggi di laga itu dengan 12,92 kilometer. Catatan 50 operan sukses Rodri hanya kalah dari 55 operan milik Dias.
Rodri pun senang bisa mencetak gol perdana di ajang Liga Champions. Meski mencatatkan nama di papan skor, pemain tim nasional Spanyol itu lebih puas dengan permainan bertahannya yang mampu meredam pemain ofensif Bayern.
”Kunci bagi saya hari ini adalah permainan bertahan. Kami menjalani laga yang luar biasa dan paham bagaimana menghukum mereka,” kata Rodri kepada BT Sport.
Satu gol City lainnya dicetak oleh Bernardo Silva di menit ke-70. Gol itu tercipta dengan sundulan setelah memaksimalkan asis dari Haaland.
Mematahkan sayap
Selain lebih unggul di tengah, taktik Guardiola itu pun sukses mematahkan serangan pemain sayap Bayern yang mematikan. Silva yang berperan di sisi kanan bertugas menahan bek sayap kiri Bayern, Alphonso Davies, untuk tidak membantu serangan.
Baca juga: Jalan Labirin Guardiola Akhiri Puasa Trofi Eropa
Begitu pun peran Jack Grealish di sisi kiri lini serang City sukses mengganggu niat Benjamin Pavard menginisiasi serangan dari sektor sayap kanan Die Roten.
Performa dua dari tiga bek tengah City, yaitu Manuel Akanji dan Nathan Ake, juga efektif mematikan Leroy Sane dan Kingsley Coman, duo penyerang sayap Bayern. Satu-satunya kesalahan yang dilakukan Akanji tercipta di menit ke-26 ketika dirinya kalah duel dengan Sane sehingga Musiala mendapat kesempatan menembak di dalam kotak penalti City.
Selama 90 menit tampil di Etihad, Bayern hanya mencatatkan empat tembakan tepat sasaran yang tidak merepotkan kiper City, Ederson. Empat peluang itu dihasilkan oleh Sane.
Guardiola memuji penampilan anak asuhnya. Meski menang, ia mengingatkan, City belum menggenggam tiket ke semifinal.
Baca juga:Menjaga Kesempurnaan demi ”Si Kuping Besar”
”Hasil ini sangat bagus, tetapi kami masih memiliki laga kedua yang menentukan,” ucapnya.
Sebaliknya, Pelatih Bayern Thomas Tuchel menganggap hasil akhir tidak adil bagi timnya. Menurut dia, Bayern bermain baik setidaknya selama 70 menit sebelum kemasukan gol kedua.
”Kami secara brutal dihukum hari ini. Saya tidak ingin membicarakan hasil, sebab saya melihat permainan yang sangat bagus dan kami bermain lebih baik,” kata Tuchel. (AFP)