Chelsea tidak bisa segera menikmati tuah manajer baru. Hal itu wajar lantaran pengganti sementara Graham Potter, Bruno Saltor, tidak banyak melakukan perubahan di Chelsea.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
LONDON, RABU — Tuah manajer baru tidak bisa langsung dirasakan Chelsea saat ditahan imbang tim tamu Liverpool 0-0 di Stadion Stamford Bridge, London, Rabu (5/4/2023) dini hari WIB. Ini menjadi permulaan yang tidak cukup bagus bagi pelatih sementara Chelsea, Bruno Saltor. Setelah Graham Potter pergi, Saltor belum bisa membantu meningkatan produktivitas gol Chelsea.
Wajar jika Saltor belum bisa segera mengangkat performa lini serang Chelsea. Sepeninggal Potter, Saltor tidak melakukan perubahan besar dari apa yang sudah diwariskan Potter. Pilihan formasi yang digunakan Saltor juga cenderung sama dengan Potter kendati ada sedikit perbedaan. Jika Potter lebih senang menggunakan pakem menyerang 3-4-3, Saltor memodifikasinya sedikit menjadi 3-5-2 saat menghadapi Liverpool.
Dengan formasi tersebut, Saltor bermaksud mengoptimalkan sisi kedua sayap Chelsea yang dihuni Reece James dan Ben Chilwell. Adapun di depan, ia menugaskan Joao Felix dan Kai Havertz sebagai motor serangan. Chelsea mampu menekan sejak menit-menit awal berkat didukung tiga gelandang, N’Golo Kante, Enzo Fernandez, dan Mateo Kovacic yang piawai memenangi duel perebutan bola.
Mereka bertiga juga jeli dalam mengalirkan bola kepada Havertz dan Felix. Beberapa peluang diciptakan lini serang Chelsea, tetapi gagal dikonversi menjadi gol. Ada dua peluang emas Chelsea yang diciptakan James dan Havertz mampu merobek jala Alisson Becker.
Namun, dua gol tersebut dianulir wasit. Gol James dianulir karena bola lebih dulu mengenai Enzo yang berada dalam posisi offside. Sedangkan gol Havertz dibatalkan setelah tayangan ulang dari video pembantu wasit (VAR) memperlihatkan bola mengenai tangan Havertz sebelum meluncur ke gawang Liverpool.
Ya, kami menciptakan peluang yang cukup untuk memenangi pertandingan, dua gol dianulir. Para pemain memberikan segalanya, mereka bermain dengan hati mereka dan Anda tidak bisa meminta lebih.
”Ya, kami menciptakan peluang yang cukup untuk memenangi pertandingan, dua gol dianulir. Para pemain memberikan segalanya, mereka bermain dengan hati mereka dan Anda tidak bisa meminta lebih,” ujar Saltor setelah pertandingan.
Statistik laga menyebutkan, Chelsea jauh lebih dominan dari Liverpool dalam urusan menciptakan peluang. Chelsea mencatatkan 12 tembakan dengan tiga di antaranya tepat sasaran. Jumlah itu lebih banyak dari Liverpool yang menciptakan tujuh tembakan, tetapi lebih akurat dengan empat tembakan mengarah tepat ke gawang.
Dengan peluang sebanyak itu, tidak heran angka expected goal (Xg) Chelsea jauh di atas Liverpool, yaitu 2,17 berbanding 0,35. Kendati begitu, tetap saja Saltor tidak bisa memecahkan masalah yang juga dihadapi Potter. Sejak era Potter, Chelsea memang kesulitan meningkatkan produktivitas gol.
Musim ini, Chelsea hanya mampu mencetak 29 gol dari 29 pertandingan. Menurut catatan Opta, hanya dua kali Chelsea pernah mencetak gol lebih sedikit pada tahap ini, yaitu pada musim 1921-1922 dengan 23 gol dan musim 1923-1924 dengan 16 gol.
Catatan gol itu ironis mengingat pemilik baru Chelsea, Todd Boehly, telah menginvestasikan dana dalam jumlah besar untuk mengontrak penyerang baru. Musim ini, Chelsea mendatangkan sejumlah pemain top bertipe penyerang seperti Felix, Mykhaylo Mudryk, dan Raheem Sterling. Melihat fakta itu, Saltor pasang badan dengan menyebut para pemain juga adalah manusia biasa.
”Mereka adalah manusia dan kepercayaan diri harus ada di sana. Kami hanya perlu terus membantu para pemain. Mereka juga telah melalui banyak hal. Ini merupakan musim yang sulit bagi mereka,” kata pelatih asal Spanyol tersebut.
Hasil imbang ini menjadi awal yang kurang mulus bagi Saltor. Padahal, Chelsea punya pengalaman manis setelah memecat pelatih dan kemudian pelatih baru mengambil alih tim. Pada Maret 2012, Chelsea mengangkat Roberto Di Matteo sebagai manajer interim untuk menggantikan Andre Villa-Boas yang dipecat. Di Matteo lantas membawa Chelsea meraih trofi juara Liga Champions Eropa pada akhir musim itu.
Tuah serupa diulangi Tuchel saat menggantikan Frank Lampard yang dipecat pada awal tahun 2021. Sempat terjerembap di peringkat ke-11 Liga Inggris, Chelsea menggeliat dan finis keempat pada akhir musim itu. Tak hanya itu, mereka juga menjuarai Liga Champions.
Banyak perubahan
Di sisi lain, Liverpool melakukan banyak perubahan susunan pemain pada laga ini. Upaya ini ditempuh Manajer Liverpool Juergen Klopp setelah timnya dilumat Manchester City 1-4 pada laga sebelumnya. Klopp di luar dugaan mencadangkan pemain andalannya, Mohamed Salah. Manajer asal Jerman itu juga memarkir dua bek sayap, Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson. Posisi mereka digantikan Joe Gomez dan Kostas Tsimikas.
Klopp mengaku puas meski gagal mencuri poin penuh dari markas Chelsea. Apalagi Liverpool sudah melewati tiga laga dengan kekalahan secara beruntun. Tetap saja Klopp menganggap hasil ini lebih baik dibandingkan saat kalah telak dari City.
”Benar, itu bukan sepak bola terbaik. Namun, anak-anak ini adalah pesepak bola yang sangat bagus dan malam ini mereka melakukan perubahan yang tepat,” kata Klopp.
Hasil imbang ini tidak banyak memberikan dampak pada posisi kedua tim di klasemen sementara. Tambahan satu poin membuat Chelsea tetap terpuruk di peringkat ke-11. Adapun Liverpool masih tertahan di peringkat ke-8. (AFP/REUTERS)